tag:blogger.com,1999:blog-9899382194637651042024-03-13T16:32:39.537-07:00self motivationthe smooth sea will never give the good sailorhudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.comBlogger74125tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-84289448066770578052017-03-25T22:03:00.000-07:002017-03-25T22:03:15.840-07:00Apakah Ibnu Taimiyyah Membolehkan Pemimpin Non Muslim?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=989938219463765104" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=989938219463765104" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><i>"Ibnu Taimiyyah sama sekali tidak sedang membicarakan pemimpin Islam atau kafir, melainkan sedang membicarakan masalah keadilan"</i><br /><br />
Setiap kali ada even pemilihan kepala daerah atau presiden di Indonesia, salah satu wacana yang sering dimunculkan adalah mengenai kepemimpinan non-Muslim di negeri yang mayoritas Muslim ini. Tahun 2017 mendatang akan diselenggarakan Pilkada di DKI Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.<br />
<br />
Even Pilakada DKI kali ini mendapatkan perhatian lebih bukan hanya kerena posisi strategis ibu kota negara, tetapi juga disebabkan calon incumbent yang non-Muslim Ahok akan maju kembali dalam Pilkada kali ini. Seperti biasa segera muncul pro-kontra tentang kepemimpinan non-Muslim di tengah-tengah penduduk yang mayoritas Muslim.<br />
<br />
Salah satu yang selalu diulang-ulang adalah selalu muncul dari kalangan Muslim yang membela kepemimpinan non-Muslim ini. Argumen yang diusung selalu sama, yaitu menolak ayat-ayat yang dijadikan dalil haramnya umat Islam memilih pemimpin kafir dengan menganggapnya bukan larangan tegas untuk itu. Selain itu, argumen lain yang selalu diulang-ulang adalah pendapat Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Al-Hisbah fî Al-Islâm aw Wazhîfah Al-Hukûmah Al-Islâmiyyah (hal. 7 dalam cet. Dar El-Kutub El-Imiyyah Libanon). Biasanya yang dikutip dari buku itu adalah penggalan kalimat: “Allah akan menolong negara yang adil sekalipun kafir, dan akan membinasakan Negara yang zalim sekalipun beriman.”<br />
<br />
Mengenai argumen bahwa tidak ada ayat-ayat atau hadis yang tegas yang melarang kepemimpinan non-Muslim jelas ini merupakan pendapat yang syâdz (nyleneh, menyimpang) dalam tradisi pemikiran politik Islam. Sebab dalam masalah ini telah terjadi ijmâ’ (kesepakatan) di antara para ulama. Tidak ada satu pun ulama di masa lalu, maupun di masa sekarang yang membolehkan secara mutlak kepemimpinan non-Muslim atas kaum Muslim. Shalah Al-Shawi dalam Al-Wajîz fî Al-Fiqh Al-Khilâfah (Dar Al-I’lam Al-Dauly [tt.], hal. 22-23) menyebutkan bahwa syarat “Islam” bagi calon pemimpin kaum Muslim merupakan sesuatu yang dapat dimengerti dari hukum Islam secara sangat mudah (‘ulima min ahkâm al-imâmah bi al-dharûrah). Tugas kepemimpinan di dalam Islam salah satunya adalah menegakkan agama Islam (iqâmah al-dîn al-islâmy). Bagaimana mungkin orang yang tidak mengimani (kâfir) terhadap ajaran Islam dapat menegakkan Islam?<br />
<br />
Oleh sebab masalahnya sesederhana itu, juga ditopang oleh dalil yang sangat banyak di dalam Al-Quran (bukan hanya satu atau dua ayat), maka tidak mengherankan apabila para ulama bersepakat atas wajibnya syarat “Islam” bagi pemimpin kaum Muslim.<br />
<br />
Al-Qahi Iyadh berkata;<br />
<br />
“Para ulama bersepakat bahwa kepemimpinan (Islam) tidak sah diberikan kepada orang kafir; dan bahkan bila pemimpin (Muslim) kemudian keluar dari Islam (kafir), maka dia harus turun.” (Shahih Muslim bi Syarh Al-Nawâwi Jld. 12 hal. 229). Ibnu Mundzir juga mengatakan, “Seluruh ahli ilmu bersepakat bahwa orang kafir sama sekali tidak boleh menjadi pemimpin bagi kaum Muslim dalam keadaan apapun.” (Ahkâm Ahl Al-Dzimmah li Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Jld. II hal. 414).<br />
Dalam sistem hukum Islam, ijmâ’ merupakan salah satu sumber hukum yang paling kuat setelah Al-Quran dan Sunnah Nabi SHalallallahu ‘Alaihi Wassallam.<br />
<br />
Seandainya benar terdapat ijmâ’ di kalangan ulama mengenai kewajiban syarat “Islam” bagi pemimpin kaum Muslim, lalu timbul pertanyaan apakah benar bahwa Ibnu Taimiyyah berbeda pendapat mengenai masalah ini? Salah satu buktinya adalah kutipan di atas. Kalau memang benar, berarti klaim ijmâ’ gugur dengan sendirinya. Inilah yang akan dibahas secara lebih mendalam pada tulisan ini. Untuk membahas masalah ini, ada dua hal yang harus didudukkan, yaitu: bagaimana pandangan Ibnu Taimiyyah sendiri terhadap syarat seorang pemimpin kaum Muslim dan dalam konteks apa ia mengatakan perkataannya di atas.<br />
<br />
Syarat Pemimpin Menurut Ibnu Taimiyyah<br />
<br />
Hal yang cukup menyulitkan untuk memastikan apa yang dipersyaratkan bagi seorang pemimpin kaum Muslim menurut Ibnu Taimiyyah adalah gaya Ibnu Taimiyyah dalam membahas masalah ini. Dalam kitab-kitab fikih siyasah yang umum seperti tulisan Al-Mawardi Al-Ahkâm Al-Sulthâniyyah, biasanya dibahas secara gamblang dan khusus mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi seorang pemimpin sehingga para pembaca segera dapat mengetahui pendapatnya mengenai masalah ini. Sementara Ibnu Taimiyyah di dalam buku-bukunya yang khusus berkenaan dengan siyasah, yaitu Al-Siyâsah Al-Syar’iyyah, Al-Hisbah fî Al-Islâm, dan Al-Khilâfah wa Al-Mulk tidak menyebutkannya secara khusus. Oleh sebab itu, para pembaca harus memmbacanya secara mendalam dan hati-hati untuk mengetahui bagaimana pandangan Ibnu Taimiyyah mengenai masalah ini.<br />
<br />
Dalam disertasinya di Universitas Kairo yang kemudian diterbitkan Dar Al-Akhilla’ Dammam KSA (1994: hal. 95-97) berjudul Al-Nazhariyyah Al-Siyâsah ‘inda Ibn Al-Taimiyyah, Hasan Konakata menyatakan bahwa dari berbagai tulisannya dapat disimpulkan bahwa Ibnu Taimiyyah menetapkan dua syarat umum bagi seorang pemimpin Muslim, yaitu al-quwwah wa al-amânah (kekuatan dan amanah). Kesimpulan ini diambil dari pernyataan Ibnu Taimiyyah sendiri di dalam Al-Siyâsah Al-Syar’iyyah (Dar Al-Afaq Al-Jadidah Beirut, 1998: 15):<br />
<br />
فإن الولاية لها ركنان : القوة والأمانة . كما قال تعالى : { إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ } (سورة القصص : من الآية 26) . وقال صاحب مصر ليوسف عليه السلام : { إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ } (سورة يوسف : من الآية 54) . وقال تعالى في صفة جبريل : { إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ }{ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ }{ مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ } (سورة التكوير : الآيات 19-21) .<br />
<br />
Sesungguhnya kepemimpinan itu memliki dua rukun: kekuatan dan amanah, sebagaimana firman Allah Swt., “Sesaungguhnya sebaik-baiknya orang yang kau upah adalah yang kuat lagi amanah. (QS Al-Qashash: 26). Berkata pemimpin Mesir kepada Yusuf, “Sesungguhnya engkau sekarang ini memiliki posisi yang kuat dan terpercaya di sisi kami.” (QS Yusuf: 54); Allah Swt. berfirman tentang sifat Jibrir, “Sesungguhnya itu merupakan ucapan utusan yang mulia; yang memiliki kekuatan dan kedudukan yang kuat di sisi Sang Pemilik Arsy; yang taat lagi dapat dipercaya.” (QS Al-Takwir: 19-21).<br />
<br />
Yang dimaksud dengan “kekuatan” oleh Ibnu Taimiyyah adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin di lapangan yang dipimpinnya. Ia mencontohkan seorang panglima perang harus memiliki keberanian dan pengetahuan strategi perang. Tanpa kedua hal itu, dia tidak akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pasukan tempur. Sementara orang yang akan memangku amanah memimpin manusia harus mengetahui ilmu tentang keadilan yang diajarkan di dalam Al-Quran dan Al-Sunnah; juga harus memiliki kemampuan untuk menerapkannya di tengah-tengah manusia.<br />
<br />
Adapun yang dimaksud dengan “amanah” adalah sikap takut hanya pada Allah, tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, dan tidak takut pada manusia. Definisi ini ia dasarkan pada firman Allah Swt., “Janganlah kalian takut pada manusia, takutlah pada-Ku; dan janganlah kalian memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS Al-Ma’idah: 44). Kalau merujuk pada syarat “amanah” ini agak sulit dimengerti kalau Ibnu Taimiyyah tidak mempersyaratkan pemimpin harus seorang “Muslim”. Kalau bukan Muslim, bagaimana mungkin dia bisa takut pada Allah dan memperjual-belikan ayat-ayat Allah? Bahkan syarat yang ditetapkan Ibn Taimiyyah ini lebih dari sekedar harus “Muslim.” Dia harus memiliki sifat-sifat yang utama sekelas sifat seoang ulama, yaitu “takut pada Allah Swt.”<br />
<br />
Penjelasan mengenai syarat-syarat menjadi pemimpin kaum Muslim semacam ini memang agak berbeda dengan penulis-penulis lain. Akan tetapi maksud yang ingin disampaikan Ibnu Taimiyyah sama dengan ulama-ulama yang lain. Bila dibandingkan dengan penjelasan Al-Mawardi, misalnya, maka kita akan segera bisa menyimpulkan bahwa kriteria Ibnu Taimiyyah telah merangkum syarat-syarat yang ditetapkan Al-Mawardi.<br />
<br />
Dalam Al-Ahkam Al-Sulthâniyyah (Dar Ibn Qutaibah Kuwait, 1989: 3-5), Al-Mawardi menyebutkan bahwa kepemimpinan politik dalam Islam bertujuan untuk meneruskan misi kenabian dalam menegakkan agama dan mengatur urusan dunia. Untuk itu, orang yang akan memangku amanah ini harus memiliki syarat antara lain: adil (dengan berbagai syaratnya, termasuk di dalamnya beragama Islam), memiliki ilmu yang dapat mengantarkannya melakukan ijtihad, sehat panca indra, sehat anggota tubuh, memiliki kecerdasan, dan memiliki keberanian untuk menerapkan berbagai aturan. Dari keenam syarat yang ditetapkan Al-Mawardi ini esensinya hanya dua seperti yang disebut Ibnu Taimiyyah, yaitu: memiliki kekuatan (al-quwwah) dan amanah. “Islam” pasti merupakan salah satu syarat mutlak di dalamnya karena tujuan dari kepemimpinan itu sendiri adalah untuk menegakkan agama sebagaimana tugas oara Nabi.<br />
<br />
Kalau kita telaah lagi semua tulisan Ibnu Taimiyyah tentang masalah politik ini akan semakin jelas bahwa sama sekali ia tidak pernah memberikan ruang bagi dibolehkannya pemimpin kafir. Salah satu yang semakin menguatkan kesimpulan ini dapat dilihat dalam Al-Khilâfah wa Al-Mulk (Maktabah Al-Manar Yordan, 1994: 43).<br />
<br />
Ia menulis satu bab “Al-Amîr Yatawallâ Imâmah Al-Shalâh wa Al-Jihâd” (Seorang Amir Harus Memimpin Sholat dan Jihad). Seandainya Ibnu Taimiyyah membolehkan diangkatnya pemimpin non-Muslim, mengapa ia begitu yakin menulis kewajiban pemimpin semacam ini yang tidak mungkin dikerjakan kecuali oleh seorang Muslim?<br />
<br />
Konteks Ucapan Ibnu Taimiyyah tentang “Daulah Kafir yang Adil”<br />
<br />
Hal berikutnya yang harus diklarifikasi adalah tentang pernyataan Ibnu Taimiyyah di atas. Amat disayangkan bahwa pernyataan Ibnu Taimiyyah ini, hanya dikutip dan dipahami sepotong-sepotong. Seandainya dilihat secara utuh, baik dalam konteks keseluruhan pemikiran Ibnu Taimiyyah maupun dalam konteks di mana kalimat yang dikutip tersebut, maka para pembaca yang jujur akan segera mengerti bahwa Ibnu Taimiyyah sama sekali tidak memaksudkan ucapannya sebagai kebolehan orang kafir dijadikan pemimpin kaum Muslim. Apalagi kalau kutipan ini dipandang secara lebih kritis, bisa jadi ungkapan ini akan tertolak dengan sendirinya. Akan kita urai mengenai masalah ini sebagai berikut.<br />
<br />
Pertama, dilihat dari cara Ibnu Taimiyyah mengungkapkan kalimat ini ia hanya menyebutkan dengan kata yurwâ (diriwayatkan), tapi sama sekali tidak menyebut diriwayatkan dari siapa; apakah dari Rasulullah, sahabat, tabi’in, atau tokoh ulama lainnya? Ibnu Taimiyyah adalah orang yang sangat kritis terhadap riwayat-riwayat yang digunakannya untuk menyusun argumentasi. Ia terkategori ahl al-hadîts yang sama sekali tidak menoleransi riwayat-riwayat yang lemah dan tidak jelas; apalagi riwayat palsu. Amat sangat disayangkan, kali ini Ibnu Taimiyyah agak ceroboh. Ia sama sekali tidak menyebutkan ini riwayat semacam apa. Kalau menggunakan metode kritik Ibnu Taimiyyah terhadap riwayat-riwayat, kutipan yang tidak jelas sumbernya semacam ini seharusnya sudah tertolak sejak awal.<br />
<br />
Bisa jadi juga bahwa Ibnu Taimiyyah mengikuti tradisi para muhadditsîn dalam menggunakan kata “yurwâ” ini untuk menunjukkan suatu riwayat yang lemah yang tidak bisa digunakan sebagai dasar dalil karena ketidakjelasan riwayat itu sendiri. Hanya saja, ia menyampaikannya karena pernah mendengar riwayat itu sehingga kalaupun ia menyampaikannya kepada pembaca bukan untuk dijadikan sebagai landasan dalil yang kuat, melainkan hanya untuk memperkuat pendapatnya tentang tema yang tengah dibicarakan, yaitu tentang pentingnya keadilan<br />
<br />
Kedua, bila kemungkinan kedua di atas yang kita gunakan, maka kita berhusnuzhan bahwa kutipan ini bukan sungguh-sungguh untuk dijadikan sebagai landasan dalil mandiri tentang sesuatu, melainkan untuk menguatkan konteks pembicaraan yang tengah ia wacanakan. Ungkapan tersebut secara utuh disimpan dalam pembahasannya tentang tujuan dari kekuasaan dalam Islam. pada awal wacana Ibnu Taimiyyah menulis, “Ini adalah kaidah-kaidah tentang hisbah. Tujuanya adalah untuk memberikan pengetahuan bahwa segala bentuk kekuasaan dalam Islam tujuannya adalah agar seluruh pelaksanaan agama hanyalah dipersembahkan untuk Allah Swt. dan agar kalimat Allah menjadi kalimat tertinggi…” (Al-Hisbah fî Al-Islâm, tt: 6). Lalu pembahasan dilanjutkan dengan penjelasan bahwa hal itu harus dilakukan dengan ketaatan sepenuhnya pada Allah Swt., baik dalam perkara agama maupun dunia. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya ada orang yang benar, ada juga yang salah sehingga perlu ada yang memenang peranan dalam amar ma‘rûf dan nahyi munkar. Inilah yang dimaksud hisbah di dalam Islam.<br />
<br />
Selanjutnya, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa orang yang berbeda-beda agama dan keyakinan memiliki pandangan yang berbeda-beda pula terhadap masalah agama dan dunia. Akan tetapi, dalam masalah keadilan dan kezhaliman di dunia semua orang memiliki pandangan sama, yaitu bahwa kezhaliman akan berakibat buruk bagi kehidupan manusia di dunia ini, sedangkan keadilan akan berakibat sebaliknya. Setelah itu, baru ia katakan bahwa ada riwayat yang menyatakan seperti ungkapannya di atas. Kutipan di atas secara agak panjang isinya sebagai berikut:<br />
<br />
فإِنَّ النَّاسَ لَمْ يَتَنَازَعُوا فِي أَنَّ عَاقِبَةَ الظُّلْمِ وَخِيمَةٌ وَعَاقِبَةُ الْعَدْلِ كَرِيمَةٌ وَلِهَذَا يُرْوَى : ” اللَّهُ يَنْصُرُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً وَلَا يَنْصُرُ الدَّوْلَةَ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُؤْمِنَة<br />
<br />
“Manusia tidak berselisih bahwa balasan dari perbuatan zalim adalah kebinasaan sementara balasan dari sikap adil adalah kemuliaan. Oleh karena itu diriwayatkan bahwa “Allah akan menolong negara yang adil sekalipun kafir, dan akan membinasakan Negara yang zalim sekalipun beriman.”<br />
<br />
Kalau memperhatikan konteksnya, Ibnu Taimiyyah sama sekali tidak sedang membicarakan pemimpin Islam atau kafir, melainkan sedang membicarakan masalah keadilan. Dalam hal-hal duniawi ada dimensi-dimensi keadilan yang rumusnya disepakati bersama oleh orang-orang yang berbeda-beda keyakinan sekalipun. Dalam hal demikian, bila keadilan ditegakkan sekalipun penegaknya itu adalah “negara yang kafir”, maka akan ada pertolongan Allah Swt., dalam arti akan berbuah hal-hal yang baik. Sementara bila tidak ditegakkan, walaupun di “negara yang Muslim”, pasti akan berakibat keburukan. Boleh dikatakan bahwa maksud Ibnu Taimiyyah adalah ingin memberi tekanan kepada keadilan, bukan membicarakan mengenai boleh atau tidaknya pemimpin yang kafir.<br />
<br />
Kalau yang dibicarakan adalah keadilan, maka dalam dimensi yang lebih luas, keadilan itu juga termasuk di dalamnya menegakkan agama. Menegakkan agama berarti menegakkan hak-hak Allah Swt. Menegakkan hak Allah Swt. adalah salah satu bentuk keadilan dalam hidup ini, karena “ibadah” merupakan salah satu tujuan dari kehidupan manusia di dunia. Ibadah adalah wujud sikap yang adil terhadap Allah Swt. Bagaimana mungkin keadilan ini dapat ditegakkan oleh orang yang secara keyakinan menentang Allah Swt. alias “kafir”. Kalau membaca keseluruhan tulisan Ibnu Taimiyyah dalam berbagai risalahnya di atas, Ibnu Taimiyyah pasti juga berkesimpulan seperti itu. Namun patut disayangkan ia menyebutkan riwayat yang tidak jelas sumbernya bagi para oembaca untuk menguatkan argumentasinya sehingga membuka celah bagi orang-orang yang berpikiran picik untuk memelintir ucapannya. Padahal, dengan mencantumkan riwayat itu, sama sekali tidak terpikirkan oleh Ibnu Taimiyyah untuk menjadi dalil tentang bolehnya pemimpin kafir bagi kaum Muslim. Wallâhu A’lam.*</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-89260709642974124122016-10-26T21:59:00.000-07:002017-03-25T22:01:25.030-07:00TURKI DAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 18.0pt; line-height: 150%;">SEJARAH
KAWASAN TIMUR TENGAH<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 18.0pt; line-height: 150%;">“TURKI
DAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM”<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75"
coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe"
filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_1" o:spid="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75"
style='position:absolute;left:0;text-align:left;margin-left:107.8pt;
margin-top:-.45pt;width:184.5pt;height:184.5pt;z-index:-251658240;
visibility:visible;mso-wrap-style:square;mso-width-percent:0;
mso-height-percent:0;mso-wrap-distance-left:9pt;mso-wrap-distance-top:0;
mso-wrap-distance-right:9pt;mso-wrap-distance-bottom:0;
mso-position-horizontal:absolute;mso-position-horizontal-relative:text;
mso-position-vertical:absolute;mso-position-vertical-relative:text;
mso-width-percent:0;mso-height-percent:0;mso-width-relative:page;
mso-height-relative:page'>
<v:imagedata src="file:///C:\Users\HP\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.png"
o:title="1024px-UI_Logo.svg"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251658238;"><span style="height: 246px; left: 0px; left: 144px; position: absolute; top: -1px; width: 246px;"></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh:<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">MUHAMMAD
KHOIRUL HUDA<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">NPM:
1606861441<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dosen
Pengampu:<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Prof.
DR. Amany Burhanuddin Lubis, M.A<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DR.
Hendra Kurniawan, Lc, M.Si<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Program
Studi Kajian Timur Tengah dan Islam <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pasca
Sarjana Universitas Indonesia (PSKTTI UI)<br />
2016<o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoTocHeading">
<span lang="EN-US">Daftar Isi:<o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="color: windowtext; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><w:sdtpr></w:sdtpr></span></div>
<div class="MsoToc1">
<!--[if supportFields]><span
lang=EN-US><span style='mso-element:field-begin'></span><span
style='mso-spacerun:yes'> </span>TOC \o "1-3" \h \z \u <span
style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552342">BAB I<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552342 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">3<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340032000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc1">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552343">PENDAHULUAN<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">.. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552343 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">3<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340033000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552344">A.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Latar Belakang Masalah<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552344 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">3<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340034000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552345">B.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Rumusan Masalah<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552345 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">6<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340035000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc1">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552346">BAB II<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552346 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">6<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340036000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc1">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552347">PEMBAHASAN<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">.. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552347 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">6<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340037000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552348">A.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Sultan Mahmud II dan Ide Pembaharuannya<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552348 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">6<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340038000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552349">B.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Tanzimat<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552349 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">10<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300340039000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552350">a)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M)<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552350 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">12<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350030000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552351">b)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M)<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552351 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">13<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350031000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552352">c)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Mehmed Sadek Rifat Pasya (1807-1856)<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552352 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">13<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350032000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552353">d)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Ali Pasya (1815-1871)<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552353 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">15<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350033000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552354">C.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Usmani Muda<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552354 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">16<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350034000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552355">a)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Ziya Pasya<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552355 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">16<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350035000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552356">b)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Midat Pasya<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552356 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">17<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350036000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc3">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552357">c)<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Namik Kemal<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552357 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">18<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350037000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc1">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552358">BAB III<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552358 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">19<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350038000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc1">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552359">PENUTUP<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552359 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">19<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300350039000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552360">A.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Kesimpulan<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">. </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552360 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">19<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300360030000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoToc2">
<span lang="EN-US"><a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_Toc461552361">B.<span style="color: windowtext; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span>Implikasi<span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;"> </span><!--[if supportFields]><span
style='color:windowtext;display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;
text-decoration:none;text-underline:none'><span style='mso-element:field-begin'></span>
PAGEREF _Toc461552361 \h <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: windowtext; display: none; mso-hide: screen; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">20<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:data>08D0C9EA79F9BACE118C8200AA004BA90B02000000080000000E0000005F0054006F0063003400360031003500350032003300360031000000</w:data>
</xml><![endif]--></span><!--[if supportFields]><span style='color:windowtext;
display:none;mso-hide:screen;mso-no-proof:yes;text-decoration:none;text-underline:
none'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></a></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<h1>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 115%;"> </span></h1>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552342"><span lang="EN-US">BAB I</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552343"><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l4 level1 lfo6; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552344"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">A.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Latar
Belakang Masalah</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
Bahgdad, wilayah Islam di kawasan Timur jatuh ke tangan bangsa Mongol dan dunia
Islam di Barat jatuh ke tangan umat Kristen Eropa. Kelemahan sistem peradaban Islam
mulai tampak. Oleh sebab itu, muncul ide untuk mengadakan pembaharuan dalam
beberapa segi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendudukan Mesir atas Napoleon tahun
1798 M merupakan peristiwa sejarah yang menjadi pangkal kesadaran umat Islam
akan kelemahan sistem peradabannya dan akan pentingnya pembaharuan dalam segala
aspek kehidupan masyarakat islam. Invasi terhadap Mesir diikuti dengan dominasi
Inggris atas India dan kehancuran turki sebagai akibat peperangan besar antara
Tsar Rusia dan Persia yang mengakibatkan jatuhnya beberapa wilayah Islam ke
tangan Barat.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedatangan Napoleon di Mesir pada
1798 merupakan momentum penting dari perkembangan Islam. Kedatangan “penakluk
dari Prancis” ini tidak hanya membuka mata kaum muslim akan apa yang dicapai
oleh peradaban Barat di bidang sains dan teknologi, tetapi juga menandai awal
kolonialisme Barat atas wilayah-wilayah Islam. Di antaranya akibat kontak itu
di lingkuangan elit muslim para penguasa dan kalangan cendikiawan gerakan pembaharuan
Islam kembali memperoleh gairah. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat
mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan
Barat. Kritik-kritik terhadap kondisi umum masyarakat Islam bermunculan, seruan
berjihad semakin nyaring terdengar, pandangan lama yang menganggap pintu <i>ijtihad</i>
telah tertutup tidak hanya digugat, tetapi bahkan dianggap sebagai cermin dari
keterbelakangan intelektual. Tidak heran jika <i>taqlid</i> mendapat kritik pedas
dari kalangan pembaharu.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada abad pertengahan Dunia Barat
telah maju, ditandai dengan beberapa kemajuan dan penemuan teknologi modern
seperti kaca lensa (1250), alat percetakan (1450), dan lain-lain. Perkembangan
IPTEK ini disamping menimbulkan hal-hal yang positif adapula yang negatif,
sedangkan umat Islam dibelahan bagian timur sedang bersimpuh dibawah penindasan
dan juga terlena dibawah sisa kemegahan kurturnya di masa silam yang telah
sirna, namun dibelahan barat (Asia Barat) kurang lebih tahun 1300 telah berdiri
pula Kerajaan Turki, namun mereka kurang berbudaya. Mereka hanya mengandalkan
kemajuan militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini
merupakan ancaman bagi Eropa. Bangsa Turki adalah bangsa yang pemberani dan
disiplinnya sangat tinggi, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa
lainnya di Asia Tengah ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka memeluk agama
Majusi, Budha atau agama besar lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika di Mesir ide Pembaharuan muncul
setelah kedatangan Napoleon dan pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh kaum
intelektualnya seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan
murid-murid Abduh, maka di Turki muncul dari dalam kerajaan Usmani yang
berkuasa pada waktu itu. Ide pembaharuan mengemuka di Kerajaan Usmani pada abad
ke tujuh belas. Kerajaan ini mulai mengalami kekalahan dalam peperangan melawan
tentara Eropa. Fakta ini mendorong para pemuka kerajaan untuk mengevaluasi
penyebab kekalahan mereka dan rahasia kemenangan lawan. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan Eropa, terutama Perancis sebagai kawasan yang maju.
Orang-orang Eropa ang kerap kali dipandang “kafir” dan rendah mulai dihargai.
Duta-duta dikirim ke Eropa untuk mempelajari suasana dan kemajuannya.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a> Akhirnya
mereka mengetahui bahwa rahasia kemajuan bangsa Eropa terletak pada penerapan
sains dan teknologi tinggi di dalam militer.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada permulaan abad ke tujuh belas,
Turki Usmani mulai memperdebatkan cara terbaik bagi program restorasi
intergritas politik dan efektivitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan.
Para pembaharu pada awalnya berlandaskan pada aturan yang digariskan Sultan
Sulaiman yang menentang kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum
Muslim. Para modernis menganngap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi
metode yang dimiliki bangsa Eropa dalam pendidikan militer, organisasi dan
administrasi untuk menciptakan suatu perubahan dibidang pendidikan, ekonomi,
dan sosial yang mendukung terbentuknya Negara modern. Pada abad ke delapan
belas, kelompok muncul dengan terang-terangan dan akhirnya menjadi pemenang.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Semenjak abad ke delapan belas,
penasehat militer Eropa telah mulai dipekerjakan untuk memberikan latihan
kemiliteran bagi pejabat militer kerjaan. Percetakan juga mulai didirikan untuk
menerbitkan beberapa terjemahan karya Eropa di bidang teknik, militer dan
geografi. Sultan Salim II (1789-1807) memperkenalkan program pembaharuan
pertama, dikenal dengan <i>Nizam-I jedid</i>. Rencana pembaharuan itu meliputi
pembentukan korp militer baru, perluasan sistem perpajakan dan pelatiahan untuk
mendidik para kader bagi rezim baru. Rencana yang dikemukakan Sultan Salim
ternyata tidak mendapat dukungan dari para ulama dan kelompok militer
Janissari, yang akhirnya ia sendiri menjadi kurban rencana pembaharuan
tersebut. Ia kemudian digulingkan pada tahun 1807. Meskipun demikian, program
pembaharuan tersebut dilaksanakan pada periode Sultan Mahmud II.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Pembaharun inilah yang membuat Turki berhasil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=989938219463765104" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Puncak kemajuan Turki pada zaman
Sultan Mahmud II, antara lain pada tahun 1453 dapat menaklukkan Byzantium
Romawi. dari Istanbul, mereka menguasai daerah sekitar laut tengah dan
berabad-abad lamanya Turki sebagai suatu negara yang perlu diperhatikan dan
diperhitungkan oleh ahli-ahli politik dari Eropa.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=989938219463765104" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan penjelasan latar
belakang di Atas, penulis akan mengemukakan dalam makalah ini gerakan
pembaharuan di Turki yang terkhusus pada pokok pemikiran Sultan Mahmud II dan
gerakan Tanzimat beliau.<o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l4 level1 lfo6; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552345"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">B.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Rumusan
Masalah</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, penulis menarik rumusan masalah yang
akan dijadikan titik fokus pembahasan dalam makalah ini. Rumusan masalah yang
dimaksud yaitu sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana pokok pemikiran Sultan Mahmud II dalam gerakan
Pembaharuan di Turki?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang dimaksud dengan <i>Tanzimat</i> dalam gerakan pembaharuan
di Turki?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang dimaksud dengan pergerakan Usmani Muda dan apa ide
pembaharuan mereka?<o:p></o:p></span></div>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552346"><span lang="EN-US">BAB II</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552347"><span lang="EN-US">PEMBAHASAN</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l1 level1 lfo7; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552348"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">A.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Sultan
Mahmud II dan Ide Pembaharuannya</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaiman di
Mesir, pelopor pembaharuan pemikiran Islam di Kerajaan Usmani adalah raja. Bila
di Mesir dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, maka di Turki Sultan Mahmud II
menjadi pioneer pembaharuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sultan Mahmud II dilahirkan di Saray
pada Juli 1785. Ia adalah putra Sultan Abd. Hamid dan memperoleh pendidikan
istana di bidang bahasa-bahasa Islam klasik, agama, hukum, sastra, dan sejarah.
Dia tidak memiliki pengethuan barat secara langsung dan tidak mengetahui bahasa
Eropa satu pun.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ia diangkat menjadi sebagai sultan pada tahun 1807.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Turki adalah bekas jantung tempat
salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki Usmani. Oleh karena itu
keterikatan bangsa Turki dengan Islam
berlangsung sangat kuat sebab mereka
bangsa terkemuka di dunia Islam selama beratus-ratus tahun lamanya. Ini
merupakan suatu indikasi tentang betapa pentingnya Islam dalam kehidupan
nasional rakyat Turki. Secara politis setiap orang yang bertempat tingal di
Turki, tetapi secara kebudayaan orang Turki adalah hanya orang Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kerajaan Turki pada awal abad
kesembilan belas dalam kondisi yang berantakan dan terpecah-pecah, mengingat
minimnya kontrol politik pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Di Mesir,
wakil pemerintahan Turki pada saat itu Muhammad Ali justru meletakkan dasar
bagi kekuatan politik yang mandiri. Para pasya di Iraq bahkan hanya tunduk pada
pemerinah Turki secara nominal. Di Siria telah muncul gubernur-gubernur lokal
yang menyatakan kemerdekaannya. Di Anatolia, ternyata hanya dua provinsi yang
menyatakan tunduk pada pemerintah pusat. Lemahnya kosolidasi politik internal
diperburuk dengan ikutnya kekuatan militer Turki dalam berbagai Negara asing.
Sultan Salim III terpaksa harus meminta bantuan kepada Perancis untuk mencegah
sebagian wilayahnya yang teraknisasi oleh kekuatan Rusia. Begitu juga
keterlibatan kerajaan Turki dengan Inggris yang berusaha menaklukan darnadela
pada tahun 1807. Napoleon yang terlibat dengan Turki dalam perjanjian Tilsit 7
juli 1807 dan Eufrat 12 Oktober 1808, tidak hanya mencegah kekuatan oposisi
terhadap Rusia, tetapi juga membiarkan Rusia menaklukan beberapa daerah
taklukan Turki.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika ia naik tahta dan menjadi
raja di Kerajaan Turki, Sultam Mahmud II memusatkan perhatiannya pada berbagai
perubahan internal. Perbaikan internal tersebut dipusatkan pada rekonstruksi
kekuatan angkatan bersenjata kerajaan sehingga menjadi kekuatan yang tangguh
dalam menghadapi berbagai tantangan. Selain itu perbaikan tersebut dimaksudkan
untu mengkonsolidasi seluruh potensi lokal. Kebijaksanaan ini menjadikan
dirinya sebagai musuh bagi kelompok militer lama yang dikenal dengan <i>Janissari</i>.
Pada tahun 1826, ia merombak Janissari menjadi kekuatan militer Eropa.
Kebijksanaan ini akhirnya diprotes oleh <i>Janissari</i> yang sudah berdiri
pada abad keempat belas oleh Sultan Orkhan, pada tanggal 16 Juni 1826. Akhirnya
pemberontakan tersebut dikenal dengan <i>The Auspicious Incident</i> dalam
sejarah Turki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai seorang ahli strategi, ia
berusaha ntuk melebihi apa yang dilakukan Salim III. Ia mencari dukungan dari
para ulama yang akhirnya dia memperolehnya. <i>Janissari</i> yang pada tahun
1807 memperoleh dukungan penuh dari penduduk Istanbul, maka dengan reformasi
yang ia programkan kekuaan militer lama ini hanya memperoleh sebagian dukungan
dari masyarakat pada tahun 1826. Meskipun demeikian ia juga membentuk sebuah
kelompok perantara antara kelompok janissari dengan pemerintahannya, karena
yang ia kerjakan adalah untuk restorasi kekuatan militer demi kajayaan Turki di
masa mandatang. Sehingga mereka yang merasa tersingkirkan masih dapat
diharapkan kesetiaannya kepada pemerintah. Begitu pula dengan sentralisasi
kekuasaan yang menjadi program utama Sultan Mahmud II berangsur-angsur
dilaksanakan. Kekuatan militer baru tersebut menjadi semakin loyal terhadap
sultan dan menjadi alat proses sentralisasi politik serta pendorong proses
medornisasi.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1827, ia mendirikan
sekolah kedokteran di kota Istanbul yang mendidik dokter militer baru. Pada
antara tahun 1831-1834, dua lembaga pendidikan untuk tujuan militer juga
didirikan. Pertama adalah <i>Muzika-I Humayun Mektabi</i> yang merupakan
sekolah musik kerajaan; kedua adalah <i>Mektab-I Ulam-I Harbiye</i> yang
merupakan akademi militer kerajaan, yang keduanya diresmikan pada tahun 1834.
Untuk masyarakat umum ia mendirikan pendidikan tingkat menengah dengan nama
sekolah <i>Rusydiye</i>. Sekolah tersebut dibangun untuk mempersiapkan
kader-kader yang akan menjadi pegawai sipil. Selain itu ia mendirikan ilmu
pengetahuan umum <i>Mekteb-I Ma’arif</i> dan <i>Mekteb-I Ulum-I Edebiye </i>yang
merupakan sekolah sastra. Terhadap sistem pendidikan tradisional, madrasah, ia
berusaha memasukkan pengetahuan umum dalam kurikulum pendidikannya.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1826, untuk mengurangi
pengaruh ulama dan beberapa tokoh organisasi keagamaan, terutama tokoh <i>tarekat
Bektasyiyah</i>, ia mendirikan lembaga <i>Evkaf</i>, sebuah lembaga yang
menghimpun dan mengurus harta milik kerajaan. Lembaga <i>Evkaf </i>dipimpin
oleh seorang menteri <i>Evkaf</i> yang tujuannya untuk mensentralisasi
administrasi dan pencatatan harta milik kerajaan. Sebelumnya harta kerajaan
berada di bawah tanggung jawab para penguasa lokal, yang saat itu berada
ditangan ulama. Tetapi upaya di bidang ini tidak sepenuhnya berhasil dan
dilanjutkan oleh penggantinya, sehingga sebagian besar harta milik kerajaan
saat itu dapat dicatat dan diselamatkan. Selain itu, administrasi pusat juga
mulai dibenahi. Sistem model kementrian model Eropa diperkenalkan dan seluruh
menteri bertanggung jawab pada seorang perdana menteri. Pada tahun 1838, Untuk
membantu meletakkan dasar strategi perencanaan jangka panjang ia mendirikan
sebuah lembaga legislatif dan dikenal dengan nama <i>Meclis-I Ahkam-I Adliye</i>.
Pada tahun 1833, dibuka lembaga penerjemahan. Kedutaan besar kerajaan Turki di
berbagai Negara asing dibuka kembali sehingga memungkinkan bagi mereka
melancarkan ide tandingan terhadap apa yang dilontarkan sarjana Eropa.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1831, untuk
menyebarluaskan berbagai kebijaksanaan pemerintah, diterbitkan sebuah
penerbitan dalam bahasa Turki yang bernama <i>Takvim-I Vekayi</i>. Jurnal ini
merupakan penerbitan resmi kerajaan dan menjadi bacaan wajib bagi para pejabat
kerajaan. Jurnal ini awalnya hanya terbatas pada salinan berbagai keputusan pemerintah dan berbagai
pandangan sultan mengenai berbagai persoalan kenegaraan yang sedang berkembang.
Untuk melancarkan penyaluran penerbitan ini, diresmikan sistem pos pada tahun
1834. Rute pos pertama adalah antara Uskudar menuju Izmir yang dibuka secara
formal oleh sultan sendiri. Rute pos kedua adalah antara Istanbul menuju Edirne
yang di kemudian hari berkembang dan menghubungkan beberapa pusat pemerintahan.
Selain pos, dibangun beberapa sarana infrastruktur di bidang transportasi. Hal
ini membantu kebijakan komunikasi pemerintahan. Jalan baru kemudian dibangun
untuk memperlancar antara Turki dan Eropa.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan penjelasan di atas, maka
diantara gerakan pembaharuan yang dilakukan Sultan Mahmud II antara lain:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pembaharuan di bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang
diberi nama <i>Muallem Eshkinji</i> (pengawal terlatih), yang pelatihnya
dikirim dari Mesir oleh Muhammad Ali Pasya. Korps ini sebagai ganti dari <i>Janissari
</i>yang dibubarkan karena kekuatannya mulai menurun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan. Misalnya, tradisi <i>aristokrat</i>
ia langgar dan pakaian-pakaian resmi para pejabat diganti dengan pakaian
sederhana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menghapus kekultusan sultan yang dianggap sakral oleh rakyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kekuatan <i>sadrazam</i> dihapus dan diganti dengan pardana
menteri. Kekuasaan yudikatif yang pada mulanya di tangan <i>sadrazam </i>dipindahkan
ke Syekh Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menghapus hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap
tersangka tanpa melalui prosedur hukum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan dengan memasukkan
kurikulum umum ke dalam lembaga pendidikan madrasah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-list: l7 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mendririkan sekolah kedokteran, kemiliteran dan teknik. Ia juga
mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke luar negeri.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l1 level1 lfo7; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552349"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">B.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Tanzimat</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Secara etimologi
“<i>tanzimat”</i> berasal dari kata <i>nazhzhama-yunazhzhimu-tanzhimat</i>,
yang berarti mengatur, menyusun, dan memperbaiki.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Term ini dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh gerakan pembaharuan yang
terjadi di Turki Usmani pada pertengahan abad ke-19, yaitu penerus usaha-usaha
pembaharu yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II. Tanzimat<i> </i>atau dalam
bahasa Turki <i>Tanzimat-i Khairiye</i> merupakan gerakan pembaharuan di Turki
yang diperkenalkan ke dalam sistem birokrasi dan pemerintahan Turki Usmani
semenjak pemerintahan Sultan Abd. Majid (1839-1861), putra Sultan Mahmud II,
dan Sultan Abd. Aziz (1861-1876).<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Gerakan ini ditandai dengan
munculnya sejumlah tokoh pembaharuan Turki Usmani yang belajar dari Barat yaitu
bidang pemerintahan, hukum, administrasi, pendidikan, keuangan, perdagangan dan
sebagainya.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Tokoh-tokoh Tanzimat adalah Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami Pasya, Mahmed
Sadik Rifat Pasya dan Ali Pasya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Munculnya Tanzimat disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hukum kerajaan usmani tidak
disenangi oleh orang-orang
Eropa, Diberlakukannya hukum fiqhi
yang menetapkan hukuman
mati bagi orang-orang Eropa yang murtad setelah masuk
Islam yang berada di wilayah Kerajaan <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Para tokoh Tanzimat
ingin membatasi kekuasaan Sultan
Turki yang absolut. Desakan
Eropa terhadap Kerajaan Usmani untuk melindungi orang-orang Eropa yang berada dalam wilayah
Kerajaan Usmani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Absolutisme Sultan dianggap sebagai sebab kemunduran Kerajaan
Usmani. Tujuan era dan
gerakan Tanzimat adalah
memajukan Kerajaan Usmani membuat sistem hukum
resmi yang menjamin kebebasan dan kesamaan hak rakyat, menciptakan Turki Modern,
memberikan fasilitas terhadap
perkembangan ekonomi, dan mendorong
perkembangan lembaga-lembaga kebudayaan
modern. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan demikian, juru bicara Majelis
Musyawarah <i>(Mechlis-i Sura)</i> menyatakan bahwa :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena sistem hukum
lama sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman, maka harus diganti dengan
Undang-undang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Undang-undang yang baru itu harus tetap sesuai dengan syariat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Undang-undang yang baru itu harus didasarkan atas kebebasan,
pengakuan atas hak milik dan kehormatan warga negara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Undang-undang itu harus menciptakan hak antara orang-orang Islam
dan rakyat Turki pada umumnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanzimat melahirkan
2 (dua) piagam,
yaitu Piagam Gulhane
<i>(Hatt-i Syerif Gulhane)</i> dan
Piagam Humayun <i>(Hatt-i
Humayun)</i>.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Piagam Gulhane dikeluarkan oleh Sultan Abdul Majid pada
tahun 1839, atas pengaruh Mehmed Sadik Rifat Pasya, Piagam Humayun
diumumkan pada tahun
1856 yang pada
dasarnya memperkuat Piagam
Gulhane.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam kedua
piagam ini, tercakup
tujuan-tujuan Tanzimat dan merupakan dasar bagi usaha-usaha
pembaharuan di Kerajaan Usmaniah pada zaman Tanzimat dalam berbagai
bidang, seperti bidang pemerintahan,
hukum, administrasi, pendidikan, keuangan dan perdagangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun tokoh-tokohnya yang terkenal
adalah:<o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l8 level1 lfo8; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552350"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">a)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Mustafa
Rasyid Pasya (1880-1858 M)</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mustafa Rasyid
pasya yang dikenal dengan Bayrakdar lahir di Ruschuk, Istambul pada tahun 1800.
Ia sering disebut sebagai arsitek pembaharun abad kesembilan belas di Turki.
Ayahnya merupakan pejabat <i>Evkaf</i>
yang meninggal ketika berumur sepuluh tahun. Ia memperoleh pelajaran
menulis dari ayahnya dan menuntut pelajaran tradisional di masjid-masjid. Meskipun
demikian, ia sendiri tidak sempat menyelesaikan pelajarannya di madrasah. Karir
birokratisnya ditolong oleh Ispartah Sayyid Ali Pasya, dan pada tahun 1832 ia
ditunjuk sebagai Amedi yang memungkinkan dirinya menjadi sekretaris utama
menteri luar negeri. Perkenalannya dengan dunia Barat dimulai saat ia diangkat
menjadi duta besar di Paris pada tahun 1834. Jabatannya sebagai duta besar
memungkinkannya mempelajari bahasa Perancis dan melihat kemajuan yang terjadi
di dunai Barat. Ia melihat bahwa peradaban yang ada di Eropa merupakan
peradaban yang saling berkesinambungan. Pada masa berikutnya ia diangkat
menjadi menteri luar negeri dan sekembalinya dari London untuk sebuah misi
khusus, ia mengambil suatu inisiatif untuk mengumumkan suatu pembaharuan yang dikenal
dalam sejarah Turki dengan nama Tanzimat.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l8 level1 lfo8; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552351"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">b)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Mustafa
Sami Pasya (wafat 1855 M)</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mustafa
Sami Pasya mempunyai banyak pengalaman di luar negeri antara lain di Roma,
Wina, Berlin, Brussel, London, Paris dan negara lainnya sebagai pegawai dan
duta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut
pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada keunggulan
mereka dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya
karena toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari
ikatan-ikatan agama, disamping itu pula pendidikan universal bagi pria dan
wanita, sehingga umumnya orang Eropa pandai membaca dan menulis.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l8 level1 lfo8; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552352"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">c)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Mehmed
Sadek Rifat Pasya (1807-1856)</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
tahun 1834 Mehmed Sadek menjadi pembantu luar negari. Ia pernah menjadi duta
besar di Wina, menteri luar negeri, menteri keuangan, dan ketua dewan Tanzimat.
Diantara pemikirannya yang terpenting adalah kemakmuran suatu negara sangat
bergantung pada kemakmuran rakyat, kemakmuran rakyat sangat ditentukan oleh
adanya rasa aman, sedangkan rasa aman baru dapat diwujudkan dengan
menghilangkan sistem pemintahan yang absolut. Oleh karena itu, agar semuanya
dapat tercapai, maka diperlukan undang-undang. Lebih jauh ia menjelaskan
kesewenang-wenangan pemerintah akan menimbulkan permusuhan dikalangan rakyat.
Dalam tulisan-tulisannya, ia banyak mengemukakan kata-kata halk (rakyat),
millet (bangsa), huquq (hak-hak), dan hurriyyat (kemerdekaan).<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemikiran
Sadik Rifat sejalan dengan pemikiran Mustafa Rasyid Pasya, yang pada waktu itu
mempunyai kedudukan menteri luar negeri. Atas pengaruhnya berhasillah langkah
pertama dalam pengadaan undang-undang dan peraturan sebagaimana yang dimaksud
oleh Sadim Rifat. Di tahun 1939, Abdul Majid, sultan yang menggantikan Mahmud
II, mengeluarkan <i>hatt-i syerif gulhane</i> (piagam gulhane).<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejak
diumumkannya deklarasi tersebut, maka menjadi kewajiban sultan untuk : pertama,
menjaga keaman harta milik seluruh warga negara yang berada diwilayah kekuasaan
kesultanan Turki, dan karena seluruh pungutan diluar pajak akan segera dihapus.
Selain itu akan diperbaharui sistem rekruitmen dalam tubuh angkatan bersenjata.
Kedua, seluruh umat beragama, baik muslim maupun non muslim, akan berada dalam
kedudukan yang sama di hadapan hukum. Sebagai konsekuensi dari sikap kedua,
maka segala bentuk pelanggaran hukum harus diumumkan secara transparan dan
keanggotaan majlis yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum akan ditambah.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1856 diumumkan lagi satu piagam baru, <i>hatt-i humayun</i>,
yang lebih banyak mengandung pembaharuan terhadap kedudukan orang Eropa yang
berada dibawah kekeuasaan kerajaan Turki Usmani. Ini tidak mengherankan karena
piagam humayun diadakan atas desakan negara-negara Eropa pada kerajaan Usmani
yang pada waktu itu telah dalam keadaan lemah dan selalu mengalami kekalahan
dalam peperangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam pendahuluan piagam ini disebut bahwa tujuannya ialah
memperkuat jaminan-jaminan yang terkandung dalam piagam gulhane. Selanjutnya
disebut bahwa masyarakat Kristen dan bukan Islam lainnya diperbolehkan
mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang mereka perlukan dan mendirikan
rumah-rumah peribadatan masing-masing, sekolah-sekolah, rumah sakit dan tanah
pemakaman. Semua perbedaan yang ditimbulkan oleh perbedaan agama, perbedaan
bahasa dan perbedaan bangsa dihapuskan. Kebebasan beragama dijamin dan paksaan
merubah agama dilarang. Seluruh rakyat, tanpa pilih bulu dapat menjadi pegawai
kerajan usmani.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l8 level1 lfo8; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552353"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">d)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Ali Pasya (1815-1871)</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beliau
lahir pada tahun 1815 di Istambul, anak dari seorang pelayan toko. Dalam usia
14 tahun ia sudah diangkat menjadi pegawai. Tahun 1840 diangkat menjadi duta
besar di London dan sebelum menjadi duta besar ia seringkali menjadi staf
perwakilan kerajaan Usmani di berbagai negara eropa dan di tahun 1852 ia
menggantikan kedudukan Rasyid Pasya sebagai perdana menteri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Usaha
pembaharuannya antara lain, yaitu : tentang pengakuan semua aliran spiritual
pada masa itu, jaminan melaksanakan ibadah masing-masing, larangan memfitnah
karena agama, suku dan bahasa, jaminan kesempatan belajar, sistem peradilan dan
lain-lainnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pembaharuan yang dijalankan di zaman Tanzimat tidak seluruhnya
mendapat penghargaan, bahkan mendapat kritik dari kaum intelegensia kerajaan
usmani yang ada pada waktu itu. Kritik yang banyak dimajukan terhadap
pembaharuan Tanzimat berkisar sekitar hal-hal berikut: Kedua piagam yang
menjadi dasar pembaharuan Tanzimat mengandung faham sekularisme dan dengan
demikian membawa sekularisasi dan berbagai institusi kemasyarakatan, terutama
dalam institusi hukum. Piagam gulhane menyatakan penghargaan tinggi pada
syariat tetapi pada waktu itu mengakui perlunya diadakan sistem hukum baru.
Hukum baru yang disusun banyak dipengaruhi dari hukum barat, umpamanya hukum
pidana dan hukum dagang. Selain dari itu diadakan pula mahkamah-mahkamah yang
bersifat sekuler, di samping mahkamah-mahkamah syariah yang lama.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l1 level1 lfo7; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552354"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">C.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Usmani
Muda</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana
dikatakan bahwa pembaharuan yang diusahakan dalam Tanzimat belumlah mendapat
hasil sebagaimana yang diharapkan, bahkan mendapat kritikan-kritikan dari luar
kaum cendekiawan. Kegagalan oleh Tanzimat dalam mengganti konstitusi yang
absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah
kekuasaan absolut maka timbullah usaha atau gerakan dari kaum cendekiawan
melanjutkan usaha-usaha Tanzimat. Gerakan ini dikenal dengan <i>youang
ottoman-yeni usmanlilar</i> (gerakan usmani muda).<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Usmani muda pada awalnya merupakan
perkumpulan rahasia yang didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk merubah
pemerintahan absolut kerajaan usmani menjadi pemerintahan konstitusional.
Setelah rahasia terbuka pemuka-pemukanya lari ke Eropa di tahun 1867 dan
disanalah gerakan mereka memperoleh nama usmani muda. Sebagian mereka kembali
ke Istambul setelah Ali Pasya tiada lagi.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah mengalami perjuangan yang
berat dengan pemuka-pemuka kerajaan, maka pada tanggal 23 desember 1876
tercapailah persetujuan tentang konstitusi sebagai undang-undang dasar yang
baru bagi Turki, akan tetapi isinya masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dan akhirnya undang-undang yang baru bagi Turki itu dilanggar juga
oleh sultan Abdul Hamid II yakni dengan membubarkan parlemen dan para
pemuka-pemukanya ditangkap dan dengan demikian maka berakhirlah riwayat Usmani
Muda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa tokoh dan para pembaharu
dalam gerakan Usmani Muda antara lain sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l9 level1 lfo9; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552355"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">a)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Ziya Pasya</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ziya
Pasya lahir pada tahun 1825 di Istambul dan meninggal dunia pada tahun 1880. Ia
anak seorang pegawai kantor bea cukai di Istambul. Pendidikannya setelah
selesai sekolah Sulaymaniye yang didirikan oleh sultan Mahmud II dalam usia
muda ia diangkat menjadi pegawai pemerintah, kemudian atas usaha Mustafa Rasyid
Pasya pada tahun 1854 ia diterima menjadi salah seorang sekretaris sultan.
Untuk keperluan tugas barunya, ia mempelajari bahasa Prancis, dan dalam waktu
yang singkat ia menguasainya dan dapat menerjemahkan buku-buku Prancis kedalam
bahasa Turki. Karena terjadi kesalah pahaman dengan Ali Pasya maka ia pergi ke
eropa pada tahun 1867 dan tinggal disana selam lima tahun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Usaha-usaha pembaharuannya antara lain kerajaan usmani menurut
pendapatnya harus memakai sistem pemerintahan konstitusional, tidak dengan
kekuasaan absolut. Meurutnya negara eropa maju disebabkan tidak terdapat lagi
pemerintahan yang absolut, semuanya dengan sistem pemerintahan konstitusional.
Dalam sistem pemerintahan konstitusional harus ada dewan perwakilan rakyat.
Alasan perlu adanya DPR ini agar perbedaan pendapat dapat ditampung dan kritik
terhadap pemeritah diperlukan untuk kepentingan pemerintah dan rakyat. <o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l9 level1 lfo9; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552356"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">b)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Midat
Pasya</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nama
lengkapnya Hafidh Ahmad Syafiq Midat Pasya, lahir pada tahun1822 di Istambul.
Pendidikan agamanya di peroleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun ia
telah hafal al-Quran, oleh karena itu ia digelari al-Hafidh. Pendidikannya yang
tertinggi adalah pada universitas al-Patih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jabatan-jabatan penting yang pernah dipegangnya antara lain : gubernur
di Balkan dan Bagdad, selanjutnya menjadi menteri perhakiman pada tahun 1872
dan akhirnya menjadi perdana menteri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai tokoh gerakan usmani muda, oleh sahabat seperjuangannya
dipercayakan memegang pemerintahan dan sekaligus memperjuangkan cita-cita
gerakan itu. Tugas-tugas yang dibebankan kepadanya di laksanakan dengan penuh
tanggung jawab, yang meskipun akhirnya diri dan keluarganya menjadi korban
perjuangan pada saat perang dengan Rusia. Sultan Abdul Hamid membubarkan
parlemen dengan alasan darurat perang, dan menangkap Midat Pasya dan
pemimpin-pemimpin usmani muda lainnya dan membuangnya ke luar negari.<o:p></o:p></span></div>
<h3 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l9 level1 lfo9; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552357"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">c)<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Namik
Kemal</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namik
Kemal lahir di Rhodosto pada 21 desember 1840 dan wafat 2 desember 1888 di
Mytilene. Ia adalah seorang penyair utama Turki, tokoh utama Turki modern, dan
pencipta bahasa modern dalam sejarah sastra Turki. Karyanya dibidang sastra
banyak dipengaruhi oleh Shinasi dengan tokoh utama Ibrahim Shinasi Efendi,
sebuah kelompok penyair Turki modern. Pergaulannya dengan Ibrahim Shanusi Efendi
akhirnya merobah pola kepenyairannya dari imitasi tradisional menjadi
bernafaskan barat. Selain itu, dikemudian hari ia mejadi editor surat kabar
berbahasa Turki <i>Taswir Efkar</i> setelah Ibrahim pergi ke Paris tahun 1864. <i>Taswir</i>
bertujuan untuk melakukan pencerahan di bidang politik, kesusasteraan dan ilmu
pengetahuan bangsa Turki. Akhirnya, ditangannya penerbitan tersebut menjadi
surat kabar yang berpengaruh di Turki, yang kemudian hari menjadi tempat
menyuarakan aspirasi politik Usmani Muda.<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebab-sebab kemunduran kerajaan usmani menurutnya terletak pada
keadaan ekonomi dan politik yang tidak beres. Jalan pertama yang harus ditempuh
untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan politik ialah perubahan sistem
pemerintahan absolut menjadi pemerintahan yang konstitusional.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang politik ia berpendapat bahwa rakyat sebagai warga negara,
mempunyai hak-hak politik yang harus dihormati dan dilindungi negara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedaulatan
terletak di tangan rakyat seluruhnya. Negara yang baik menurutnya adalah negara
yang memakai kedaulatan rakyat sebagai fondasi dan disamping itu juga menjamin
tidak dilanggarnya hak-hak rakyat. Dalam pelaksanaan kedaulatan itu tidak
mungkin dijalankan rakyat seluruhnya, maka dibentuklah system perwakilan
rakyat. Wakil-wakil rakyat dipilih oleh rakyat dengan melalui berbagai jalan.<o:p></o:p></span></div>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-top: 12.0pt; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552358"><span lang="EN-US">BAB III</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h1 align="center" style="line-height: 150%; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552359"><span lang="EN-US">PENUTUP</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h1>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l6 level1 lfo10; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552360"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">A.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Kesimpulan</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan uraian pembahasan di
atas, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.
Kesimpulan yang dimaksud sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemabaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II
merupakan landasan atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya.
Diantara pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II yaitu di bidang
militer, internal istana, birokrasi pemerintahan, hukum, dan pendidikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanzimat adalah gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Usmani
pada pertengahan abad ke-19, yaitu penerus usaha-usaha pembaharu yang dilakukan
oleh Sultan Mahmud II. Diantara tokoh Tanzimat ialah Mustafa Rasyid pasya,
Mustafa Sami, dan Mahmed Sadik Rifat Pasya. Pokok pemikiran pembaharuan
Tanzimat banyak dipen garuhi oleh Pemikiran barat. Meskipun demikian, Tanzimat
tidak sepenuhnya berhasil terlaksana dalam pemerintahan kerajaan Turki usmani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana
usaha-usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem
konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen
dan dihancurkannya Usmani muda. Tokoh-tokoh pembaharu pada zaman ini adalah:
Ziya Pasya, Midat Pasya, dan Namik Kemal.<o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 10.0pt; mso-list: l6 level1 lfo10; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="_Toc461552361"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">B.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US">Implikasi</span></a><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mudah-mudahan
dengan kehadiran makalah ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai
pembaharuan di Turki khususnya apa yang telah dilahirkan dari Sultan Mahmud II,
gerakan Tanzimat dan Usmani Muda. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Seperti masih ada pembahasan yang
belum kami sampaikan yang terkait dengan materi yang telah ada dalam makalah
ini. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Serta masih ada banyak
kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun atau lainnya demi kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang. <o:p></o:p></span></div>
<w:sdt docparttype="Table of Contents" docpartunique="t" id="2059357072" sdtdocpart="t">
</w:sdt>
<br />
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<br />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Fadil SJ., <i>Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah</i>
(Cet. I; Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 244-245.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan</i> (Jakarta: Bulan Bintang,
1995), h. 21.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan</i> , h. 15<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Fadil SJ., <i>Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah,</i>
h. 242.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>
(Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>,
h. 121.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Yusran Asmuni, <i>PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan
dalam Dunia Islam </i>(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), h. 11-12.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>,
h. 122.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Fadil SJ., <i>Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah</i>,
h. 257.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki,</i>
h. 122.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki,</i>
h. 123.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki,</i>
h. 124.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>,
h. 124.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, </i>h.
125.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan</i>, h. 90-96.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Lois Ma’luf, <i>Al-Munjid fi> Lugah wa al- A’lam</i>, (Beirut:
Da>r al-Masyriq, t.th), h. 818.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>,
h. 126.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan</i>, h. 97.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Jaih Mubarok, <i>Sejarah Peradaban Islam</i>, hal 211.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki</i>,
h. 127.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Yusran Asmuni, <i>Dirasah Islamiah III</i>, h. 20<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, <i>Ensiklepedi Islam</i>, h. 63<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam,</i> h. 99<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Turki</i>, h.128<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn25">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam</i>, h. 101-102<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn26">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam</i>, h. 103<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn27">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Yusran Asmuni, <i>Dirasah Islamiah III</i>, h. 21<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn28">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam</i>, h. 105<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn29">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///F:/hudha003/KULIAH%20S2/TURKI%20DAN%20PEMBAHARUAN-%20MUHAMMAD%20KHOIRUL%20HUDA.docx#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> Syafiq A. Mughni, <i>Sejarah Kebudayaan Islam di Turki</i>, h.
132-133<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-50078873079874315712015-05-03T01:13:00.001-07:002015-05-03T01:13:21.808-07:00Ibnu Ruysd dan Filsafatnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
A. PENDAHULUAN<br />
<br />
Agama Islam merupakan agama universal, dan rahmatan lil alamin. Agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah erat kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahir berbagai disiplin ilmu keislaman seperti: teologi, filsafat, kedokteran, dan tasawuf.<br />
Dalam bidang-bidang ilmu keislaman tersebut, lahirlah para pemikir dan pakarnya, yang pemikirannya masih relevan hingga sekarang, di antaranya adalah Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Bajjah, Al-Ghazali, dan Ibnu Thufail.<br />
Dalam makalah ini akan dibahas seputar Ibnu Rusyd, baik dalam hal biografi mereka, karya, dan pandangan filsafatnya.<br />
<br />
B. PEMBAHASAN<br />
<br />
I. IBNU RUSYD<br />
<br />
a. Biografi Singkat Ibnu Rusyd<br />
Diantara para filosof Islam, Ibnu Rusyd adalah salah seorang yang paling dikenal dunia Barat dan Timur. Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Ahmad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova, Andalus pada tahun 520 H/1126 M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya Abu Hamid Al-Ghazali. Ia ditulis sebagai satu-satunya filusuf Islam yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang semuanya menjadi fuqaha’ dan hakim. Ayahnya dan kakeknya menjadi hakim-hakim agung di Andalusia. Ibnu Rusyd sendiri menjabat hakim di Sevilla dan Cordova pada saat terjadi hubungan politik yang penting antara Andalusia dengan Marakasy, pada masa Khalifah Al-Manshur. Hal itu mencerminkan kecerdasan otak dan ghirah kepada ilmu pengetahuan dalam keluarga ini sudah tumbuh sejak lama yang kemudian semakin sempurna pada diri Ibnu Rusyd. Karena itu, dengan modal dan kondisi ini ia dapat mewarisi sepenuhnya intelektualitas keluarganya dan menguasai berbagai disiplin ilmu yang ada pada masanya.[1]<br />
<br />
Ibnu Rusyd mempelajari ilmu Fiqih dari ayahnya, sehingga dalam usianya yang masih muda, Ibnu Rusyd telah hafal kitab Al-Muwatha’ karangan Imam Malik. Di samping itu, ia belajar ilmu kedokteran kepada Abu Ja’far Harun dan Abu Marwan Ibnu Jarbun Al-Balansi, sedangkan logika, filsafat, dan teologi ia peroleh dari Ibnu Thufail.[2]<br />
<br />
Dalam pada itu pernah terjadi permusuhan antara Ibnu Rusyd dengan para ahli hukum. Ia dituduh sebagai penganut filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia dipenjara di kota Maroko dan meninggal di sana pada tahun 1198 M.[3]<br />
<br />
Di dunia Barat ia disebut dengan Averrois, menurut Sirajuddin Zar, sebutan ini sebenarnya lebih pantas untuk kakeknya. Karena sebutan ini adalah akibat terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Kata Arab Ibnu oleh orang Yahudi diucapkan seperti kata Ibrani Aben, sedangkan dalam standar Latin Rusyd menjadi Rochd. Dengan demikian, nama Ibnu Rusyd menjadi Aben Rochd, maka melalui asimilasi huruf-huruf konsonan dan penambahan sisipan, akhirnya menjadi Averrois. Dari Averrois ini muncul sebuah kelompok pengikut Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat yang menamakan diri Averroisme. Dalam bidang ini, Ibnu Rusyd memang membuktikan diri sangat ahli dan terhormat, penjelasan-penjelasannya tentang filsafat dan komentarnya terhadap filsafat Aristoteles dinilai yang paling tepat dan tidak ada tandingannya. Sebab itu ada yang menamakannya sebagai guru kedua, setelah setelah guru pertama Sang Filusuf atau Aristoteles.[4]<br />
<br />
b. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd<br />
Filsafat Ibnu Rusyd sangat dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles. Hal itu wajar, karena ia banyak menghabiskan waktunya meneliti dan membuat komentar-komentar terhadap karya-karya Aristoteles dalam berbagai bidang, sehingga ia digelar Syarih (komentator).[5]<br />
<br />
Ibnu Rusyd juga berbicara tentang hubungan antara filsafat dan agama. Baginya tugas filsafat tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yang ada dan berpikir itu sebagaimana dinyatakan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an sangat dianjurkan.[6]<br />
<br />
Ibnu Rusyd juga membahas masalah-masalah yang pernah dipikirkan oleh filusuf-filusuf sebelumnya. Ia tidak menerima begitu saja pikiran-pikiran mereka. Ia mengkritik Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajjah, dan lainnya.<br />
<br />
1). Metafisika<br />
Dalam masalah ketuhanan, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah Penggerak Pertama. Wujud Allah ialah Esa-Nya. Wujud dan ke-Esa-an tidak berbeda dari zat-Nya. Konsep Ibnu Rusyd tentang ketuhanan jelas sekali merupakan pengaruh Aristoteles, Plotinus, Al-Farabi, dan Ibnu Sina, di samping keyakinan agama Islam yang dipeluknya. Mensifati Tuhan dengan “Esa” merupakan ajaran Islam, tetapi menamakan Tuhan sebagai Penggerak Pertama, tidak pernah dijumpai dalam pemahaman Islam sebelumnya, hanya dijumpai dalam filsafat Aristoteles, Plotinus, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.[7]<br />
<br />
Menurut Ibnu Rusyd, Islam mengajak kita untuk memperhatikan alam ini dengan akal pikiran, seperti yang terdapat dalam surat al-Hasyr ayat 2 yang menunjukkan atas wajib menggunakan qiyas syar’i dan qiyas ‘aqli.<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فَاعْتَبِرُوْا يآولِى الأَبْصَار. الحشر: 2 </span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.<br />
<br />
Ibnu Rusyd juga menerangkan dalil-dalil yang meyakinkan:[8]<br />
1. Dalil Inayah al-Ilahiyah, bahwa alam ini seluruhnya sangat sesuai dengan kehidupan manusia. Persesuaian ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan, tetapi menunjukkan adanya pencipta yang sangat bijaksana.<br />
2. Dalil Ikhtira’, yang berarti bahwa segala yang ada di alam ini adalah diciptakan. Segala yang diciptakan harus ada yang menciptakan.<br />
3. Dalil Harokah. Alam semesta ini bergerak dengan suatu gerakan yang tetap. Gerakan tersebut menunjukkan adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan bukan benda, yaitu Tuhan.<br />
Dalil pertama dan kedua disepakati oleh semua pihak sesuai dengan syariat. Adapun dalil ketiga merupakan dalil yang pertama kali dicetuskan oleh Aristoteles yang kemudian dipergunakan oleh Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd sendiri.[9]<br />
<br />
2). Kritik Terhadap Al-Ghazali<br />
Ibnu Rusyd hidup dan melontarkan pemikirannya beberapa puluh tahun setelah al-Ghazali wafat. Ia mengkritik pemikiran Al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah tentang permasalahan yang dapat menyebabkan kekafiran. Permasalahan tersebut adalah: Pendapat fulisuf tentang qadimnya alam; Pengetahuan Tuhan; dan tentang kebangkitan jasmani. Ibnu Rusyd menjelaskan kritik dan tanggapannya tersebut dalam buku Tahafut al-Tahafut.<br />
<br />
a. Pendapat Filusuf Tentang Qodimnya Alam.<br />
Pendapat para filusuf bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula, tidak dapat diterima oleh kalangan teologi Islam, sebab menurut teologi Islam, Tuhan adalah pencipta. Yang dimaksud pencipta adalah mengadakan sesuatu dari tiada. Kalau alam dikatakan tidak bermula, berarti alam bukanlah diciptakan, dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Pendapat seperti ini membawa kekufuran. Demikian gugatan Al-Ghazali dalam kitabnya Tahaful al-Falasifah.[10]<br />
<br />
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa penciptaan sesuatu dari tiada tidak mungkin terjadi. Dari yang tidak ada, atau kekosongan tidak mungkin berubah menjadi ada. Yang terjadi ialah “ada” yang berubah menjadi “ada” dalam bentuk lain. Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan pada mulanya berwujud sendiri, yaitu tidak ada wujud selain dari diri-Nya, dan kemudian barulah dijadikan alam. Untuk memperkuat argumentasinya, Ibnu Rusyd mengutip ayat Al-Qur’an yang berbunyi:<br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَ الأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ وَ كَانَ عَرْشُهُ عَلَي الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً .هود:7</span><br />
<br />
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.<br />
<br />
Ayat ini menurut Ibnu Rusyd mengandung arti bahwa sebelum adanya wujud langit-langit dan bumi, telah ada wujud yang lain, yaitu wujud air yang di atasnya terdapat tahta kekuasaan Tuhan, dan adanya masa sebelum masa diciptakannya langit dan bumi. Tegasnya, sebelum langit dan bumi diciptakan telah ada air, tahta, dan masa.[11]<br />
<br />
Kemudian Ibnu Rusyd mengutip lagi ayat yang berbunyi:<br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">أَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا أَنَّ السَّموَاتِ وَ الأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَا هُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كَلَّ شَيْئٍ حَيِّ أَفَلاَ يَؤْمِنُوْنَ .الأنبياء:30</span><br />
<br />
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.<br />
<br />
Dari ayat-ayat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sebelum bumi dan langit dijadikan, telah ada benda lain. Dalam sebagian ayat benda itu diberi nama air, dan uap. Selanjutnya dapat pula ditarik kesimpulan bahwa bumi dan langit dijadikan dari sesuatu yang ada, bukan dijadikan dari tiada.[12]<br />
<br />
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa benar ada penciptaan, dan alam ini memerlukan tenaga penggerak, namun penciptaan itu diwujudkan terus-menerus. Dengan kata lain alam ini kekal. Semua bagian alam berubah dalam bentuk baru, menggantikan bentuk lama. Pencipta aktif yang terus-menerus mencipta inilah menurut Ibnu Rusyd yang patut disebut pencipta, dibanding dengan pencipta yang penciptaannya sekali dilakukan dan selesai.[13]<br />
<br />
Lebih jauh mengenai keabadian alam, Ibnu Rusyd membedakan dua macam keabadian, keabadian dengan sebab dan keabadian tanpa sebab. Penggerak atau perantara itulah yang menjadi sebab abadinya alam, seperti abadinya penggerak itu sendiri. Hanya Tuhan yang abadi tanpa sebab, sedangkan alam menjadi abadi tetapi dengan adanya sebab atau perantara.[14]<br />
<br />
b. Pendapat Filusuf Tentang Pengetahuan Tuhan<br />
Permasalahan selanjutnya yang digugat oleh Al-Ghazali adalah masalah Tuhan tidak mengetahui perincian yang terjadi di alam.<br />
Kalau Al-Ghazali mengatakan, menurut para filusuf, Tuhan tidak mengetahui perincian yang terjadi di alam, maka Ibnu Rusyd menjawab, Al-Ghazali dalam hal ini salah paham, sebab para filusuf tidak ada yang pernah mengatakan demikian, yang ada ialah pendapat mereka bahwa pengetahuan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu.[15]<br />
<br />
Menurut Ibnu Rusyd, para filsuf tidak mempersoalkan apakah Tuhan mengetahui hal-hal yang bersifat juz’i yang terdapat di alam semesta ini atau tidak mengetahuinya. Persoalannya adalah bagaimana Tuhan mengetahui yang juz’i tersebut. Cara Tuhan mengetahui yang juz’iyat berbeda dengan cara manusia mengetahuinya. Pengetahuan manusia kepada juz’iyat merupakan efek dari objek yang telah diketahui, yang tercipta bersamaan dengan terciptanya objek tersebut serta berubah bersama perubahannya. Sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan kebalikannya, pengetahuan-Nya merupakan sebab bagi obyek yang diketahui-Nya. Artinya, pengetahuan Tuhan bersifat qadim, yakni semenjak azali Tuhan mengetahui yang juz’i tersebut, bahkan sejak sebelum yang juz’i berwujud seperti wujud saat ini.[16]<br />
<br />
Tuhan juga mengetahui apa-apa yang terjadi dan sesuatu yang telah terjadi. Pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh waktu yang telah lampau, sekarang, dan akan dating. Meskipun demikian, pengetahuan Tuhan tidak dapat diberi sifat kulliyah dan juziyyah, sebab kedua sifat itu merupakan kategori-kategori manusia, bukan merupakan kategori Ilahi. Sebenarnya bentuk pengetahuan Tuhan tidak dapat diketahui kecuali oleh Tuhan sendiri.[17]<br />
<br />
c. Pendapat Filusuf Tentang Kebangkitan Jasmani<br />
Masalah ketiga yang digugat oleh Al-Ghazali dan dianggapnya dapat membawa kepada kekafiran ialah pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani di akhirat oleh para filusuf.<br />
Menurut Ibnu Rusyd, filusuf mengakui tentang adanya kebangkitan di akhirat, tetapi mereka berbeda interpretasi mengenai bentuknya. Ada yang mengatakan bahwa yang akan dibangkitkan hanya rohani saja, dan ada yang mengatakan jasmani dan rohani. Namun yang pasti, kehidupan di akhirat tidak sama dengan kehidupan di dunia ini. Jadi, para filusuf tidak berpendapat seperti yang dituduhkan Al-Ghazali bahwa filusuf hanya berpaham bahwa kebangkitan hanya bersifat rohani.[18]<br />
<br />
Meskipun Ibnu Rusyd cenderung berpendapat bahwa kebangkitan di akhirat nanti dalam wujud ruhani saja, ia tidak menafikan kemungkinan kebangkitan jasmani bersama-sama ruhani. Kalaupun kebangkitan ukhrawi tersebut dalam bentuk fisik, dimana ruh-ruh akan menyatu kembali dengan jasad sebagaimana keadaannya semula di dunia, tetapi jasad tersebut bukanlah jasad yang ada di dunia itu sendiri, sebab jasad yang ada di dunia telah hancur dan lenyap disebabkan kematian, sedangkan yang telah hancur mustahil dapat kembali seperti semula.[19]<br />
<br />
Menurut para filusuf, unsur-unsur fisik manusia yang telah mati akan diproses oleh alam. Proses panjang alam tersebut tidak menutup kemungkinan merubah unsur pertama menjadi bagian dari fisik manusia yang lain. Dengan demikian, jika kebangkitan ukhrawi manusia yang dibangkitkan dalam bentuk fisiknya yang semula, maka terdapat kemungkinan manusia yang dibangkitkan memiliki bentuk fisik yang tidak sempurna.[20]<br />
<br />
Sungguhpun demikian, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa bagi orang awam, soal pembangkitan itu perlu digambarkan dalam bentuk jasmani, dan tidak hanya dalam bentuk ruhani, karena pembangkitan jasmani lebih mendorong bagi kaum awam untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat.[21]<br />
<br />
3). Averroisme<br />
Ketika pembuangan Ibnu Rusyd ke Lucena, ia disambut oleh murid-muridnya, seperti Maimunides dan Josef Benjehovan yang beragama Yahudi. Dengan demikian, kegiatan menulis dan mengajar Ibnu Rusyd tetap berlangsung. Karena itu, tidak mengherankan pada waktu pembakaran buku-buku Ibnu Rusyd yang musnah adalah dalam bahasa aslinya (Arab), dalam waktu singkat, di beberapa tempat di Eropa muncul karya-karya Ibnu Rusyd dalam bahasa Latin dan Hebrew (Yahudi).[22]<br />
<br />
Penerimaan pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang menentang pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd, dalam hal ini golongan gereja; dan kelompok yang mendukung pemikiran Ibnu Rusyd yang dipelopori oleh para ilmuan.[23]<br />
<br />
Suasana pertentang ini menjurus pada semakin maraknya perbincangan filsafat Ibnu Rusyd pada abad XIII, sehingga lahir kelompok yang menamakan diri mereka dengan al-Rasyidiyin al-Latiniyin.[24]<br />
<br />
Larangan Gereja tidak mempan menghalangi kaum intelektual untuk terus mengembangkan paham filsafat, terutama paham Ibnu Rusyd di Eropa. Dari sini muncullah sekelompok intelektual yang bersemangat menjadikan Ibnu Rusyd sebagai guru pertama (al-mua’allim al-awwal). Mereka ini dipimpin Hermanus Allemanus (pada masa 1240-1260 M) yang mendirikan aliran Averroisme. Walaupun Averroisme dilarang oleh gereja, tetapi pengikut-pengikutnya tetap setia dan tidak habis-habisnya.[25]<br />
<br />
c. Karya Ibnu Rusyd<br />
Ibnu Rusyd banyak menulis di bidang fiqih, kedokteran, ilmu falak, filsafat, dan lain-lain. Karyanya yang paling berpengaruh di Barat adalah ‘Averroism’ yang berisi komentarnya atas karya-karya Aristoteles, bukan saja dalam bidang filsafat, namun juga dalam bidang ilmu jiwa, fisika, logika, dan akhlak. Manuskrip-manuskrip Arabnya sudah tidak ada, namun masih terdapat terjemahan-terjemanannya dalam bahasa Latin dan Ibrani. Karya-karyanya yang lain adalah:[26]<br />
1). Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid fi al-Fiqh.<br />
2). Kitad al-Kulliyat fi al-Thib.<br />
3). Tahafut al-Tahafut, yang merupakan sanggahan terhadap kitab Al-Ghazali.<br />
4). Al-Kasyf’an Manahij al-Adillah fi ‘Aqaid al-Millah.<br />
5). Fashl al-Maqal fima bain al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal, merupakan kajian teologi yang mencoba mempertemukan agama dengan filsafat.<br />
6). Dhamimah li Masalah al-Qadim.<br />
7). Talkhis Kitab An-Nafs, bidang Psikologi.<br />
8). Al-Jamhuriyyah Wa Al-Ahkam dalam bidang politik yang menguraikan gagasan pemikiran secara demokratik yang tidak memisahkan antara agama da politik.<br />
9). Jawami' Saisati Aflaton.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-68478362979493978882015-05-01T13:29:00.001-07:002015-05-01T13:29:15.942-07:00Ibnu Thufail dan Filsafatnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>A. Pendahuluan</b><br />
Pemikiran seseorang tidak akan lepas dari pengaruh zaman dan tempat dimana orang itu berada. Pengaruh zaman dan tempat itu akan memberikan ciri khas atau corak dari pemikiran itu sendiri.<br />
Demikian pula dalam sejarah filsafat. Meskipun pada dasarnya sumber filsafat adalah satu yaitu rasio, namun, tidak pelak pemikiran filosofis dari para filosof memiliki ciri dan karakter yang berbeda. Dapat kita lihat bahwa telah terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara pemikiran Al Ghazali dengan Ibnu Rusyd.<br />
<br />
Makalah ini secara spesifik ingin mengetahui ciri atau corak pemikiran salah satu filosof muslim yang terkenal dengan roman filosofisnya: Hayy ibn Yaqzhan. Adalah ibnu Thufail, seorang filosof muslim yang hidup pada masa khalifah Abu Ya’kub Yusuf, Dinasti Al Muwahhid Spanyol.<br />
Penulis berharap, adanya makalah yang singkat ini dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi kita semua. Amin.<br />
<br />
<b>B. Pembahasan</b><br />
1. Riwayat hidup dan karyanya<br />
Nama lengkap Ibnu tufail adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Abd Al Malik Ibnu Muhammad ibnu Muhammad Ibnu Tufail. Lahir di Cadix, provinsi Grada sepanyol pada tahun 506/1110 M. Ia termasuk dalam keluarga suku Arab terkemuka, Qais. Dalam bahasa lain ia terkenal dengan Abu Bacer.[1]<br />
<br />
Sebagaimana Filosof Muslim di masanya, Ibnu Tufail memiliki disiplin ilmu dalam berbagai bidang.[2] Selain terkenal sebagai filosof muslim yang gemar menuangkan pemikirannya dalam kisah-kisah ajaib dan penuh dengan kebenaran, ia juga seorang dokter, ahli matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid Spanyol. Ia memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.<br />
<br />
Lewat ketenarannya sebgai dokter ia diangkat menjadi sekretaris gubernur di provinsi itu. Kemudian, Ibnu Thufail menjadi sekretaris pribadi Gubernur Cueta (Arab: Sabtah) dan Tangier (Arab : Thanjah / Latin : Tanger) oleh putra Al Mukmin, penguasa Al Muwahhid Spanyol. Selanjutnya menjadi dokter pemerintah dan sekaligus menjadi qadhi.[3]<br />
<br />
Pada masa Kholifah Abu Ya’kub, Ibnu Thufail mempunyai pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Disisi lain, khlaifah sendiri memang seorang pecinta ilmu pengetahuan dan secara khusus adalah peminat filsafat dan memberi kebebasan[4]. Dari sini dapat kita pahami bahwa transformasi filsafat dan keilmuan Ibnu Thufail dapat dilakukan dengan mudah. Sikapnya itu menjadikan pemerintahannya sebagai pemuka pikiran filosofis dan membuat spanyol seperti apa yang dikatakan R. Briffault, yang dikutib Bakhtiar Husain Siddiqi dalam bukunya A History of Muslim Philosophy sebagai “tempat kelahiran kembali negeri eropa”. Posisi ibnu Thufail disini adalah pakar dalam pemikiran filosofis dan ilmiah.[5]<br />
<br />
Adapun Karier Ibnu Thufail sebagai dokter berakhir pada tahun 587/1182 hijriah karena usianya yang sudah lanjut. Dan ia menganjurkan kepada khalifah supaya muridnya, Ibnu Rusyd menggantikan kedudukannya. Khalifah meluluskan permintaannya dan langsung mengangkat Ibnu Rusyd sebagai dokter istana.[6] Tapi dia tetap mendapatkan penghargaan dari Abu Yaqub dan setelah dia meninggal pada tahun 581 H / 1185 M) di Marakesh (Maroko) dan dimakamkan disana, Al-Mansur sendiri hadir dalam upacara pemakamannya.[7]<br />
<br />
Adapun mengenai karya-karyanya, Buku-buku biografi menyebut bahwa karangan ibnu Thufail menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan lain sebagainya, disamping surat-surat yang dikirimkan kepada Ibnu Rusyd. Namun karangan-karangan itu tidak sampai kepada kita kecuali risalah Hayy bin Yaqadhan yang merupakan intisari pemikiran filsafat Ibnu Thufail.[8]<br />
<br />
Risalah ini ditulis atas permintaan salah seorang kawannya untuk mengintisarikan filsafat timur. Karya ini merupakan suatu kreasi yang unik dari pemikiran filsafatnya. Sebelumnya, judul ini telah diberikan oleh ibnu Sina kepada salah satu bukunya. Demikian juga nama tokoh dalam cerita itu. Bahkan, sebelum Ibnu Sina, kisah ini sudah ada seperti kisah arab kuno, hunain ibnu Ishaq, Salman dan Absal, Ibnu Arabi. Namun, ibnu Thufail berhasil menjadikan kisah ini menjadi kisah roman filosofis yang unik.[9]<br />
<br />
Keunikan itu terlihat pada ketajaman filosofisnya yang menandai kebaharuan kisah tersebut. Kisah ini merupakan kisah paling asli dan indah pada abad pertngahan. Terbukti, baku ini telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa seperti, Ibrani, Latin, Ingrgris, Belanda, Prancis, Spanyol, Jerman dan lain-lain.[10]<br />
<br />
2. Filsafat Ibnu Tufail<br />
Filsafat ibnu Thufail merupakan pemikiran yang baru dalam filsafat islam yang belum pernah dilakukan para filosof muslim sebelumnya. Terutama dalam hal pembuktian adanya tuhan. Penjabaran yang diberikan ibnu Thufail cukup gamlang dan dapat dipahami oleh nsemua golongan orang. Berbeda dengan Ibnu Sina. Pembagian wajib al wujud min ghairih dan mumkin al wujud bi dzatihi, seperti yang dikatakan Prof. Dr. H . Sirajudin Zar, yang dikutib dari Muhammad Athif Al Iraqiy, agak membingungkan. Karena dalam konsep Wajib ada unsur mumkin.[11]<br />
<br />
Secara umum, pemikiran filsafat ibnu Thufail dapat kita lihat dalam karyanya: Hay Ibnu Yaqhan. Roman Filsafat itu menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai fitroh bagi setiap manusia. Absal merupakan orang yang berilmu dan beragama islam, dimana ilmunya telah dilengkapi dengakan wahyu. Sedangkan salman menggambarkan tentang masyarakat[12]<br />
<br />
Sebagaimana diketahui, Ibnu Thufail tidak merasa puas dengan filsafat Al Ghazali untuk mencari kebahagiaan dan kebenaran tuhan, tetapi lebih cendrung kepada perenungan fikiran sebagaimana dilakukan Al Farabi. Ibnu Thufail termasuk pengikut aliran Kontemplatif filsafat arab yang disebut isyrok, suatu teori neo platonisme kuno dan dekat dengan aspirasinya kepada mistik modern.[13]<br />
<br />
Sebagaimana dikutip oleh Muslim Ishak dalam buku Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat, Filsafat Kontemplatif Ibnu Thufail tidak didasarkan atas exsaltasi mistik, tetapi atas suatu mode yang mana intuisi digabungkan dengan pencarian akal. Hal ini dapat dilihat sebagaimana dalam kisah Hay, dimana, akal memiliki perkembangan yang berngsur-angsur dan berturut-turut dari seseorang yang tidak mendapat asupan pendidikan dari luar.<br />
<br />
1. Metafisika (Ketuhanan)<br />
Seperti para filosof sebelumnya, ibnu Thufail memulai filsafatnya dengan filsafat ketuhanan. Dalam membuktikan adanya tuhan ibnu Thufail mengemukakan tiga argument sebagai berikut:[14]<br />
<br />
a. Argumen Gerak<br />
Gerak alam menjadi bukti adanya Allah. Baik bagi orang yang meyakini alam baharu maupun bagi orang yang yang meyakini alam kadim. Bagi orang yang meyakini alam itu baharu, gerak alam berarti dari ketiadaan hingga alam itu ada (diciptakan). Oleh karena itu, keberadaan alam dari ketiadaan itu mestilah membutuhkan pencipta yaitu Allah. Sementara bagi orang yang mengatakan bahwa alam itu kadim, gerak alam berarti tidak berawal dan tidak berakhir. Karena zaman tidak mendahuluinya, arti gerak ini tidak didahului oleh diam. Disini, penggerak alam (Allah) berfungsi mengubah materi dari alam potensial ke actual. Mengubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.[15]<br />
Sirajuddin Zar dalam buku filsafat islam, Filosof dan filsafatnya mengatakan, inilah letak keistimewaan argumen gerak ibnu thufail, yakni dapat dipahami oleh semua golongan. Dengan argumen diatas, secara tidak langsung, Ibnu Thufail memperkuat argumentasi bahwa tanpa wahyu akal dapat mengetahui adanya Allah.<br />
<br />
b. Argumen Materi<br />
Argumen gerak Ibnu Thufail juga digunakan untuk mebuktikan adanya tuhan. Argumen ini didasarkan pada ilmu fisika yang masih ada korelasinya dengan argumen yang pertama (al harakat). Hal ini dikemukakan Ibnu Thufail dalam kelompok pikiran yang terkait satu sama lain yakni, segala yang ada tersusun dari materi dan bentuk, setiap materi membutuhkan bentuk, bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak dan segala yang ada untuk bereksistensi membutuhkan pencipta.<br />
Bagi yang meyakini alam itu kadim, pencipta ini berfungsi mengeksistensikan wujud dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Sementara bagi yang meyakini alam itu baru, pencipta berfungsi menciptakan dari ketiadaan menjadi ada. Pencipta disini, merupakan ilat (sebab) dan alam merupakan ma’lul (akibat).<br />
<br />
c. Argumen Alghaiyyat dan Al-inayat al ilahiyat<br />
Argumen ini sebenarnya pernah dikemukakan oleh Ibnu Sina. Tiga sebab yang dikemukakan oleh aristoteles yaitu materi, bentuk dan pencipta. Ibnu sina melengkapinya dengan ilat al ghaliyat, sebab tujuan.<br />
<br />
Menurut Ibnu Thufail, bahwa segala yang ada di alam ini memiliki tujuan. Tertentu. Ini merupakan inayah dari Allah. Ibnu thufail yang berpegang pada argument ini sesuai dengan Al qur’an, menolak bahwa alam diciptakan secara kebetulan. Alam ini, masih menurut ibnu Thufail, sangat rapi dan sangat teratur. Semua planet, begitu juga jenis hewan dan anggota tubuh pada manusia memiliki tujuan tertentu. Demikian tiga argument yang dikemukakan Ibnu Thufail.<br />
<br />
Adapun mengenai Dzat Allah, Ibnu Thufail sependapat dengan kaum Mu’tazilah sifat-sifat Allah yang maha sempurna tidak berlainan dengan Dzat-Nya. Allah berkuasa bukan dengan sifat ilmu dan kudrat yang dimiliki. Melainkan dengan Dzat Allah itu Sendiri.<br />
<br />
2. Fisika<br />
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung mengenai golongan yang mengakui bahwa alam itu baru atau mereka yang mengakui alam itu kadim. Mengenai alam ini, Ibnu Thuifail merupakan penganut keduanya. Ia mempercayai bahwa alam itu baharu sekaligus alam itu kadim. Alam itu kadim, menurut Ibnu Thufail, karena ia diciptakan sejak azali, tanpa di dahului zaman. Alam disebut baru karena ia membutuhkan dan bergantung pada Dzat Allah.[16]<br />
<br />
Ibnu Thufail mencontohkan, ketika seseorang menggenggam suatu benda, kemudian ia gerakkan benda tersebut, maka benda itu mesti bergerak mengikuti gerak tangan orang tersebut. Gerakan benda tersebut tidak terlambat dari segi zaman dan hanya terlambat dari segi zat. Demikian alam ini, keseluruhan merupakan akibat dan diciptakan Allah tanpa zaman.[17]<br />
<br />
3. Jiwa<br />
Jiwa menurut Ibnu Thufail adalah makhluk yang tertinggi martabatnya. Manusia Terdiri dari dua Unsur yakni jasad dan roh (al-madat al ruh). Badan tersusun dari unsur-unsur sedangkan jiwa tidak. Jiwa bukan jisim dan bukan pula sesuatu yang ada didalam jisim. Setelah badan hancur atau mengalami kematian, jiwa lepas dari badan, dan selanjutnya jiwa yang pernah mengenal Allah yang berada di dalam jasad akan hidup dan kekal.[18]<br />
<br />
Jiwa terdiri dari tiga tingkat: jiwa tumbuhan (an-nafs al nabawiyat), jiwa jiwa hewan dan jiwa manusia.[19] Ketiga jiwa tersebut merupakan sebuah tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu jiwa manusia. Dalam menjabarkan hal ini, Ibnu Thufail kemudian mengelompokkan jiwa hubungannya dengan Allah kedalam tiga golongan:<br />
a. Jiwa yang sebelum mengalami kematian jasad telah mengenal Allah, mengagumi kebesaran dan keagungannya, dan selu ingat kepadanya, maka jiwa seperti ini akan kekal dalam kebahagiaan.<br />
b. Jiwa yang mengenal Allah Namun bermaksiat, akan abadi dalam kesensaraan.<br />
c. Jiwa yang tidak mengenal allah sealam Hidupnya, akan berakhir seperti hewan.<br />
<br />
Dalam hal ini, Sirajudin Zar dalam buku Filsafat Islam berkomentar:<br />
“Agaknya Ibnu Thufail meletakkan tanggung jawab manusia dihadapan Allah atas dasar pengetahuannya tentang Allah. Orang yang tahu kepada Allah dan menjalankan kebaikan, akan kekal dalam kebahagiaan”.<br />
<br />
4. Epistimologi<br />
Ibnu Thufail mengatakan, seperti tersirat dalam kisah Hay Ibnu Yaqdan, Bahwa makrifat dimulai dari panca indra. Hal yang bersifat metafisis dapat diketahui dengan akal dan intuisi. Makrifat dapat dilakukan dengan dua cara: pemikiran atau renungan akal seperti yang dilakukan filosof muslim; dan tasawuf seperti yang dilakukan oleh kaum sufi.[20]kesesuaian antara nalar dan intuisilah yang membentuk epistimologi Ibnu Thufail.<br />
<br />
Menurut Ibnu Thufail, Ma’rifat dengan tasawuf dapat dilakukan dengan latihan-latihan rohani dengan penuh kesungguhan. Semakin tinggi latihan itu, maka semakin jelas dan hakikat semakin tersingkap.<br />
<br />
5. Rekonsiliasi antara Filsafat dan Agama<br />
Hubungan filsafat dan agama yang dikemukakan oleh Ibnu Tufail adalah filsafat sebagai bagian kebenaran yang esoteris hanya diperuntukkan bagi orang-orang terbatas yang memiliki kemampuan untuk memahami pengetahuan-pengetahuan murni. Semantara masyarakat kebanyakan cukup dengan agama dalam makna literalnya. Agama dalam pengertian seperti ini diperuntukkan bagi semua orang, tetapi filsafat hanya bagi orang-orang yang berbakat yang sedikit jumlahnya. Agama diperuntukkkan bagi orang-orang awam karna mereka tidak memiliki kemampuan untuk keluar dari sebatas penjelasan-penjelasan lahiriah agama.[21]<br />
<br />
3. Kisah Hay bin Yaqadhan<br />
Kisah Hay merupakan cara khusus yang dipakai oleh Ibnu Thufail untuk menjelaskan filsafatnya. Sebagaimana dikatakan dimuka, penulisan kisah ini merupakan jawaban atas permintaan temannya yang ingin mengetahui hikmah ketimuran. Adapun ringkasan kisah tersebut sebagai mana ditulis oleh Ahmad hanafi dalam bukunya Pengantar Filsafat Islam sebagai berikut:<br />
<br />
Seorang anak tinggal di sebuah pulau[22] yaitu Hayy ibn Yaqadhan, ia disusui dan di asuh oleh seokor rusa[23]. Ketika sudah besar ia mempunyai hasrat yang kuat untuk mengetahui dan menyelidiki tentang sesuatu yang tidak dapat dimengerti olehnya. Ia menyadari hewan-hewan mempunyai pakain alami dan alat pertahan bagi dirinya, sedang ia telanjang dan tidak bersenjata. Oleh karena itu, ia menutup dirinya pertama-tama denga kulit hewan yang telah mati serta memakai tongkat sebagai alat pertahanan diri. Lambat laun ia mengenal kebutuhan hidup yang lain, mengetahui cara memakai api, manfaat bulu, tahu menenun dan akhirnya membangun gubuk sebagai tempat berteduhnya.<br />
<br />
Dalam pada itu rusa pengasuhnya semakin lama semakin tua dan akhirnya mati. Pikiran manusia yang serba hedak ingin tahu itu, ingin mengetahui sebab terjadinya perubahan besar pada rusa itu. untuk itu ia membedah salah satu bagian tubuh dari hewan tersebut, dan dengan cermatnya ia menyelidiki bagian bagia tubuhnya. Kemudian ia berkesimpulan bahwa jantung merupakan pusat bagi anggota tubuh.[24]<br />
<br />
Sesudah itu ia mempelajari bahan-bahan logam, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang terdapat di pulau kediamannya, mempelajari suara yang bermacam-macam dan menirukannya pula. Kemudian ia mempelajari gejala-gejala di angkasa, dan karena tertarik oleh keragaman yang terdapat pada alam maka ia berusaha untuk menemukan keseragaman pada kesemuanya.<br />
<br />
Akhirnya ia memastikan bahwa dibalik keanekaragman itu tentu ada keseragaman dan kekuatan yang tersembunyi dan ganjil, suci dan tidak terlihat. Ia menyebutnya “sebab pertama atau pencipta dunia”. Kemudian ia merenungkan dirinya sendiri dan alat yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian arah penyelidikannya berubah menjadi perenungan terhadap dirinya sendiri. akhirnya ia menemukan unsur-unsur pertama atau substansi pertama, susunannya, benda, bentuk, dan akhirnya jiwa dan keabadiannya.<br />
<br />
Dengan memperhatikan aliran air dan menyusuri sumbernya sampai kepada suatu sumber air yang memamcar dan melimpah sebagai sungai, maka ia terbimbing untuk mengatakan bahwa manusia juga mesti mempunyai suatu sumber bersama.<br />
<br />
Selanjutnya ia merenungkan tentang langit, gerakan bintang-bintang, peredaran bulan dan pengaruhnya atas bumi. Ia kemudian menemukan garis pemikirannya sendiri dan menjahui pembunuhan hewan-hewan, kemudian ia sudah puas dengan makan buah-buahan yang masak dan tumbuh-tumbuhan dan hanya dalam keadaan terpaksa ia memakan daging hewan.<br />
<br />
Dari sini ia beralih dari hanya sekedar pengamat alam menjadi sorang yang mencari tuhan, dan sebagai ganti dari mencari pengetahuan dengan mengetahui dalil-dalil dan kesimpulan logika, atau dengan perkataan lain, pengetahuan obyektif, kemudian ia tenggelam dalam perenungan rohani. Ia memandang keseluruhan alam semesta sebagai pantulan (refleksi) dari satu tuhan, dan selanjutnya ia senang melakukan ekstasi (semedi).[25]<br />
<br />
Didekat pulau yang didiaminya itu, terdapat suatu pulau lain dan seorang pandai yang bernama Absal yang secara kebutulan berkunjung kepulau tempat kediaman Hay. Ia bertemu dengan Hay dan mengajarkan bahsa kepadanya.<br />
<br />
Melaui informasi yang diperoleh dari Absal, Hay menyadari bahwa metode filsafi yang ia miliki telah membawa dirinya ke tingkat ma’rifat yang sejalan dengan ajaran agama. Ia pun tahu bahwa orang yang membawa keterangan-keterangan dan ucapan yang benar itu adalah Rosul dan ia percaya kepadanya dan mengakui kerasulannya. Sebaliknya Hay juga menjelaskan pengalamannya dengan Allah kepada Absal.[26]<br />
<br />
Ketika keduanya mebandingkan pikirannya, dimana yang satu belajar dari alam, dan yang satunya adalah filosofis dan pemeluk agama, ternyata keduanya memiliki simpulan yang sama.<br />
Dari Ringkasan cerita tersebut sebenarnya Ibnu Thufail ingin mengemukakan kebenaran-kebenaran. Adapun kebenaran yang dimaksud sebagaimana disimpulkan oleh Nadhim al-Jisr dalam buku Qissat al Imam yang juga dikutib Ahmad Hanafi dalam buku Pengantar Filsafat Islam yaitu:<br />
1. Urutan Tangga Makrifat yan ditempuh oleh akal dimulai dari obyek indrawi yang khusus kepada pikiran universal.<br />
2. Tanpa pengajaran dan tanpa petunjuk, akal manusia dapat mengetahui tanda-tanda pada makhluknya dan menegakkan dalil-dalil atas wujudnya.<br />
3. Akal manusia kadang-kadang mengalami ketumpulan dan ketidakmampuan dalam mengemukakan dalil-dalil pikiran, yaitu ketika hendak ingin menggambarkan keazalian mutlak, ketidak-akhir-an, zaman qadim, hudus dan dalil yang sejenis dengan itu.<br />
4. Baik Akan menguatkan qadimnya alam atau baharunya, namun kelanjutan dari kepercayaan tersebut adalah satu juga yaitu tuhan.<br />
5. Manusia dengan akalnya sanggup menemukan dasar-dasar keutamaan dan dasar-dasar akhlak yang bersifat amali dan kemasyarakatan, serta berhiaskan diri dengan keutamaan-keutamaan dasar akhlak tersebut, disamping menundukkan keinginan-keinginan badan pada hukum pikiran, tanpa ,melalaikan hak badan atau meninggalkan sama sekali.<br />
6. Apa yang diperintahkan oleh syariat islamdan apa yang diketahui oleh akal yang sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat bertemu kedua-duanya dalam satu titik, tanpa dipersilisihkan lagi.<br />
7. Pokok dari semua hikmah ialah apa yang ditetapkan oleh syara’ yaitu mengarahkan pembicaraan kepada orang lain menurut kesanggupan akalnya, tanpa membuka kebenaran dan rahasia-rahasia filsafat kepada mereka. Juga pangkal dari segala kebaikan ialah menetapi batas-batas syara’ dan meninggalkan pendalaman sesuatu.<br />
<br />
C. Kesimpulan<br />
<br />
Dari beberapa pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:<br />
1. Ibnu Thufail Merupakan salah seorang filosof muslim yang memiliki corak pemikiran yang berbeda yang tidak dimiliki oleh filosof sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari corak filsafatnya, terutama dalam membuktikan eksistensi tuhan<br />
2. Dalam berfilsafat, meskipun Ibnu Thufail mengakui bahwa tanpa wahyu akal bisa mencapai tuhan, Ibnu Thufail tidak menafikan wahyiu sebagai salah satu sumber pengetahuan tidak menuhankan akal secara mutlak. Ia masih mengakui adanya peran wahyu.<br />
3. Keselarasan antara peran akal dan wahyu merupakan inti dari filsafat Ibnu Thufail<br />
<br />
<br />
<br />
Daftar Bacaan<br />
Sirajuddin Zar (Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007)<br />
Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 272<br />
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990) hal. 161<br />
Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat, (Bina Ilmu: surabaya), hal. 40.<br />
Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh filsuf Muslim pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat dan Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal 179.<br />
<br />
<br />
[1] Sirajuddin Zar (Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 205) dikutip dari Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid II, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1985) hal. 55<br />
[2] Ibid.<br />
[3] ibid<br />
[4] ibid<br />
[5] Ibid<br />
[6] Ibid<br />
[7] Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 272<br />
[8] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990) hal. 161<br />
[9] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 207<br />
[10] Ibid<br />
[11] Penjelasan Lebih lengkap, lihat Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 98<br />
[12] Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat, (Bina Ilmu: surabaya), hal. 40.<br />
[13] Ibid<br />
[14] Op, cit, hal. 212<br />
[15] Ibid. dikutip dari Al Iraqy, Al Mitafisika, hal 128<br />
[16] Ibid hal. 216<br />
[17] Ibid<br />
[18] Ibid 217<br />
[19] Ibid. dikutip dari Al Iraqy, Al Mitafiziqa, hal. 91.<br />
[20] Ibid. 218<br />
[21] Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh filsuf Muslim pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat dan Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal 179.<br />
[22] Ada yang meneyebut kepulawan India. Pulau terpencil dan beriklim sedang, terletak di garis katulistiwa yang oleh harus nasution di sebut pulau indonesia. Lih. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 209.<br />
[23] Hay adalah bayi yang terlahir cecara alamiah, tidak memiliki ayah dan ibu. Namun, dalam versi lain disebutkan bahwa ada seorang perempuan yang kawin rahasia dengan sorang laki-laki. Dari perkawinan itu ia melahirkan bayi laki-laki. Karena takut kepada kakaknya yang menjadi raja ditempatnya, perempuan itu memasukkannya kedalam peti dan melemparkannya ke laut. Dengan hempasan ombak, peti itu tersangkut disebuah pulau terpencil yang tak berpenghuni. Seekor rusa yang anaknya baru saja mati segera mendekati peti itu. Bayi yang ada dalam peti itu dikira anaknya. Sebagai lazimnya seorang ibu, rusa menyusui bayi itu dan sebaliknya bayi itu memandang rusa sebagi ibunya. Lih. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 210<br />
[24] Dalam satu literatur disebutkan bahwa Hayy mencari organ tubuh yang rusak, ternyata dalam tubuh rusa itu masih itu. Dari sini pula Hayy meyakini bahwa adanya pengaruh dari luar yang menyebabkan kematian itu, yaitu allah. Lih. Purwotanntana dkk, Seluk beluk filsafat, (Rosda Offset: Bandung, 1998), hal. 183<br />
[25] Sirajuddin Zar dalam bukunya Filsafat Islam (2007) menyebutkan, untuk mencapai ma’rifat hakiki dan kebahagiaan sejati ia melatih diri dengan berpuasa selama 40 hari di dalam gua.<br />
[26] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 210</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-24557662556920066822015-04-29T01:59:00.002-07:002015-04-29T02:24:11.494-07:00Kritik Ibnu Rusyd terhadap Al-Ghazali<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: left;">
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menyaksikan perkembangan
peradaban Barat yang fenomenal dan spektakuler, pencapaian peradaban Barat
sekarang ini bisa digolongkan puncak peradaban umat manusia yang pernah dicapai
sepanjang sejarah. Ilmu pengetahuan dan teknologi canggih merupakan dua produk
peradaban yang telah dicapai bangsa Barat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup
umat manusia. Sejak Revolusi Industri di Inggris abad ke-16 dan Revolusi
Prancis pada tahun 1789, Barat bergerak maju bagaikan anak panah yang
dilepaskan dari busurnya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Perkembangan peradaban itu
terus melaju pesat meninggalkan peradaban bangsa Timur yang memang sejalan
dengan misi mereka yaitu membuat atau menjadikan dunia Islam tidak mempunyai
peran penting dalam mencoraki arus sejarah global. Menurut Dr. H. Saiful Anwar,
MA, tejadinya kesenjangan corak dan laju perkembangan antara Barat dan Timur
Islami itu timbul dari sebab-sebab yang komplek. Salah satunya seringnya
dikaitkan dengan kisah pertarungan antara “agama” dan filsafat yang dimenangkan
kubu pertama.[1]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Di sisi lain menurut A. Syafi’i
Ma’arif, karena kekecewaan para ilmuwan Barat terhadap doktrin-doktrin Gereja
pada abad pertengahan , mereka akhirnya melawan doktrin-doktrin tersebut.
Perlawanan itu begitu sengit, bahkan melampaui batas. Deskartes misalnya, tanpa
ragu mengatakan bahwa moral dan iman tidak ada sangkut pautnya dengan penalaran
(reason). Sementara Machiavelli (1467 – 1527), seorang filosof politik Italia
yang telah terlebih dahulu memproklamasikan terpisahnya moral dengan
politik.[2]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Abu Hamid al-Ghazali (450 – 505
H/1058 – 1111 M) merupakan salah seorang filosof yang melontarkan sanggahan
luar biasa keras terhadap pemikiran para filosof. Kritik pedas tersebut ia
tuangkan dalam bukunya yang terkenal Tahafut al-Falasifat (The Inkoherence of the
fhilosopher; Kerancuan Pemikir Para Filosof).[3] Disatu pihak, al-Ghazali
mendapat gelar Hujjatul Islam (Argumen Islam), dan dinyatakan oleh Ibn ‘Asakir
sebagai Mujahid (Pembaharu) Islam abad ke-5 H. tidak heran jika ia menduduki
posisi penting di dunia Islam sepanjang sejarah hidupnya.[4] Sejak abad ke-13 M
dunia Islam lebih didominasi kalam dan sufisme sehingga emperisme terhambat
pekembangannya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Karya al-Ghazali yang sangat monumental adalah Tahafut
al-Falasifah yang berisikan serangan terhadap kerancuan berfikir para filosof
yang secara lahiriah ditandingi dan dibantah oleh Ibn Rusyd melalui bukunya
Tahafut al-Tahafut. Sebagai seorang filosof, Ibn Rusyd merasa perlu membela
para filosof dan pemikiran mereka serta mendudukkan masalah-masalah tersebut pada
proporsinya. Melalui karyanya yang berjudul Tahafut al-Tahafut, seolah-olah Ibn
Rusyd telah mengisyaratkan bahwa al-Ghazali-lah yang sebenarnya kacau dalam
berpikirnya.[5]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">A. Al-Ghazali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">a. Riwayat Hidup al-Ghazali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nama lengkapnya adalah Abu
Hamid Muhammad bin Ahmad al-Ghazali al-Thsusi. Ia dilahirkan pada tahun 450 H
bertepatan dengan tahun 1058 M di Ghazal, Thus, Provinsi Khurasan, Republik
Islam Iran.[6] Sebagaimana telah di nukilkan oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam
bukunya Peta Bumi Intelektual Muslim di Indonesia bahwa tahun kelahiran
al-Ghazali bertepatan dengan tahun meninggalnya al-Mawardi, seorang yuris
Abbasiyah yang sangat kenamaan. Perbedaan antara dua ulama besar ini adalah
al-Mawardi dikenal sebagai yuris dan diplomat yang ingin mengembalikan wibawa
politik Abbasiyah yang sudah berantakan melalui bukunya yang berjudul
al-Ahkam al-Sulthaniyah, al-Ghazali dalam pengembaraan intelektualnya
ternyata telah menukik jauh ke alam esoteris dengan kemampuan sufistik yang
luar biasa.[7]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Pada masa kecilnya al-Ghazali
belajar kepada Yusuf al-Nassaj, seorang guru sufi kenamaan saat itu.
Sepeninggal gurunya ini, al-Ghazali berguru kepada Ahmad Ibn Muhammad
al-Razakanya al-Thusi dan dilanjutkan kepada Abu Nashral-Isma’ily di Jurdan dan
akhirnya ia masuk ke sekolah Nizhamiyah di Naisabur yang dipimpin oleh imam
al-Haramaini (Imam dua kota haram: Makkah dan Madinah), dari beliaulah
al-Ghazali menimba ilmu pengetahuan seperti ilmu fiqh, ilmu kalam dan ilmu
logika.[8]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Pada sekolah ini pulalah al-Ghazali
belajar teiri dan praktek tasawuf kepada Abu Ali al-Fadhl Ibn Muhammad Ibn Ali
al-Farmadhi (w.477 H). dengan demikian, semakin lengkaplah ilmu yang
diterimanya selama di Naisabur dan di sekolah ini pulalah beliau diangkat
menjadi dosen dalam usia 25 tahun. Setelah gurunya, al-Juwaini wafat,
al-Ghazali ke Mu’askar dan berhubungan baik dengan Nizham al-Mulk, Perdana
Mentri Sultan Bani Saljuk.[9]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dalam hidupnya al-Ghazali
pernah mengalami suatu masa keragu-raguan. Dalam perjalanan hidupnya untuk mencari
kebenaran al-Ghazali mempelajari teology ternyata dalam teology tersebut banyak
terdapat pertentangan-pertentangan. Kemudian dipelajarinya filsafat ternyata
tidak mempunyai argument yang kuat bahkan ada hal-hal yang bertentangan dengan
agama. Akhirnya dia menemukan kebenaran yang dicarinya dalam tasawuf.[10]
Sirajudin Zar menukilkan setelah al-Ghazali mengalami keragu-raguan tersebut,
ia meninggalkan semua jabatan yang disandangnya, seperti rektor dan guru besar
di Baghdad, kemudian ia mengembara ke Damaskus. Di Masjid Jami’ Damaskus ia
mengisolasi diri (uzlah) untuk beribadah, kontemplasi, dan sufistik yang
berlangsung selama dua tahun.[11]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Setelah sembuh dari penyakit
rohaninya, al-Ghazali kembali memimpin Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Bagdad,
kemudian ia pulang ke Thus dan membangun sebuah madrasah Khan-kah (semacam
tempat praktik suluk). Al-Ghazali diberi gelar kehormatan dengan Hujjat
al-Islam (Argumentasi Islam).[12] Semasa mendalami filsafat, ia menemukan
banyak terdapat kelemahan di dalamnya bahkan menurut keyakinannya banyak ajaran
filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam bahkan ajaran filsafat kelihatan
meremehkan ajaran Islam. Maka tidak mengherankan jika dirinya terpanggil untuk
membantah ulama melalui bukunya yang berjudul “Tahafut al-Falasifah” (kekacauan
pemikiran filosof-filosof). Sasaran kritik al-Ghazali dalam bukunya itu
terutama ditujukan kepada filosof-filosof Islam al-Farabi dan Ibnu Sina.
Pandangan kedua orang filosof tersebut menurut keyainannya banyak menyimpang
dari pokok-pokok ajaran Islam. Tujuan al-Ghazali dengan kritiknya itu adalah
untuk mengembalikan kewajiban syari’at agama dan menyelamatkan aqidah
ahlussunnah.[13]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Ia wafat pada hari senin, 14
Jumadil akhir 505 H / 18 Desember 1111 M, dimakamkan di Tabaran, Thus, dan kuburannya
banyak diziarahi oleh orang-orang. Menurut laporan adiknya, Ahmad al-Ghazali,
al-Ghazali wafat setelah berwudu shalat shubuh.[14]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Sosok al-Ghazali memiliki
keistimewaan yang luar biasa, ia seorang ulama, pendidik, ahli fikir dalam
ilmunya, dan pengarang yang produktif. Al-Ghazali banyak sekali meninggalkan
warisan dalam bentuk karya ilmiah yang banyak memberikan kontribusi positif
bagi pemikiran umat Islam seperti Ihya Ulum al-Din, Al-Iqtishad fi al-I’tiqad,
Maqasid al-Falasifah, Tahafut al-Falasifah, Al-Munqiz min al-Dhalal, Mizan
al-‘Amal.[15]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Pemaparan singkat di atas menggambarkan bahwa al-Ghazali telah
menempuh jalan yang panjang dan berliku dalam proses mengisi intelektualnya,
bahkan boleh dibilang semua disiplin ilmu disentuhnya dan memahami betul dengan
keilmuannya terbukti dengan banyaknya warisan berupa karya ilmiah yang ia
tinggalkan untuk umat, namun tiada gading yang tidak retak, nampaknya hal ini
cukup proporsional untuk menggambarkan bahwa cukup banyak tokoh dan ilmuan yang
memberikan komentar terhadapnya baik berupa pujian sampai ke tingkat kultus,
dan kritik sampai ke tingkat alergi, baik pada zaman klasik maupun pada zaman
modern. Pada sub bahasan bab ini akan dibahas salah seorang tokoh dan
pemikirannya yang mengkritik al-Ghazali yaitu Ibnu Rusyd.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">b. Kritik
Terhadap Filosof<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Al-Gahazali melontarkan
sanggahan luar biasa keras terhadap pemikiran para filosof. Adapun yang
dimaksud dengan filosof dalam bahasan al-Ghazali ini adalah Aristoteles dan
Plato[16] juga al-Farabi dan Ibn Sina karena kedua filosof Muslim ini dipandang
al-Ghazali sangat bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarluaskan
pemikiran filosofis dari Yunani (Sokrates, Aristoteles, dan Plato) di dunia
Islam. Kritik pedas tersebut ia tuangkan dalam bukunya yang terkenal Tahafut
al-Falasifah (Kerancuan berpikir para filosof). Sebelumnya, ia mempelajari
filsafat tanpa bantuan seorang gurupun dalam kurun waktu dua tahun. Setelah
berhasil dihayatinya dengan seksama, lalu ia tuangkan dalam bukunya Maqasid
al-Falasifat (Tujuan Pemikiran Para Filosof). Dengan adanya buku ini ada orang
yang mengatakan bahwa ia benar-benar menguasai argument yang dipergunakan oleh
para filosof.[17]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kesalahan para filosof tersebut dalam bidang ketuhanan ada 20
masalah, yaitu:[18]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">1. Membatalkan pendapat mereka bahwa ala mini
azali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">2. Membatalkan pendapat mereka bahwa alam ini
kekal<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">3. Menjelaskan keragu-raguan mereka bahwa
Allahlah Pencipta alam semesta dan sesungguhnya alam ini diciptakanNya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">4. Menjelaskan kelemahan mereka dalam
membuktikan Yang Maha Pencipta<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">5. Menjelaskan kelemahan mereka dalam
menetapkan dalil bahwa mustahil adanya dua Tuhan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">6. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah
tidak mempunyai sifat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">7. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah
tidak terbagi kepada ke dalam al-jins dan al-fashl (diffirentia)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">8. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah
mempunyai substansi basith (simple) dan tidak mempunyai mahiyat (hakikat)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">9. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka bahwa
Allah tidah berjism<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">10. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka tentang al-dahr
(kekal dalam arti tidak berawal dan tidak berakhir)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">11. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka bahwa Allah
mengetahui yang selain mereka<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">12. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka dalam membuktikan
bahwa allah hanya mengetahui zatnya<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">13. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak mengetahui
juz’iyyat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">14. Menjelaskan pendapat mereka bahwa planet-planet adalah
hewan yang bergerak dengan kemauanNya<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">15. Membatalkan apa yang mereka sebutkan tentang tujuan
penggerak dari planet-planet<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">16. Membatalkan pendapat mereka bahwa planet-planet
mengetahui semua juz’iyyat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">17. Membatalkan pendapat mereka yang mengatakan bahwa
mustahil terjadinya sesuatu di luar hokum alam<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">18. Menjelaskan pendapat mereka bahwa roh manusia adalah
jauhar (substansi) yang berdiri sendiri tidak mempunyai tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">19. Menjelaskan pendapat mereka yang menyatakan tentang
mustahilnya fana (lenyap) sifat manusia<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">20. Membatalkan pendapat
mereka yang menyatakan bahwa tubuh tudak akan dibangkitkan dan yang akan
menerima kesenangan dalam surga dan kepedihan dalam neraka hanya roh<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tiga dari 20 persoalan di atas,
menurut al-Ghazali telah membuat filosof menjadi kafir, yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">1. Alam dan
Semua Substansinya Qadim<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Pada umumnya filosof Muslim berpendapat
bahwa alam ini kadim, artinya wujud alam bersamaan dengan wujud Allah.
Kekadiman Allah dari alam hanya dari segi zat (taqaddum zaty) dan tidak dari
segi makan (taqadum makany). Menurutnya para filosof Muslim mengemukakan
alasan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">a.
Mustahil timbulnya yang baharu dari yang qadim. Jika Allah kadim, maka
terjadinya alam merupakan sesuatu keniscayaan dan hal ini akan menjadikan kadim
kedua-duanya (Allah dan alam). Jika diandaikan Allah yang kadim sudah ada,
sedangkan alam belum, karena merupakan kemungkinan semata, dan setelah itu alam
diadakanNya, maka apa alasannya bahwa alam diadakan sekarang, tidak sebelumnya.
Kalau dikatakan sebelumnya motifnya (murajjihnya) belum ada, mengapa baru ada
sekarang, tidak sebelumnya? Jika dikatakan kekuasaan baru ada sekarang, tidak
sebelumnya? Bagaimana terjadinya kekuasaan itu. Jika dikatakan sebelumnya Allah
tidak berkehendak (iradath) dan baru kemudian berkehendak, mengapa terjadi
kehendak itu, apakah kehendak itu datang dari zatNya atau dari luar zatNya? Keduanya
itu adalah mustahil bagi karena Allah tidak mengalami perubahan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Al-hazali menjawab sendiri
argument filosof Muslim ini dengan mengemukakan, tidak ada halangan apapun bagi
Allah menciptakan alam sejak azali dengan iradatNya yang kadim pada waktu diadakanNya.
Sementara itu, ketiadaan wujud alam sebelumnya karena memang belum
dikehendakiNya. Iradat, menurut al-Ghazali adalah suatu sifat bagi Allah yang
berfungsi membedakan (memilih) sesuatu dari lainnya yang sama. Jika tidak
demikian fungsinya, tentu bagi Allah cukup saja dengan sifat qudrat. Akan
tetapi, karena sifat qudrat antara mencipta dan tidaknya sama kedudukannya,
harus ada sifat khusus yang membedakannya, yaitu sifat iradah. Andaikan para
filosof Muslim menganggap sifat tersebut tidak tepat disebut sebagai iradat,
dapat diberi nama lain asal itu yang dimaksud atau dengan arti sama. Sekedar
istilah tidak perlu diperdebatkan, yang penting adalah isinya.[19] Oleh karena
itu jika Allah menetapkan ciptaanNya pada satu waktu dan tidak pada waktu yang lain,
tidaklah mustahil terciptanya sesuatu yang baru dari yang bersifat kadim karena
iradat Allah bersifat mutlak dan tidak dihalangi oleh ruang dan waktu.[20]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">b.
Keterdahuluan wujud Allah dari alam hanya dari segi esensi (taqaddum
zaty), sedangkan dari segi zaman (taqaddum zamany) antara keduanya adalah
sama. Hal ini sama seeperti keterdahuluan bilangan satu dari dua. Jika demikian
keadaan antara Allah dan alam, harus keduanya kadim atau baharu dan tidak
mungkin salah satunya kadim dan yang lainnya baharu. Andaikan Allah mendahului
alam dari segi zaman, bukan dari segi zat, ini berarti ada zaman sebelum alam
diwujudkan. Pada waktu itu alam harus belum ada karena ketiadaan melalui wujud.
Oleh sebab itu, Allah mendahului zaman terbatas pada satu sisi dan tidak
terbatas pada sisi awal. Ini berarti sebelum ada zaman sudah ada zaman yang
tidak terbatas akhirnya. Hal ini paradok, justru itu mustahil zaman sebagai
ukuran gerak baharu dan ia harus kadim.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Persoalan ini dijawab oleh
al-Ghazali, memang wujud Allah lebih dahulu dari alam dan zaman. Zaman baharu
dan diciptakan. Sebelum zaman diciptakan tidak ada zaman. Pertama kali ada
Allah, kemudian ada alam karena diciptakan Allah. Jadi, dalam keadaan pertama
kita bayangkan adanya Allah saja, dan dalam keadaan yang kedua kita bayangkan
ada dua esensi yaitu Allah dan alam dan tidak perlu membayangkan adanya esensi
yang ketiga, yaitu zaman. Zaman adanya setelah adanya alam karena zaman
merupakan ukuran waktu yang terjadi di alam.[21] Menurut al-Ghazali,
mengandaikan zaman sebelum zaman merupakan khayalan pikiran semata, yang
diassumsikan benar-benar ada, padahal realitanya tidak sama sekali.[22]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">c. Alam sebelum ada merupakan sesuatu yang
mungkin, kemungkinan ini tidak ada awalnya, dengan arti selalu abadi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut al-Ghazali, ala mini senantiasa mungkin terjadinya, dan
setiap saat dapat digambarkan terjadinya. Jika dikatakan bahwa alam ini selama
lamanya (kadim) tentu dia tidak baharu. Kenyataan ini jelas tidak bertentangan
dengan kenyataan dan tidak cocok dengan teori kemungkinan.[23] Yang kadim
menurut pandangan al-Ghazali hanya Allah, sedangkan selain Allah adalah baharu
(hadis). Implikasi dari pemahaman ini akan membawa pada:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">- Paham syirik, karena banyak
yang kadim, banyaknya Tuhan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">-
Paham atheisme, alam yang kadim tidak ada pencipta[24]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Sirajudin Zar,
persoalan alam apakah diakadan dari ada atau dari ketiadaan dan prosesnya tidak
dijelaskan dalam al-Qur’an . oleh karena itu, apa pun pendapat yang dikemukakan
tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan itu semua adalah hasil pemahaman
seseorang terhadap ajaran al-Qur’an yang disebut dengan hasil ijtihad dan
itu bukan ajaran al-Qur’an yang tidak boleh berubah dan tidak boleh diubah.[25]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">2. Allah tidak mengetahui yang juz’iyyah
(perincian) yang terjadi di alam<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut para filosof bahwa Tuhan tidak mengetahui hal-hal atau
peristiwa yang terjadi di alam, kecuali hanya yang umum saja. Alasan yang
mereka kemukakan sesuatu yang baharu itu dengan segala peristiwanya selalu
berubah-ubah, sedangkan ilmu selalu mengikuti kepada yang diketahui (objeknya),
yakni perubahan perkara yang diketahui, menyebabkan perubahan ilmu. Kalau
ilmu-ilmu ini berubah dari tahu menjadi tidak atau sebaliknya berart Tuhan
mengalami perubahan, sedangkan perubahan pada zat Tuhan mustahil
terjadinya.[26]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut al-Ghazali, argument seperti ini merupakan kesalahan
fatal. Perubahan pada objek ilmu tidak membawa perubahan pada ilmu, karena ilmu
merupakan idhafah (sesuatu rangkaian yang berhubungan dengan zat). Jika ilmu berubah
tidak membawa perubahan pada zat, dengan arti keadaan orang yang mempunyai ilmu
tidak berubah. Untuk memperkuat argumentnya, al-Ghazali mengemukakan ayat-ayat
al-Qur’an, diantaranya:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">a. Firman Allah dalam Qs. Yunus (10):61<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;">…</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">â</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">i</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¢</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">W</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">i</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>;</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">§</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>I</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¹</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">º</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>I</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>5</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya: “…… tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar
zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak
(pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh).<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">b. Firman Allah dalam Qs. Al-hujurat (49):16</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;">…</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ª</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">º</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>4</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ª</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>È</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">e</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">«</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ò</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya: “Katakanlah: "…dan Allah mengetahui apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Sebenarnya terdapat kesamaan antara al-Ghazali dan filosof Muslim,
bahwa ilmu dan zat Allah tidak mungkin mengalami perubahan dan Allah Maha
Mengetahui. Perbedaan mereka hanya terletak pada persoalan bagaimana Allah
megetahui yang juz’iyyah. Filosof mengemukakan bahwa Allah mengetahui yang
juz’iyyah (parsial) lewat yang kulli (umum). Hal ini terjadi disebabkan
perbedaan mereka dalam menetapkan sifat dan zat Tuhan. Para filosof
mengidentikkan dengan sifat dan zat, sementara al-Ghazali membedakan antara
sifat dan zatnya. Pendapat filosof Muslim tidak bertentangan dengan ayat-ayat
yang telah dikemukakan oleh al-Ghazali di atas. Mereka hanya menjelaskan
bagaimana cara Allah mengetahui yang juz’iyyah dan mereka bukan mengingkari
Allah tentang mengetahui yang juz’iyyah.[27]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">3. Pembangkitan jasmani tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut filosof Muslim yng akan dibangkitkan di akhirat nanti
adalah rohani saja, sedangkan jasmani akan hancur. Jadi yang akan merasakan
kebahagiaan atau kepedihan adalah rohani saja. Al-Ghazali pada dasarnya tidak
menolak adanya bermacam-macam kelezatan di akhirat yang lebih tinggi daripada
kelezatan di dunia empiris/indrawati. Juga tidak menolak kekekalan roh setelah
berpisah dari jasad, semua itu dapat diketahui dari otoritas dari jasad. Akan
tetapi dia membantah bahwa akal saja dapat memberikan pengetahuan final dalam
masalah metafisika. Dalam menyanggah pendapat para filosof ini al-Ghazali lebih
banyak bersandar pada arti tekstualitas al-Qur’an. Tidak ada alasan untuk
menolak terjadinya kebahagiaan atau kesengsaraan fisik dan rohani secara
bersamaan. [28]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Para filosof Muslim berpendapat bahwa mustahil mengembalikan
rohani kepada jasad semula, dengan berpiahnya jasad dengan roh berarti
kehidupan telah berakhir dan tubuh telah hancur. Sedangkan menurut al-Ghazali
kekalnya jiwa setelah mati tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Hadis-hadis menyebutkan pula bahwa roh-roh manusia merasakan adanya kebaikan
atau siksa kubur dan lain-lain. Semua ini sebagai indikasi adanya kekekalan
jiwa. Sementara itu, kebangkitan jasmani secara explisit telah ditegaskan oleh
syara’.[29]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Jadi pertentangan yang terjadi antara filosof Muslim dengan
al-Ghazali hanya berkisar pada tataran interpretasi tentang dasar-dasar ajaran
Islam yaitu pada bentuk kebangkitan di akhirat, bukan pertentangan pada
dasar-dasar Islam itu sendiri, yakni kebangkitan di akhirat.[30]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">B. Ibn Rusyd<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">a. Biografi<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Ibnu Rusyd adalah salah seorang yang paling dikenal dunia Barat
dan Timur. Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad Ibnu Muhammad ibnu
Ahmad ibnu Ahmad ibnu rusyd, lahir di Cordova, Andalus pada tahun 520 H/ 1126
M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya abu Hamid al-Ghazali. Ia ditulis sebagai
satu-satunya filsuf Islam yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang
semuanya menjadi fuqaha? dan hakim. Ayahnya dan kakeknya menjadi hakim-hakim
agung di Andalusia. Ibnu Rusyd sendiri menjabat hakim di Sevilla dan Cordova
pada saat terjadi hubungan politik yang penting antara Andalusia dengan
Marakasy, pada masa Khalifah al-Manshur.[31]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tidak hanya seorang ilmuan terpandang, ia juga ikut ke medan
perang melawan Alphonse, raja Argon. Khalifah begitu menghormati Ibnu Rusyd
melebihi penghormatannya pada para pejabat daulah al-Muwahhidun dan ulama-ulama
yang ada masa itu. Walau pun demikian Ibnu Rusyd tetap menjadi orang yang
rendah hati, ia menampilkan diri secara arif selayaknya seorang guru dalam
memberi petunjuk dan pengajaran pada umat. Hubungan dekat dengan Khalifah
segera berakhir, setelah Khalifah menyingkirkannya dari bahagian kekuasaan di
Cordova dan buku-buku karyanya pernah diperintahkan Khalifah untuk dimusnahkan
kecuali yang berkaitan dengan ilmu-ilmu murni saja. Ibnu Rusyd mengalami hidup
pengasingan di Yasyanah.[32] Tindakan Khalifah ini menurut Nurcholish Madjid,
hanya berdasarkan perhitungan politis, dimana suasana tidak kondusif
dimanfaatkan oleh para ulama konservatif dengan kebencian dan kecemburuan yang
terpendam terhadap kedudukan Ibnu Rusyd yang tinggi.[33]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Di dunia Barat ia disebut dengan Averrois, sebutan ini sebenarnya
lebih pantas untuk kakeknya. Menurut Sirajuddin Zar sebutan ini adalah akibat
terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Kata Arab Ibnu oleh orang Yahudi
diucapkan seperti kata Ibrani Aben, sedangkan dalam standar Latin Rusyd menjadi
Rochd. Dengan demikian, nama Ibnu Rusyd menjadi Aben Rochd, maka melalui
asimilasi huruf-huruf konsonan dan penambahan sisipan sehingga akhirnya menjadi
Averrois.[34] Dari Averrois ini muncul sebuah kelompok pengikut Ibnu Rusyd
dalam bidang filsafat yang menamakan diri Averroisme. Dalam bidang ini, Ibnu
Rusyd memang membuktikan diri sangat ahli dan terhormat, penjelasan-penjelasannya
tentang filsafat dan komentarnya terhadap filsafat Aristoteles dinilai yang
paling tepat dan tidak ada tandingannya. Sebab itu ada yang menamakannya
sebagai guru kedua (bukan al-Farabi), setelah guru pertama Sang Filosof atau
Aristoteles.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Pengalaman pahit dan kegetiran hidup Ibnu Rusyd menurut Sirajudin
tidak berlangsung lama (satu tahun). Pada tahun 1197 M, khalifah mencabut
hukumannya dan posisinya direhabilitasi kembali. Tidak lama menikmati hal
tersebut, ia meninggal pada tanggal 10 Desember 1198 M / 09 Shafar 595 H di
Marakesh dalam usia 72 tahun menurut perhitungan Masehi dan 75 tahun menurut
perhitungan tahun Hijrah.[35]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">b. Jawaban Terhadap Sanggahan Al-Ghazali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Al-Ghazali dalam kitab Al-Munqidz min Ad-Dlolal, Filosof
terbagi menjadi 3 golongan yaitu golongan Dahriyyin (materealis), Thobiiyyin
(Naturalis) Ilahiyyin ( ketuhanan).[36] Filosof ilahiyyin seperti Socrates,
Plato dan Aristoteles telah menafikan menyangkal dua golongan filosof
sebelumnya. Filsafat mereka dibawa dan dikembangkan oleh al-Farabi dan Ibnu
Sina dan disebarluaskan di dunia Islam. Selanjutnya filsafat tersebut oleh
al-Ghazali ada yang diterima yaitu yang menyengkut metematika, fisika, kimia,
dan lain-lain, sedang yang menyangkut ketuhanan ditolak dengan dianggap sebagai
bid’ah (heteredoksi) bahkan kufur, sebagaimana dia tulis dalam kitab
tahafutul falasifah, ia memandang para filosof sebagai Ahl–Al-Bid’ah, bahkan
kafir. Kesalahan para filosof dalam bidang ketuhanan ada duapuluh poin, tiga
diantaranya menyebabkan mereka menjadi kafir[37] yaitu; masalah qadimnya alam,
masalah ketidak tahuan Asllah tentang hal-hal juz’iyyat, dan masalah
kebangkitan manusia bukan secara jasmani, namun hanya ruhani.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">1. Masalah Qadimnya Alam<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Al-Ghazali Alam diciptakan dari tiada menjadi ada.
Pemikiran seperti inilah yang memastikan adanya pencipta. Yang ada tidak butuh
kepada yang mengadakan. Sementara filosof muslim memandang bahwa alam ini sudah
ada sejak zaman azali Allah menciptakabn alam ini bukan dari tiada tapi dari
ada.[38]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Ibnu Rusyd tidak ada adalah tidak ada, ada adalah ada,
masing-masing tidak bisa menggantikan posisi lainnya, mustahil bagi Allah
mencipta sesuatu yang tiada. Jadi Allah mencipta alam bukan dari tiada, tapi
dari ada, Allah merubah bentuk menjadi alam seperti ini, Ibnu Rusyd
menyandarkan pendapatnya ini dengan Qs Al-Anbiya(21): 30</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ÿ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ÿ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>¨</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">º</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">R</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">2</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">g</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ÿ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ù</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">_</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>¨</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">«</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">c</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ì</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Dan apakah orang yang yang kafir tidak mengetahui <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu
adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan air, kami
jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada juga
beriman.(Qs Al-Anbiya: 30)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Juga firman Allah dalam Qs. Hud(11): 7</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">,</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">{</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">º</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>5</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">c</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">2</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>¼</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">m</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">©</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">?</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">à</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">2</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">m</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>W</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>…</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah arsyNya diatas air, agar dia menguji siapakah diantara kamu
yang lebih baik amalnya... (Qs. Hud: 7)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dan firman Allah dalam Qs. Fusshilat(41) : 11</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">§</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">O</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">K</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>}</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>×</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">l</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">m</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">;</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">K</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">·</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">æ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">\</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">¬</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ÊÊ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: datanglah kamu
keduanya menurut perintahku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab :
Kami datang dengan suka hati.(Qs. Fusshilat: 11)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Juga firman Allah dalam Qs. Al-Mu’minun(23): 12</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">z</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">S</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">M</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">}</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">'</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">i</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>&</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ë</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati dari tanah (Qs. Al-Mu’minun: 12)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dari ayat-ayat tadi Ibn Rusyd menyimpulkan bahwa dalam mencipta
Allah selalu menyebut sesuatu sebagai asal mula penciptaannya. Jadi sebelum
alam ini diciptakan, sudah ada sesuatu yang lain, yang didalam ayat-ayat tadi
terdapat kata <span dir="RTL" lang="AR-SA">ماء</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> (air) dan <span dir="RTL" lang="AR-SA">دخان</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ( asap ). Dengan demikian kata Ibnu
Rusyd, pendapat filosof muslimlah yang sesuai dengan ayat Al-Qur’an, sedangkan
pendapat Al-Ghazali dan para teolog muslim tidak sesuai dengan arti lahir ayat
Al-Qur’an.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">2. Tuhan Tidak Mengetahui Hal-Hal Juziyyat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Al-Ghozali para filosof muslim berpendapat bahwa Allah
tidak mengetahui yang parsial di alam, padahal dalam Qs. Yunus(10): 61</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">4</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">â</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">i</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¢</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">W</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">i</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>;</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">§</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>I</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¹</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">º</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>I</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>5</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Dan tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar
Dzarrah (atom) dibumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada
yang lebih besar dari itu melainkan (semua) tercatat dalam kitab yang nyata.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dalam menjawab tuduhan ini Ibn Rusyd menegaskan bahwa Al-Ghazali
salah paham, sebab tidak ada para filosof muslim yang mengatakan demikian.
Yang dimaksudkan para filosof muslim adalah pengetahuan Allah tentang
yang parsial di alam ini tidak sama dengan pengetahuan manusia. Pengetahuan
Allah bersifat qadim yakni sejak azali. Allah mengetahui segala yang
terjadi di alam ini, betapapun kecilnya, sedang pengetahuan manusia bersifat
baharu. Begitu pula pengetahuan Allah berbentuk sebab, sedangkan pengetahuan
manusia berbentuk akibat.[39] <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Demikian juga menurut Ibn Rusyd, pengetahuan Allah tidak dapat
dikatakan juz’i ( parsial) dan kullli ( umum), Juz’i adalah satuan yang ada di
alam yang berbentuk materi dan materi hanya bisa ditangkap dengan panca indera.
Kulli mencakup berbagai jenis (nau’). Kulli bersifat abstrak, yang hanya dapat
diketahui melalui akal.[40] Allah bersifat immateri (rohani), tentu saja pada
dzatNya tidak terdapat panca indera untuk mengetahui yang parsial. Oleh karena
itulah, kata Ibn Rusyd, tidak ada para filosof muslim yang mengatakan ilmu
Allah bersifat juz’i dan kulli.[41] Dari itu jelaslah perbedaan antara
Al-Ghazali dan para filosof muslim tentang ilmu Allah. Al-ghazali terkesan
menyamakan ilmu Allah dengan ilmu manusia, sedangkan para filosof muslim
terkesan membedakan antara ilmu Allah dengan ilmu manusia. Namun pada dasarnya
mereka berpendapat bahwa Allah mengetahui (parsial dan umum) segala yang terjadi
di alam ini, namun mereka berbeda tentang cara Allah mengetahuinya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">3. Masalah Kebangkitan Jasmani di Akhirat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Imam Ghozali sebagaimana para teolog lainnya meyakini bahwa
kebangkitran jasmani adalah jasmani dan rhani, sebagimana firman Allah dalam Qs.Yasin(36):
78-79</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ñ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>W</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">x</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">W</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¤</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">R</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>¼</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">m</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ù</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">z</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Õ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">à</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>}</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ò</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ð</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ñ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;">!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>!</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">'</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">±</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">S</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">A</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¨</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>;</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">o</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">§</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>È</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">e</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">,</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ù</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">z</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>í</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;">æ</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ð</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ò</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Artinya : Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa
kepada kejadiannya, ia berkata; siapakah yang dapat, menghidupkan tulang
belulang yang telah hancur luluh ?. katakanlah ia akan dihidupkan oleh Tuhan
yang menciptakannya kali yang pertamam dan dialah yang mengetahui tentang
segala makhluq.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Ibn Rusyd, sanggahan Al-Ghazali terhadap filosof muslim,
tentang kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada, adalah tidak benar. Mereka
tidak mengatakan demikian.[42] Semua agama, tegas Ibn Rusyd mengakui adanya
hidup kedua di akhirat, tetapi mereka berbeda interpretasi mengenai bentuknya.
Para filosof berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan hanya rohani, dan para
teolog mengatakan akan dibangkitkan rohani dan jasmani. Namun yang jelas
kehidupan di akhirat tidak sama dengan kehidupan di dunia ini. Hal ini
sesuai dengan hadits : “Disana akan dijumpai apa yang tak pernah dilihat mata,
tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas didalam pikiran” dan
ucapan Ibn Abbas RA : “Tidak akan dijumpai di akhirat hal-hal keduniawian
kecuali nama saja”. Hidup di akhirat tentu saja lebih tinggi dari pada di
dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Namun demikian, Ibn Rusyd menyadari bahwa bagi orang awam soal
kebangkitan itu perlu digambarkan dalam bentuk jasmani dan rohani. Karena
kebangkitan jasmani bagi orang awam lebih mendorong mereka untuk melakukan
pekerjaan atau amalan yang baik dan menjauhkan pekerjaan atau amalan yang
buruk.[43]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Ibn Rusyd sikap Al-Ghazali sendiri tidak konsisten, saling
bertentangan dengan ucapannya sendiri. Dalam buku tahafutul falasifah,
Al-Ghazali mengatakan bahwa tidak ada seorang muslimpun yang berpendapat bahwa
kebangkitan jasmani tidak ada. Namun dalam bukunya mengenai tasawwuf dia
mengemukakan pendapat kaum sufi bahwa yang ada nanti hanya kebangkitan
rohani.[44] Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapat
antara Al-Ghazali dan para filosof muslim hanya perbedaan interpretasi tentang ajaran
dasar tentang kebangkitan di akhirat , bukan perbedaan antara menerima atau
menolak ajaran dasar tersebut. Dengan arti hanya perbedaan ijtihad antara
Al-Ghazali dengan filosof muslim, atau dengan kata lain perbedaan otak antara
satu orang muslim dengan otak orang muslimlain dalam memahami ayat-ayat tentang
kebangkitan di akhirat , hal ini lumrah terjadi dikalangan ulama Islam.
Perbedaan seperti ini tidak akan membawa kepada kekafiran. Lebih lanjut Ibn
Rusyd menekankan hadits Rasululah: Siapa yang benar dalam berijtihad
dibidangnya ia mendapat dua pahala dan siapa yang salah dalam ijtihadnya ia
menadapat satu pahala.[45]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dengan demikian, menurut Ibn Rusyd tuduhan kafir yang dilontarkan
Al-Ghazali terhadap filosof Muslim dalam 3 butir masalah diatas tidak pada
tempatnya. Kendatipun diandaikan interpretasi mereaka keliru namun kesalahan
mereka termasuk kesalahan ijtihad yang bisa dimaafkan. Jika tuduhan dilontarkan
kepada para filosof muslim melanggar ijma’, maka dalam pemikiran mereka
tidak ada ijma’ ulama secara pasti.[46]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">c. Averroisme<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan peradaban Barat (Eropa) seja
abad ke-12 tidak terlepas dari sumbangan peradaban Arab Islam yang dikembangkan
oleh filosof dan saintis Muslim. Ketika Barat berada dalam kegelapan pada aad
pertengahan, dunia Islam telah mencapai puncak peradaban yang gemilang. Setelah
berinteraksi langsung dengan dunia Islam barulah Barat mengalami kemajuan.
Daerah yang paling berpengaruh langsung dalam proses transformasi ilmu
pengetahuan dan filsafat Islam adalah Spanyol dan Sicilia[47]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Proses transformasi ilmu pengetahuan dan filsafat Islam kedua
Barat terjadi melalui rute segitiga perdagangan antara Spayol – Sicilia –
Syria. Para guru dan pedagang dari Spanyol, muslim Sicilia dan Afrika serta tentara
salib adalah pembawa–pembawa utama pengetahuan Islam ke dunia Barat. Selain
itu, jalur yang tidak kalah penting dalam proses transformasi ini adalah jalur
pendidikan. Sejak abad ke-10 telah banyak pemuda-pemuda eropa menimba ilmu
pengetahuan di universitas-universitas Islam di kota Seville, Cordova, Toledo,
Granada dan Valencia. Selain itu orang-orang mozarabes (orang-orang Spanyol
yang mempunyai kebiasaan Arab-Islam dalam kesehariannya) juga mempunyai andil
sebagai transmitter dalam alih kebudayaan Islam ke dunia Barat. Mereka banyak
menerjemahkan karya-karya filsafat dan ilmu pengetahuan Islam yang berbahasa
Arab ke bahasa latin.[48] Termasuk juga karya-karya Ibn Rusyd.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Ibrahim Madkur, sebagaimana dikutip oleh Sirajuddin Zar,
ada beberapa alasan yang menimbulkan perhatian Barat terhadap pemikiran
filsafat Ibn Rusyd.[49]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">a. Frederick II sebagai pecinta ilmu
pengetahuan dan filsafat lebih banyak tertarik pada komentar-komentar Ibn Rusyd
terhadap Aristoteles. Komentar tersebut diterjemahkan, kemudian tersebar luar
di Eropa<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">b. Orang-orang Yahudi, penganut filsafat Ibn
Rusyd, berusaha menerjemahkan karya Ibn Rusyd dalam bahasa-bahasa Ibrani dan
Latin. Kemudian, mereka bertindak sebagai perantara filsafat Ibn Rusyd dan
filsaat Barat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">c. Sebagian pengkaji filsafat memandang bahwa
untuk memahami filsafat Aristoteles, sebaiknya membaca filsafat Ibn Rusyd. Oleh
karena itu upaya menerjemahkan karya-karya Ibn Rusyd pada abad ke-16
dimaksudkan untuk lebih memahami filsafat Aristoteles melalui Ibn Rusyd.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Seperti telah diungkapkan di atas bahwa pemikiran Ibn Rusyd masuk
ke dunia Barat melalui berbagai penerjemahan dan penerbitan. Penerjemahan itu
dilakukan oleh murid-muridnya yang datang dari berbagai pelosok Eropa dan oleh
orang-orang Yahudi. Di akhir hayatnya seorang Archbishop, Raimond I melakukan
penerjemahan secara besar-besaran di Toledo. Penerjemah lain adalah Michel Scot
dari Scotlandia, Hermann dari Jerman, dan Clunimus dari Cluminus (Yahudi).
Terjemah yang mereka hasilkan tersebut diterbitkan beberapa kali di Venesia,
Napoli, blogna, Paris, lyons, Strasbourg, dan Jenewa. Buku-buku tersebut juga
menjadi pelajaran wajib di pelbagai perguruan tinggi Eropa[50]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dengan demikian pengaruh pemikiran Ibn Rusyd ini tidak secara
langsung, melainkan melalui para murid-muridnya dari Eropa yang belajar ke
Spanyol dan mereka inilah yang dikenal dengan Averroisme. Gerakan ini
berlangsung selama 400 tahun, yaitu tahun 1250 – 1650 M. Secara historis,
Averroisme merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
penafsiran-penafsiran filsafat Aristoteles yang dikembangkan Ibn Rusyd oleh
pemikir Barat-Latin. Pada mulanya istilah ini dimaksudkan sebagai penghinaan
(pejorative) terhadap pendukungnya. Tidak seorang pun yang berani dengan tegas
menyatakan dirinya sebagai pendukung Averroisme. Barulah setelah masa Johannes
Jandun (m. 1328) yang pertama kali menegaskan dirinya secara terbuka sebagai
seorang Averrois dan diikuti oleh Urban dari Bologna serta Paul dari Venesia,
para pendukung Ibn Rusyd baru berani secara terang-terangan menyatakan
pendirian mereka.[51]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Sebelum averroisme muncul, Eropa kosong dengan ilmu pengetahuan,
berpikir sempit dan tidak menghargai akal. Bagi mereka satu-satunya sember
kebenaran pada saat itu hanyalah agama Kristen (gerejawan) sehingga apa saja
yang tidak sesuai dengan dogma Kristen dianggap salah. Kendatipun Averroisme
ini dibangsakan kepada filosof Muslim, Ibn Rusyd, namun ajaran keduanya
terdapat perbedaan yang mendasar. Hal ini dilatarbelakangi oleh agama yang
berbeda. Dalam filsafat Ibn Rusyd yang dilator belakangi oleh ajaran Islam yang
bersifat rasional, sangat sedikit ajaran yang bersifat dogmatis (qath’i
al-dalalah) sedangkan yang terbanyak tersebut adalah yang bersifat zanni al
dalalah. Berbeda dengan Islam, Kristen semua ajarannya bersifat dogmatis
sehingga tidak dapat didamaikan antara filsafat dengan ajaran agama.[52]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dengan demikian Averroisme mengalami kesulitan ketika
mengembangkan pemikiran rasional Ibn Rusyd. Pemikiran filsafat yang dibawa oleh
Ibn Rusyd dalam Islam adalah satu kebenaran. Kebenaran yang dibawa filsafat
tidak akan bertentangan dengan kebenaran agama, jika dirasa ada pertentangan,
diambil arti metafora (takwil).<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Oleh karena itu kebenaran ganda (double truth), kebenaran yang
dibawa agama adalah benar dan kebenaran yang dibawa filsafat juga benar, yang
dikembangkan oleh Averroisme bukanlah berasal dari Ibn Rusyd. Bahkan ada
Averroisme, Siger de Brabant (1235-1285), pemikiran filsafat mungkin
bertentangan dengan kebenaran agama, tetapi keduanya harus diterima. Ajaran dan
pendapat ini menurut Nurchalish Madjid, sebagaimana dikutip Sirajudin Zar,
merupakan suatu kemunafikan.[53] Penyimpangan yang lebih ekstrem dari
Averroisme, menurut Harun Nasution, sebagaimana juga dukutip Sirajuddin Zar,
adalah pendapat mereka yang mengatakan bahwa filsafat mengandung kebenaran,
sedangkan agama membawa hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu tuduhan
pemuka gereja terhadap Ibn Rusyd seorang atheis tidak tepat dan salah alamat
yang semestinya dilontarkan kepada Averroisme.[54]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Sebenarnya hal di atas tidaklah dapat disalahkan Averroisme secara
keselurah. Pengalaman meunjukkan bahwa apa yang selama ini dianggap sebagai
kebenaran agama ternyata tidak tebukti kebenarannya menurut akal. Kreatifitas
akal telah terpasung oleh agama Kristen. Akibatnya tidak hanya sampai di situ,
paham Averroisme telah melahirkan free thinker dikalangan ilmuwan Eropa. Dengan
kata lain para sarjana di Eropa, pada umumnya telah meninggalkan ajaran agama
(atheis) karena agama tidak mampu menyaingi kebenaran yang dihasilkan filsafat
dan sains. Namun ajaran ini menurut Philip K. Hitti, sebagaimana dikutip
Sirajudin Zar bukan bersal dari Ibn Rusyd.[55]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Gerakan Averroisme ini mendapat tantangan keras dari pihak gereja.
Cara yang paling tragis ialah dengan cara ancaman bunuh dan penjara. Peristiwa
ini disebut dengan inkuisi. Akibatnya, banyak dari ilmuwan yang menjadi korban
seperti Copernicus, Galilei Galileo, Grodarno Bruno, dan lain-lain. Pada
akhirnya gerakan ini tidak terbendung oleh pihak gereja. Pemikiran Averroisme
ini jugalah yang mendorong terjadinya Renaisance di Eropa, sehingga tidak
terlalu berlebihan jika Lebon mengatakan “Orang Arablah yang menyebabkan Eropa
mempunyai peradaban karena mereka adalah imam Eropa selama enam abad.[56]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami bahwa orang-orang Eropa
dapat mengenal filsafat dan sains adalah atas jasa orag Islam, dan hal ini
merupakan utang budi Barat terhadap umat Islam. Namun, perkembangan filsafat
dan sains di Eropa berbeda dengan Islam yakni lepas kendali dari bimbingan
agama, yang akhirnya dari sekuler menjadi atheis.[57]<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">PENUTUP<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">A. Kesimpulan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Seperti sudah diuraikan di atas bahwa ada tiga lahan perdebatan
yang ditudingkan al-Ghazali kepada para filosof Muslim yang menyebabkan mereka
menjadi kafir yaitu masalah kadimnya alam, Allah tidak mengetahui yang
juz’iyyah dan masalah pembangkitan jasmani. Tiga persoalan menjadi lapangan
akal karena tidak ada nash al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW yang menegaskannya.
Pendapat al-Ghazali ini, sebagi seorang teolog Muslim, tentu saja dipengaruhi
oleh paham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, artinya Allah dapat berbuat
apapun tanpa ada yang menghalangi-Nya, sehingga tidak mengherankan jika
al-Ghazali berpendapat demikian.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Menurut Ibn Rusyd tuduhan yang dilontarkan oleh al-ghazali
terhadap filosof Muslim dalam tiga butir persoalan diatas tidak pada tempatnya.
Kalaupun mereka salah, maka kesalahan mereka hanya pada lapangan ijtihadi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Gagasan Averroisme yang ingin mengembangkan gagasan-gagasan Ibn
Rusyd dan berkembang di Barat sejak abad ke-13 ternyata tidak sepenuhnya
bertumpu pada pemikiran Ibn Rusyd. Ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh para eksponen Averroisme dari ajaran-ajaran Ibn Rusyd yang sebenarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[1] Saepul Anwar, Filsafat Ilmu al-Ghazali Dimensi Ontologi dan
Aksiologi, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), cet. I. h. 14<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[2] A. Syafi’I Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994), cet. II., h. 20<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[3] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2004), h. 159<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[4] Saeful Anwar, op.cit., h. 16<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[5] Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averoisme: Sebuah
Pemberontakan Terhadap Agama, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004)., cet. I., h.
46<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[6] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 155<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[7] Ahmad Syafi’i Ma’arif, op.cit., h. 54<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[8] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 156<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[9] Ibid, h. 156 - 157<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[10] Harun Nasution, Filsafat dan Misticisme dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973)., cet. I., h., 35 - 37<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[11] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 157<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[12] Ibid., h. 158<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[13] Fachri Syamsudin, Dasar – Dasar Filsafat Islam, (Jakarta: The
Minangkabau Foundation, 2005)., cet. I., h. 74 - 75<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[14] Saeful Anwar, op.cit., h. 68<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[15] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 159<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[16] Dalam buku Sirajuddin Zar ditulis selain Aristoteles dan
Plato, tetapi setelah dicoba merujuk kesumber lain ternyata yang dimaksud
dengan filosof dalam bahasan ini adalah Aristoteles dan Plato<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[17] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 160. Baca juga al-Ghazali,
al-Munqiz Min al-Dlalal, ter. Abdullah bin Nuh, (Jakarta: Tinta Mas, 1996), h.
14-24<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[18] Ibid., h. 162-163<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[19] Ibid, h. 165<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[20] Ibid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[21] Ibid, h. 166<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[22] Ibid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[23] Ibid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[24]Ibid, h. 168. Baca juga Harun Nasution, Makalah Simposium
tentang al-Ghazali diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Swasta
se-Indonesia, Jakarta: 26 Januari 1985, h. 4<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[25] Ibid.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[26] Fachri Syamsudin, op.cit. h. 83<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[27] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 169-171<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[28] Ibid., h. 171<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[29] Ibid., h. 172-173<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[30] Ibid., h. 173<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[31] Abbas Mahmud al-Aqqad, Ibnu Ruysd: Sang Filsuf, Mistikus,
Fakih, dan Dokter (terj), Khalifurrahman Fath, judul asli Ibnu Rusyd,
(Yogyakarta: Qirtas, 2003), cet, ke-1, h. 29<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[32] Ibid, h. 32<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[33] Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1994), cet, ke-3, h. 37<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[34] Sirajuddin Zar, op.cit., h. 221<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[35] Ibid., h. 160 Baca juga Al-Ghazali, Al-Munqidz, h. 14-24<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[36] Sirajuddin Zar, opcit, h. 161. Baca juga Al-Ghazali,
Tahafutul Falasifah, tahqiq Sulaiman Dunya, (Kairo:Darul Mara’arif, 1962), h.
86-87<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[37] Ibid. h. 161-163<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[38] Ibid, h. 226<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[39] Ibid, h. 118 <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[40] Sirajuddin Zar, op.cit, h. 229. Baca juga Al-Ghazali,
Tahafutul Falasifah, tahqiq Sulaiman Dunya, (Kairo:Darul Mara’arif, 1962), h.
86-87<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[41] Sirajuddin Zar, op.cit, h.. 230. Baca juga Al-Ghazali,
Tahafutul, h. 702-703<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[42] Ibid.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[43] Harun Nasution, Falsafat dan Misticisme Dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 47.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[44] Ibnu Rusyd, Tahafut, op.cit., h. 873-874.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[45] Ibid, h. 231 dan Ibn Rusyd, Tahafut, Ibid.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[46] Ibid, 232 dan Ibn Rusyd, Tahafut, Ibid.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[47] Muhammad Iqbal, op.cit., h. 80<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[48] Ibid., h. 80-81<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[49] Sirajuddin Zar, op.cit, h. 255. Baca juga Ibrahim Madkur,
Filsafat dan Renaisans Eropa, dalam Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan,
ter. Ahmad Tafsir, (Bandung: Pustaka, 1986), h. 136-137<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[50] Ibid, h. 255-256<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[51] Muhammad Iqbal, h. 95-96<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[52] Sirajuddin Zar, op.cit, h. 256-257<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[53] Ibid, h. 257<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[54] Ibid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[55] Ibid., h. 258<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[56] Ibid.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">[57] Ibid.</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-54330167957417520482015-04-25T05:45:00.002-07:002015-04-25T05:45:44.261-07:00Ilmu Takhrij Hadits<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Apakah yang dimaksud dengan takhrij hadits?</b><br />
<br />
Takhrij secara bahasa merupakan bentuk masdar dari kata kerja "خرّج, يخرّج, تخريجا". Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan, takhrij adalah: "menjadikan sesuatu keluar dari sesuatu tempat; atau menjelaskan suatu masalah[1]”<br />
<br />
Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti;<br />
<br />
<span style="font-size: large;">التخريج هو الدلالة على موضع الحديث في مصادره الأصلية التي أخرجته بسنده. ثم بيان مرتبته عند الحاجة المراد بالدلالة على موضع الحديث</span><br />
<br />
"Menunjukkan letak Hadits dari sumber-sumber aslinya (sumber primer), untuk kemudian diterangkan rangkaian sanadnya, dan dinilai derajat haditsnya jika diperlukan[2].<br />
<br />
Jadi, ada dua hal yang dikaji dalam takhrij hadits. Pertama, menunjukkan letak hadits dalam kitab-kitab primer hadits. Kedua, menilai derajat hadits tersebut jika diperlukan.<br /><br />
<b>Apakah tujuan dari takhrij hadits?</b><br />
<br />
Tujuan utama dari takhrij hadits adalah mengetahui derajat suatu hadits, apakah maqbul atau mardud. Sebenarnya takhrij tidak hanya untuk hadits saja, tetapi juga kepada perkataan yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’in.<br /><br />
<b>Apakah faedah dari takhrij hadits?</b><br />
<br />
Dapat diketahui banyak-sedikitnya jalur periwayatan suatu hadist yang sedang menjadi topik kajian.<br />
Dapat diketahui status hadist, apakah shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga akan dapat di ketahui istilah hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya.<br />
Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adalah makbul (dapat di terima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut tidak dapat diterima (mardud).<br />
Dapat diketahui pula hadits yang semula dhaif dari satu jalur, ternyata ada jalur lain yang hasan atau shahih.<br />
<br />
<b>Ilmu apa saja yang harus dikuasai jika ingin melakukan takhrij?</b><br />
<br />
Pertama yang jelas adalah Bahasa Arab. Karena literatur yang dipakai dalam takhrij hadits adalah kitab-kitab yang berbahasa Arab. Kedua, adalah ilmu Ushul al-Hadits atau lebih dikenal dengan Ilmu Mushthalah Hadits.Ketiga, lebih spesifik lagi adalah Ilmu at-Tarajum dan Ilmu al-Jarhi wa at-Ta’dil. Ilmu ini berkaitan dengan rawi dari setiap hadits yang akan kita takhrij, masa hidupnya dan penilaian ulama terhadapnya. Itulah kualifikasi dasar yang harus dimiliki seseorang jika ingin mencoba mentakhrij hadits Nabi[3].<br />
<br />
<b>Apakah takhrij hadits termasuk ilmu baru dalam Islam?</b><br />
<br />
Bisa dikatakan iya, bisa tidak. Dikatakan ilmu baru karena memang ilmu ini belum berkembang pada masa awal Islam. Tetapi bisa dikatakan tidak baru, karena semangat dasar takhrij sudah ada sejak masa shahabat.<br />
<br />
Takhrij hadits dimaksudkan agar seseorang berhati-hati dalam menerima informasi hadits, apakah memang benar dari Nabi Muhammad atau palsu.<br />
<br />
Bisa dikatakan Abu Bakar as-Shiddiq adalah orang pertama dari shahabat Nabi yang selektif dalam menerima informasi hadits dari Nabi, jika beliau tidak langsung mendengarnya. Hal itu sebagaimana komentar dari ad-Dzahabi (w. 748 H)[4]:<br />
<br />
<span style="font-size: large;">كان أول من احتاط في قبول الأخبار</span><br />
<br />
(Abu Bakar as-Shiddiq) adalah orang pertama yang berhati-hati dalam menerima kabar dari Nabi. Sampai akhirnya takhrij hadits ini berkembang pesat pada abad ke-8 dan ke-9 Hijriyyah.[5]<br />
Sebutkan contoh kitab-kitab takhrij dari ulama terdahulu?<br />
<br />
Sebagaimana disebutkan diatas, masa keemasan ulama dalam menulis kitab takhrij adalah abad ke-8 dan ke-9 Hijriyyah.<br />
1. Taghliq at-Ta’liq, karya: al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H). Kitab ini menerangkan tentang hadits-hadits yang disinyalir mu’allaq dalam kitab Shahih Bukhari yang jumlahnya sekitar 1341 buah hadits.<br />
2. Al-‘Ujab fi Takhrij ma Yaqulu fihi at-Tirmidizi, karya al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H).<br />
3. Nushbu ar-Rayah Li Ahadits al-Hidayah, karya: Abdullah bin Yusuf az-Zailaghi (w. 726 H). Kitab ini merupakan takhrij dari kitab al-Hidayah karya Ali bin Abu Bakar al-Marghinani (w. 593 H).<br />
4. Al-Badru al-Munir, karya: Sirajuddin ibn al-Mulaqqan (w. 804 H). Kitab ini mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu al-Kabir atau Fathu al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i (w. 623 H). Kitab as-Syarhu al-Kabir ini merupakan syarah dari kitab al-Wajiz karya Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).<br />
5. At-Talkhish al-Habir, al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H). Kitab ini juga mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu al-Kabir atau Fathu al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i (w. 623 H).<br />
6. Al-Mughni an Hamli al-Asfar di al-Asfar, karya: al-Hafidz Zainuddin Abu al-Fadhl al-Iraqi (w. 806 H). Kitab ini mentakhrij kitab Ihya’ Ulum ad-Din karya Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).<br />
7. Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytahirah ala al-Alsinah, karya: Syamsuddin as-Sakhawi (w. 902 H). Kitab ini mentakhrij hadits-hadits yang masyhur dalam masyarakat.<br />
<br />
<b>Sebutkan kitab-kitab yang membicarakan teori takhrij?</b><br />
<br />
1. Ushul at-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, karya: Mahmud at-Thahhan.<br />
2. Kasyfu al-Litsam an Asrar Takhrij Sayyid al-Anam, karya: Abdul Maujud Muhammad Abdullatif.<br />
3. Thuruq Takhrij Haditsi Rasulillah, karya: Abdul Mahdi bin Abdul Qadir.<br /><br />-------------------------------------------------<br />
[1] Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-A'lam, (Beirut: Dar al-Masyariq, 1986), h. 172.<br />
<br />
[2] Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa Dirasah Al-Asanid, (Riyadh: Maktabah al-Maa'rif, 1991), h. 10.<br />
<br />
[3] Hatim bin Arif al-Auni, at-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, (Maktabah Syamilah), h. 2<br />
<br />
[4] Syamsuddin ad-Dzahabi, Tadzkirat al-Huffadz, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1419 H), juz 1, h. 9<br />
<br />
[5] Muhammad bin Dhafir as-Syahri, Ilmu at-Takhrij wa Daurhu fi Hifdzi as-Sunnah an-Nabawiyyah, h. 6</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-67019293321903687832015-04-22T14:49:00.002-07:002015-04-22T14:49:22.068-07:00Jemputlah rizkimu dengan menikah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sebagian pemuda begitu khawatir untuk menikah karena khawatir dalam hal rizki. Padahal saat ini ia telah berpenghasilan cukup, sudah bisa ditakar ia dapat menghidupi seorang istri. Namun begitulah, kekhawatiran demi kekhawatiran terus menghantuinya sehingga ia pun mengulur waktu untuk segera menikah. Padahal janji Allah itu pasti, Dia akan mencukupi kita jika kita miskin. Karena kita harus yakin bahwa Allah-lah pemberi rizki setelah kita melakukan usaha.<br />
<br />
Ayat yang bisa menjadi renungan adalah firman Allah Ta’ala,<br />
<br />
<span style="font-size: large;">وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ</span><br />
<br />
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).<br />
<br />
Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya?<br />
<br />
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,<br />
<br />
<span style="font-size: large;">التمسوا الغنى في النكاح</span><br />
<br />
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengenai tafsir ayat di atas). Lihatlah pemahaman cemerlang dari seorang Ibnu Mas’ud karena yakin akan janji Allah.<br />
<br />
Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,<br />
<br />
<span style="font-size: large;">وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ</span><br />
<br />
“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Jika Allah telah menjanjikan demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?<br />
<br />
Patut dipahami …<br />
<br />
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,<br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ</span><br />
<br />
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 48)<br />
<br />
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br />
<br />
« إِنَّ اللَّهَ قَالَ لِى أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ ». وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَمِينُ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُذْ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِى يَمِينِهِ »<br />
<br />
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993).<br />
<br />
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.” (Fathul Bari, 13: 395)<br />
<br />
Dengan merenungkan hal ini, semoga Allah memberi taufik pada Anda yang masih ragu untuk menikah untuk segera menuju pelaminan. Berusahalah dalam mengais rizki dan tawakkal pada Allah, niscaya akan selalu ada jalan keluar. Barangkali di awal nikah atau ingin beranjak, Anda akan penuh rasa khawatir atau merasa berat dalam hidup. Namun jika Anda yakin terhadap hal di atas, niscaya kekhawatiran akan beralih menjadi percaya dan rizki pun akan datang dengan mudah, asalkan berusaha dan terus bekerja demi menghidupi keluarga.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-37357685267566068872015-04-21T13:42:00.002-07:002015-04-21T13:44:13.979-07:00bolehkah bermaksiat dengan alasan takdir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Pengertian dan macam Takdir</b><br />
<br />
Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq:<br />
<br />
1. Takdir Mubram<br />
<br />
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia. Takdir Mubram ini terdapat pada sunnatullah yang ada di alam raya ini. salah satu contohnya adalah perjalanan matahari, bulan dan planet-planet lainnya sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah. Oleh karena itu, sunnatullah tersebut juga terbagi dua yaitu hukum-hukum kemasyarakatan dan hukum alam. dalam AL-quran surat al- Fushilat ayat 11 dinyatakan bahwa sekali-kali tidak akan pernah terjadi perubahan pada sunnatullah.<br />
<br />
Contoh takdir mubram adalah jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman:<br />
Artinya: “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. an-Nisa : 78)<br />
<br />
Contoh takdir mubram antara lain: Waktu ajal seseorang tiba, usia seseorang, jenis kelamin seseorang, warna darah yang merah, bumi mengelilingi matahari, bulan mengelilingi bumi<br />
<br />
2. Takdir Mu’allaq<br />
<br />
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya akhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :<br />
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)<br />
<br />
Takdir ini dapat diubah dan manusia diberi akal dan hati nurani untuk memilihnya, karena pada prinsipnya dalan kehidupan ini, ada sisi-sisi positif dan negatif yang akan selalu mengikuti perjalanan panjang manusia. Sisi positif dan negatif tersebut disebut dengan takdir dalam kontek takdir muallaq. <br />
<br />
Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.<br />
<br />
Jadi.., ada 2 faktor dalam Takdir Mullaq ini:<br />
1. Kesungguhan usaha/ikhtiar seorang hamba;<br />
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11<br />
2. Kesungguhan doa seorang hamba<br />
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin: 60).<br />
<br />
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.<br />
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita citacitakan<br />
<br />
<b>Bolehkah melakukan maksiat atau meninggalkan kewajiban dengan alasan takdir?</b><br />
<br />
Keimanan kepada qadar tidaklah memperkenankan pelaku kemaksiatan untuk beralasan dengannya atas kewajiban yang ditinggalkannya atau kemaksiatan yang dikerjakannya.<br />
<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Tidak boleh seseorang berdalih dengan takdir atas dosa (yang dilakukannya) berdasarkan kesepakatan (ulama) kaum muslimin, seluruh pemeluk agama, dan semua orang yang berakal. Seandainya hal ini diterima (dibolehkan), niscaya hal ini dapat memberikan peluang kepada setiap orang untuk melakukan perbuatan yang merugikannya, seperti membunuh jiwa, merampas harta, dan seluruh jenis kerusakan di muka bumi, kemudian ia pun beralasan dengan takdir. Ketika orang yang beralasan dengan takdir dizhalimi dan orang yang menzhaliminya beralasan yang sama dengan takdir, maka hal ini tidak bisa diterima, bahkan kontradiksi. Pernyataan yang kontradiksi menunjukkan kerusakan pernyataan tersebut. Jadi, beralasan dengan qadar itu sudah dimaklumi kerusakannya di permulaan akal".[1]<br />
<br />
Karena perkara ini menimbulkan banyak bencana, maka inilah pemaparan mengenai sebagian dalil-dalil syar'i, 'aqli (akal), dan kenyataan, yang menjelaskan kebathilan dengan beralasan kepada qadar (takdir) atas perbuatan maksiat, atau dari meninggalkan ketaatan. [2]<br />
<br />
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّىٰ ذَاقُوا بَأْسَنَا ۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا ۖ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ<br />
<br />
"Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan, 'Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa pun.' Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta".[Al-An-'aam/6 : 148]<br />
<br />
Kaum musyrikin tersebut berdalih dengan takdir atas perbuatan syirik mereka. Seandainya argumen mereka diterima dan benar, niscaya Allah tidak menimpakan adzab-Nya kepada mereka.<br />
<br />
2. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ<br />
<br />
"(Mereka Kami utus) selaku Rasul-Rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu... ". [An-Nisaa'/4 : 165]<br />
<br />
Seandainya berdalih dengan takdir atas kemaksiatan itu diperbolehkan, niscaya tidak ada sebab untuk mengutus para Rasul.<br />
<br />
3. Allah memerintahkan hamba dan melarangnya, serta tidak membebaninya kecuali apa yang disanggupinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ<br />
<br />
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu...". [At-Taghaabun/64 : 16]<br />
<br />
Juga firman-Nya yang lain.<br />
<br />
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا<br />
<br />
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...". [Al-Baqarah/2 : 286]<br />
<br />
Seandainya hamba dipaksa untuk melakukan suatu perbuatan, maka dia berarti telah dibebani dengan sesuatu yang dirinya tidak mampu terbebas darinya. Ini adalah suatu kebathilan. Oleh karena itu, jika kemaksiatan terjadi padanya karena kebodohan, lupa atau paksaan, maka tidak ada dosa atasnya karena ia dimaafkan.<br />
<br />
4. Qadar adalah rahasia yang tersembunyi, tidak ada seorang makhluk pun yang mengetahuinya kecuali setelah takdir itu terjadi, dan kehendak hamba terhadap apa yang dilakukannya adalah mendahului perbuatannya. Jadi, kehendaknya untuk berbuat, tidaklah berdasarkan pada pengetahuan tentang takdir Allah. Oleh karena itu, pengakuannya bahwa Allah telah menakdirkan kepadanya demikian dan demikian adalah pengakuan yang bathil, karena ia telah mengaku mengetahui yang ghaib, sedangkan perkara ghaib itu hanyalah diketahui oleh Allah. Dengan demikian, argumennya batal, sebab tidak ada argumen bagi seseorang mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya.<br />
<br />
5. Seandainya kita membebaskan orang yang berdalih dengan qadar atas perbuatan dosa, niscaya kita telah menafikan syari'at.<br />
<br />
6. Seandainya berdalih dengan qadar -semacam ini- bisa menjadi hujjah (argumen), niscaya telah diterima argumentasi dari iblis yang mengatakan, (sebagaimana yang difirmankan oleh Allah):<br />
<br />
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ<br />
<br />
"Iblis menjawab, 'Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus". [Al-A'raaf/7: 16]<br />
<br />
7. Seandainya dalih mereka diterima juga, niscaya Fir'aun, musuh Allah, sama dengan Nabi Musa Alaihissalam, Nabi yang diajak bicara oleh Allah secara langsung.<br />
<br />
8. Berdalih dengan qadar atas perbuatan dosa dan aib, berarti membenarkan pendapat kaum kafir, dan ini merupakan kelaziman bagi orang yang berdalih, tidak terpisah darinya.<br />
<br />
9. Seandainya itu suatu argumen (yang benar), niscaya ahli Neraka berargumen dengannya, ketika mereka melihat Neraka dan merasa bahwa mereka akan memasukinya. Demikian pula ketika mereka memasukinya, dan mereka mulai dicela serta dihukum. Apakah mereka akan berdalih dengan qadar atas kemaksiatan dan kekafiran mereka?<br />
<br />
Jawabannya: Tidak, bahkan mereka mengatakan, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla tentang mereka:<br />
<br />
رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ<br />
<br />
"..Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti para Rasul...". [Ibrahim/14 : 44]<br />
<br />
Mereka juga mengatakan:<br />
<br />
رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا<br />
<br />
"...Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami...". [Al-Mu'minuun/23: 106]<br />
<br />
Mereka juga mengatakan:<br />
<br />
لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ<br />
<br />
"...Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni Neraka yang menyala-nyala". [Al-Mulk/67 : 10]<br />
<br />
Dan mereka mengatakan:<br />
<br />
لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ<br />
<br />
"...Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat". [Al-Muddatstsir/74 : 43]<br />
<br />
Juga perkataan-perkataan mereka lainnya yang mereka katakan.<br />
Seandainya berdalih dengan qadar atas kemaksiatan itu diperbolehkan, niscaya mereka berdalih dengannya, karena mereka sangat membutuhkan sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Neraka Jahannam.<br />
<br />
10. Di antara (jawaban) lain yang dapat menolak pendapat ini adalah, bahwa kita melihat manusia menginginkan sesuatu yang pantas untuknya dalam berbagai urusan dunianya hingga ia dapat memperolehnya. Ia tidak berpaling darinya kepada sesuatu yang tidak pantas untuknya, kemudian berdalih atas berpalingnya ia darinya tersebut dengan takdir.<br />
<br />
Lalu mengapa ia berpaling dari apa yang bermanfaat baginya dalam urusan agamanya kepada perkara yang merugikannya kemudian berargumen dengan qadar?!<br />
<br />
Saya berikan contoh kepadamu yang menjelaskan hal itu : Seandainya manusia hendak bepergian ke suatu negeri, dan negeri tersebut mempunyai dua jalan: salah satunya aman sentosa dan yang lainnya terjadi tindakan anarkis, kekacauan, pembunuhan, dan perampasan, manakah di antara keduanya yang akan dilaluinya?<br />
<br />
Tidak diragukan lagi bahwa ia akan menempuh jalan yang pertama, lalu mengapa ia tidak menempuh jalan ke akhirat melalui jalan Surga, tanpa melalui jalan Neraka?<br />
<br />
11. Di antara jawaban yang dapat diberikan kepada orang yang berdalih dengan takdir ini -berdasarkan madzhabnya- ialah katakan kepadanya, "Janganlah engkau menikah! Sebab jika Allah menghendaki kepadamu seorang anak, maka anak itu akan datang kepadamu dan jika tidak menghendakinya, maka anak tersebut tidak datang (walaupun menikah)!". "Janganlah makan dan minum! Sebab jika Allah menakdirkan kepadamu kenyang dan tidak kehausan, maka hal itu akan terwujud dan jika tidak, maka hal itu tidak akan terwujud". "Jika binatang buas lagi berbahaya menyerangmu, jangan lari darinya! Sebab jika Allah menakdirkan untukmu keselamatan, maka kamu akan selamat dan jika tidak menakdirkan keselamatan untukmu, maka lari tidak bermanfaat bagimu". "Jika kamu sakit, janganlah berobat! Sebab jika Allah menakdirkan kesembuhan untukmu, maka kamu pasti sembuh dan jika tidak, maka obat itu tidak bermanfaat bagimu".<br />
<br />
Apakah ia menyetujui kita atas pernyataan ini ataukah tidak? Jika ia menyepakati kita, maka kita mengetahui kerusakan akalnya dan jika menyelisihi kita, maka kita mengetahui kerusakan ucapannya dan kebathilan argumennya.<br />
<br />
12. Orang yang berdalih dengan qadar atas kemaksiatan telah menyerupakan dirinya dengan orang-orang gila dan anak-anak, karena mereka bukan mukallaf (yang berlaku padanya hukum syar'i) dan juga tidak mendapatkan sanksi. Seandainya ia diperlakukan seperti mereka dalam urusan dunia, niscaya dia tidak akan ridha.<br />
<br />
13. Seandainya kita menerima argumen yang bathil ini, niscaya tidak diperlukan lagi istighfar, taubat, do'a, jihad, serta amar ma'ruf dan nahi mungkar.<br />
<br />
14. Seandainya qadar adalah sebagai argumen atas perbuatan aib dan dosa, niscaya berbagai kemaslahatan manusia terhenti, anarkisme terjadi di mana-mana, tidak diperlukan lagi hudud (batasan-batasan hukum atau hukuman) dan ta'zir (peringatan sebagai hukuman) serta balasan, karena orang yang berbuat keburukan akan beralasan dengan qadar. Kita tidak perlu memberi hukuman kepada orang-orang yang zhalim juga para perampok dan penyamun, tidak perlu pula membuka badan-badan peradilan dan mengangkat para qadhi (hakim), dengan alasan bahwa segala yang terjadi adalah karena takdir Allah. Dan perkataan ini tidak pernah dinyatakan oleh orang yang berakal.<br />
<br />
15. Orang yang berdalih dengan qadar ini yang mengatakan, "Kami tidak akan dihukum, karena Allah telah menentukan hal itu atas kami. Sebab, bagaimana kami akan dihukum terhadap apa yang telah ditentukan atas kami?" Kita berikan jawaban untuknya: Kita tidak dihukum berdasarkan catatan terdahulu, tetapi kita hanyalah dihukum karena apa yang telah kita perbuat dan kita usahakan. Kita tidak diperintahkan kepada apa yang Allah telah takdirkan atas kita, tetapi kita hanyalah diperintahkan untuk melaksanakan apa yang Dia perintahkan kepada kita. Ada perbedaan antara apa yang dikehendaki terhadap kita dan apa yang dikehendaki dari kita. Apa yang Allah kehendaki terhadap kita, maka Dia merahasiakannya dari kita, adapun apa yang Allah kehendaki dari kita, maka Dia memerintahkan kita supaya melaksanakannya.<br />
<br />
Di antara yang layak untuk dikatakan bagi mereka adalah : Bahwa argumen kebanyakan dari mereka bukanlah muncul dari qana'ah dan keimanan, tetapi hanyalah muncul dari hawa nafsu dan penentangan. Karena itu, sebagian ulama mengatakan mengenai orang yang demikian keadaannya, "Ketika taat, engkau (orang yang berpendapat demikian tadi) menjadi qadari (pengikut paham Qadariyyah) dan ketika bermaksiat, maka engkau menjadi jabari (pengikut paham Jabariyyah). Mazhab apa pun yang selaras dengan hawa nafsumu, maka engkau bermazhab dengannya".[3]<br />
<br />
Maksudnya, ketika ia melakukan ketaatan, maka ia menisbatkan hal itu kepada dirinya, dan mengingkari bahwa Allah menakdirkan hal itu kepadanya. Sebaliknya, jika ia melakukan kemaksiatan, maka ia berdalih dengan takdir.<br />
<br />
Ringkasnya:<br />
Berargumen dengan qadar atas perbuatan maksiat atau meninggalkan ketaatan adalah argumen yang bathil menurut syari'at, akal, dan kenyataan.<br />
<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata tentang orang-orang yang berdalih dengan qadar, "Kaum tersebut, jika tetap meneruskan keyakinan ini, maka mereka itu lebih kafir dari orang Yahudi dan Nashrani". [4]<br />
<br />
[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah Ahmad Syaikhu, Sag. Penerbit Pustaka Ibntu Katsir]<br />
_______<br />
Footnote<br />
[1]. Majmuu'ul Fataawaa, (VIII/179). Lihat juga, 'Iqtidhaa' ash-Shiraathal Mustaqiim, (II/858-859).<br />
[2]. Lihat, Minhaajus Sunnah an-Nabawiyyah, (III/65-78). Dan lihat, Majmuu'ul Fataawaa, (VIII/262-268), Rasaa-il fil 'Aqiidah, hal. 38-39, dan Lum'atul I'tiqaad bi Syarh Muhammad bin 'Utsaimin, hal. 93-95.<br />
[3]. Majmuu'ul Fataawaa, (VIII/107).<br />
[4]. Majmuu'ul Fataawaa, (VIII/262).<br />
<br /></div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-80226290541890210142015-04-20T13:23:00.001-07:002015-04-21T13:44:24.806-07:00Bantahan atas tuduhan bahwa Muhammad bukan nabi terakhir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Nabi Muhammad S.A.W. adalah rasul terakhir dengan membawa kitab Al-Qur’an. Jadi mengapa di dalam hadist disebutkan bahwa Yesus (Isa A.S.) akan kembali lagi sebagai rasul? Bukankah itu artinya Nabi Muhammad S.A.W. bukan rasul terakhir?<br />
<br />
Jawaban:<br />
Nabi Muhammad S.A.W. adalah rasul terakhir. Dan tidak akan ada kitab baru yang akan diwahyukan setelah Al-Qur'an. Dan kedatangan Yesus (Isa A.S.) yang kedua tidak disebutkan secara gamblang di dalam Al-Qur'an namun disebutkan di dalam hadist. Hadist-hadist tersebut di antaranya adalah:<br />
<br />
Rasulullah bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga turun kepada kalian Ibnu Maryam sebagai hakim yang adil, ia mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan jizyah dan melimpahkan harta sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima pemberian harta. (Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Al-Qurthubi.)<br />
Rasulullah bersabda: “Bagaimana keadaan kalian apabila Ibnu Maryam turun di antara kalian sedangkan yang menjadi imam (pemimpin) kalian berasal dari kalangan kalian sendiri?” (HR. Bukhari: no. 2296.)<br />
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Saya mendengar Nabi bersabda: “Akan senantiasa ada di antara umatku satu kelompok yang berperang di atas kebenaran, mereka senantiasa menang hingga hari kiamat.” Beliau bersabda: “Lantas Isa ibnu Maryam turun, maka pemimpin kelompok tersebut berkata, ‘Kemarilah, shalatlah sebagai imam kami!’ Maka Isa menjawab, “Tidak, sebagian kalian memimpin sebagian yang lain sebagai penghormatan Allah terhadap umat ini.” (HR. Bukhari: Kitabu ahaditsil anbiya’ no. 3193 dan Muslim: Kitabul iman no. 222, 223, 224.)<br />
Jadi mengapa Yesus harus kembali untuk kedua kalinya?<br />
<br />
Pertama-tama, Yesus (Isa A.S.) tidak kembali lagi sebagai seorang rasul. Dia kembali sebagai pengikut Nabi Muhammad S.A.W. Itulah mengapa ketika dia turun dengan menempatkan kedua tangannya pada bahu para malaikat di menara putih Damaskus. Berikut ini hadistnya:<br />
<br />
“Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya kecualipasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lain Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya dipintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surga (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa ‘ah, Bab DzikrAd-Dajjal 18: 67-68).<br />
<br />
Kemudian dia pergi ke Al-Quds, maka dia akan shalat di belakang pemimpin muslim pada saat itu. Dia kembali sebagai pengikut hukum syariah yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Kemudian Yesus (Nabi Isa A.S.) akan mematahkan kayu-kayu salib, membunuhi semua babi, dan menghapuskan jizyah. Meskipun jizyah merupakan bagian dari syariah, tapi Nabi bersabda bahwa dia akan menghapuskannya.<br />
<br />
Kenapa Yesus (Nabi Isa A.S.) harus kembali lagi? Alasannya karena agama Yahudi dan Kristen. Terlebih lagi dalam sudut pandang Yudaisme. Singkatnya, tidak ada seorang Yahudi pun yang menerima Yesus sebagai messiah. Salah satu alasannya adalah, jika Kristen mengaku-ngaku bahwa Yesus (Isa A.S.) telah terbunuh dan disalib, maka hal itu cukup bagi para Yahudi karena Yesus (Isa A.S. ) pastinya bukan messiah.<br />
<br />
Karena para Yahudi tahu dari kitab suci mereka dan Tuhan telah bernubuat kepada mereka, bahwasanya sang messiah akan datang dan mendirikan kerajaan Tuhan di muka bumi. Itu artinya dia akan mendirikan hukum syariah yang berasal dari Tuhan, dan dia akan berseru agar umat manusia di seluruh muka bumi menyembah Tuhan Yang Maha Esa.<br />
<br />
Dan kita sebagai umat muslim juga percaya bahwa Yesus akan kembali lagi ke bumi. Kemudian dia akan memerintah di bumi sebagai penguasa yang adil selama 40 tahun dan tidak akan ada agama lain kecuali agama Islam. Jadi itulah mengapa Yesus harus kembali untuk memenuhi ramalannya yang diberikan kepada umat Yahudi dan Tuhan tidak pernah melanggar janji-Nya.<br />
<br />
Karena pada masa kerasulan Yesus (Isa A.S.), dia ingin dibunuh dan disalib oleh orang-orang, maka Allah mengangkatnya. Jadi Yesus tidak terbunuh dan dia tidak disalib karena dialah sang messiah.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-78350087376039439152015-04-20T12:47:00.002-07:002015-04-21T13:44:36.372-07:00Taurat dan Injil yang diselewengkan telah dihapus dan disempurnakan oleh Al Qur’an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Al Quran telah menghapus kitab-kitab sebelumnya termasuk Taurat dan Injil. Inilah yang mesti dipahami oleh setiap muslim dan menjadi akidah pokok mereka. Sehingga tidak boleh isi kitab antara Yahudi dan Nashrani dengan kaum muslimin itu sama.<br />
<br />
Al Quran Membawa Kebenaran<br />
<br />
Al Qur’anul Karim adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah. Al Qur’an meghapus kitab Taurat, Zabur, Injil dan seluruh kitab yang diturunkan sebelumnya. Al Qur’an adalah sebagai hakim yaitu ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Tidak ada satu pun kitab yang diturunkan saat ini yang memberi petunjuk untuk beribadah pada Allah dengan benar selain Al Qur’anul Karim. Allah Ta’ala berfirman,<br />
<br />
<span style="font-size: large;">وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ</span><br />
<br />
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai hakim terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS. Al Maidah: 48)<br />
<br />
Taurat dan Injil Telah Dihapus oleh Al Qur’an<br />
<br />
Seorang muslim wajib mengimani bahwa taurat dan injil telah dihapus dengan Al Qur’anul Karim. Perlu diketahui bahwa Taurat dan injil telah mengalami penyelewengan, penggantian, penambahan dan pengurangan sebagaimana hal ini telah dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim. Di antaranya kita dapat melihat pada ayat,<br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ</span><br />
<br />
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat).” (QS. Al Maidah: 13)<br />
<br />
<span style="font-size: large;">فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ</span><br />
<br />
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 79)<br />
<br />
<span style="font-size: large;">وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ</span><br />
<br />
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. ” (QS. Ali Imron: 78)<br />
Oleh karena itu, setiap ajaran yang benar yang ada dalam kitab-kitab sebelum Al Qur’an, ajaran Islam sudah menghapusnya (menaskh-nya). Selain ajaran yang benar tersebut berarti telah mengalami penyelewengan dan penggantian. Ada riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah ketika Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu melihat-lihat lembaran taurat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا بْنَ الخَطَّابِ؟ أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ؟! لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي رواه أحمد والدارمي وغيرهما.</span><br />
<br />
“Apakah dalam hatimu ada keraguan, wahai Ibnul Khottob? Apakah dalam taurat (kitab Nabi Musa, pen) terdapat ajaran yang masih putih bersih?! (Ketahuilah), seandainya saudaraku Musa hidup, beliau tetap harus mengikuti (ajaran)ku.” (HR. Ahmad 3: 387, Ad Darimi dalam Al Muqoddimah, 1:115-116, Al Bazzar dalam Kasyful Astar 1: 78-79 no. 124, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah 1: 27 no. 50, Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih, Bab Menelaah Kitab Ahli Kitab dan Riwayat dari Mereka 1: 24)<br />
<br />
Kitab suci umat Kristen yg disebut Bibel (Bible, di Indonesia Alkitab) adalah sebuah kitab yg bukan terdiri dari sebuah kitab utuh, melainkan merupakan gabungan dari banyak kitab yg dibendel jadi satu. Kitab itu terdiri dari dua buah kita utama yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yg mana kedua kitab utama tersebut masih terdiri dari banyak kitab2x lagi.<br />
<br />
Lima buah kitab pertama dari Perjanjian Lama adalah apa yg diakui oleh umat Kristen sebagai kitab Taurat, yaitu kitab : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Di dalam kitab2x tsb terdapat apa yg diakui umat Kristen sebagai Hukum Taurat yg telah diajarkan oleh nabi Musa. Sedangkan kitab2x lain di Perjanjian Lama adalah apa yg sering disebut sebagai “kitab para nabi”.<br />
<br />
Umat Kristen mengatakan kalau hukum Taurat ini sudah tidak berlaku lagi karena sudah digantikan oleh hukum kasih yg telah diajarkan oleh Yesus Kristus. Hukum kasih tsb adalah seperti yg terdapat dalam Bibel Perjanjian Baru pada Markus 12 ayat 29-31 :<br />
<br />
12:29 Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.<br />
<br />
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.<br />
<br />
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”<br />
<br />
Dan penghapusan hukum Taurat ini juga lah yg menjadi dasar dari ajaran Kristen mayoritas untuk tidak lagi menggunakan aturan2x yg terdapat dalam hukum Taurat tsb. Contohnya adalah pada hukum sunat dan larangan memakan daging babi.<br />
<br />
Hukum Taurat melarang memakan daging babi –> umat Kristen menghalalkannya.<br />
<br />
Hukum Taurat menyuruh bersunat –> umat Kristen tidak melakukannya, bahkan melarangnya.<br />
<br />
Padahal dalam Bibel sendiri Yesus dengan sangat jelas menyebutkan bahwa kedatangannya tidak akan menghapuskan hukum Taurat, malah akan terus dilestarikan sampai hari kiamat nanti. Ia datang adalah untuk menggenapi hukum Taurat tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada Bibel Perjanjian Baru pada kitab Matius 5 ayat 17-20 :<br />
<br />
5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.<br />
<br />
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.<br />
<br />
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.<br />
<br />
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.<br />
<br />
Ayat2x tersebut apabila dibaca tidak dengan pemikiran dibawah doktrin, melainkan dg pemikiran yg jernih dan kritis, akan jelas menyatakan tetap berlakunya hukum Taurat. Bagaimana penjelasannya? Kita lihat dalam pembahasan berikut :<br />
<br />
5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.<br />
<br />
Yesus sangat jelas menyatakan di ayat ini bahwa ia datang adalah untuk menggenapi hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. Masalah yg sangat penting di sini adalah pada kata “menggenapi”. Apa yg dimaksud dg menggenapi di sini? Orang Kristen yg berpikir di bawah doktrin akan langsung dg mudah menyatakan bahwa kata menggenapi yg dimaksud adalah penggenapan janji Tuhan untuk kedatangan-Nya(?) atau anak-Nya(?) untuk melakukan karya penebusan untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa, atau untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman maut sehingga maut tidak lagi menguasainya sehingga manusia akan beroleh hidup yg kekal, atau agar manusia dapat hidup di bawah kasih karunia bukan dibawah hukum Taurat lagi, dll dsbnya… yg inti semua itu dalam konteks bahasan kita ini adalah bahwa dg kedatangan Yesus, maka hukum Taurat menjadi batal, tidak berlaku lagi, digantikan oleh hukum kasih karunia melalui diri dan pengorbanan Yesus.<br />
<br />
Sangat mengherankan mendengar penjelasan dari umat Kristen tentang kedatangan Yesus yg merupakan penggenapan itu, yg mana membuat tidak berlakunya lagi hukum Taurat. Hal ini mengingat bahwa masih di ayat yg sama Yesus sudah memberikan sebuah informasi yg sangat penting tentang maksud dari kata “menggenapi” tsb. Syarat itu adalah pada kata “…Aku datang bukan untuk meniadakannya (hukum Taurat),…” yg sangat jelas merupakan syarat dari “menggenapi” itu tadi.<br />
<br />
Jadi penggenapan yg dimaksud Yesus dalam ayat tsb haruslah dilakukan dg syarat tidak meniadakan hukum Taurat, melainkan melengkapi dan menyempurnakannya. Dan cara Yesus menggenapinya adalah dengan memasukkan hukum kasih di sana. Bahwa dalam penerapan hukum Taurat sekalipun, berlaku kasih adalah lebih diutamakan. Hal ini sangat mudah dipahami oleh pola pikir manusia yg normal (bukan doktrinal), karena kata “menggenapi” memang berkonotasi melengkapi dan menyempurnakan. Seperti terdapat pada kalimat “Ia menggenapi jumlah komputer yg telah ia pasang menjadi 10 buah”, yg memberikan arti bahwa ia tidak bisa menggenapi jumlahnya menjadi 10 kalau yg 9 sebelumnya dibuang! Kita bisa melihatnya lebih jelas dalam Bible bahasa Inggris untuk ayat yang sama sebagai berikut :<br />
<br />
5:17 Do not think that I have come to do away with or undo the Law or the Prophets; I have come not to do away with or undo but to complete and fulfill them.<br />
<br />
Kemudian untuk menguatkan syarat penggenapan yg tidak boleh menghapuskan hukum Taurat, Yesus tercatat menambahkan informasi lagi pada ayat selanjutnya.<br />
<br />
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.<br />
<br />
Ayat ini jelas menyatakan bahwa “…selama belum lenyap langit dan bumi ini…” artinya adalah sebelum hari Kiamat tiba, yg juga berarti selamanya, selama langit dan bumi masih ada! Jadi sebelum hari kiamat tiba, tidak akan ada hukum Taurat yg dibatalkan atau dihilangkan. Maka sangat aneh kalau dikatakan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menggenapi hukum Taurat yg dengannya hukum Taurat justru tidak berlaku lagi. Sedangkan, Yesus sendiri yg menyatakan di sana bahwa syarat utama dapat berlangsungnya penggenapan adalah harus dg tidak dihilangkannya hukum Taurat.<br />
<br />
Dan yg paling mengejutkan bagi umat Kristen kalau mereka membaca ayat2x ini dg teliti, adalah pada ayat selanjutnya yg merupakan konsekuensi bagi mereka yg tidak melakukan dan tidak mengajarkan hukum Taurat.<br />
<br />
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.<br />
<br />
Ayat ini merupakan penegasan yg lebih diperkuat lagi tentang tetap diberlakukannya hukum Taurat oleh Yesus, di mana dinyatakan bahwa barang siapa yg meniadakan hukum Taurat meskipun hanya salah satunya yg paling kecil sekalipun dan mengajarkan demikian pada orang lain, ia akan mendapatkan tempat yg paling rendah dalam surga. Sedangkan bagi yg melakukan dan mengajarkan hukum Taurat, ia akan mendapat tempat yg tinggi di surga.<br />
<br />
Dalam pembacaan dg konteks yg benar, ayat ini dapat mengejutkan atau bahkan menakutkan bagi umat Kristen. Kenapa? Jelas saja, siapapun tidak ingin mendapat tempat yg paling rendah, tetapi posisi mereka jelas terancam dg adanya ayat ini. Bagaimana bisa begitu? Kita akan lihat dalam bahasan berikut.<br />
<br />
Misalnya kita ambil contoh 2 perintah hukum Taurat, yaitu perintah bersunat, dan larangan makan daging babi. Keduanya adalah termasuk di dalam hukum Taurat. Apakah umat Kristen melakukan sunat dg cara yg sesuai seperti diperintahkan hukum Taurat? Tidak! Apakah mereka mengajarkan untuk bersunat? Tidak! Apakah umat Kristen menghindari makan daging babi? Tidak! Apakah mereka mengajarkan untuk tidak makan daging babi? Tidak!<br />
<br />
Dg contoh 2 hukum Taurat tadi, jelas terlihat bahwa secara umum umat Kristen tidak melakukan dan tidak mengajarkan ketentuan dalam hukum Taurat. Bahkan kebanyakan mereka menyampaikan ini pada umatnya dan orang lain dg rasa kebanggaan yg besar, seakan2x yg demikian itu adalah suatu hal yg bernilai tinggi dalam keagamaan mereka. Padahal bila kita merujuk pada ayat2x yg saya sebutkan di atas tadi itu, – kalau mereka bisa masuk surga – jelas mereka akan menempati posisi yg paling rendah di dalam surga, karena mereka tidak melakukan dan tidak mengajarkan hukum Taurat! Inilah pemahaman yg bisa didapat dari ayat tersebut.<br />
<br />
Dan juga sebaliknya, bagi yg melakukan dan mengajarkan hukum Taurat, akan mendapat tempat yg tinggi di surga. Siapakah mereka2x ini? Yg pertama tentu saja umat Yesus sendiri saat beliau masih hidup, yg kalau mereka melakukannya dg benar sesuai perintah Tuhan, insyaallah akan diberikan derajat yg tinggi oleh Allah. Kemudian siapa lagi? Masih ada lagikah umat lain yg juga melakukan dan mengajarkan hukum Taurat? Ya, ternyata masih ada umat lain yg melakukan dan mengajarkan hukum Taurat. Siapakah mereka?<br />
<br />
<br />
Islam melestarikan hukum Taurat dan hukum kasih<br />
<br />
Islam? Ya, Islam. Apakah umat Islam melakukan dan mengajarkan hukum Taurat? Benar, umat Islam ternyata memang juga melakukan dan mengajarkan hukum Taurat! Akan tetapi hukum Taurat yg diajarkan dalam Islam dari nabi Muhammad adalah versi yg telah disempurnakan karena telah digenapi oleh ajaran Kasih. Hal ini karena hukum Taurat ternyata tetap dilestarikan dalam Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad dalam “versi” yg baru, yg sudah dilengkapi dan digenapi dg ajaran kasih.<br />
<br />
Kita akan lihat dalam 3 contoh perintah hukum Taurat, yaitu : tidak memakan daging babi, melakukan sunat, dan kisas (qishosh). Penjelasannya akan kita bahas sebagai berikut :<br />
<br />
<br />
Hukum mengharamkan babi<br />
<br />
Hukum Taurat yg mengharamkan memakan babi tetap diajarkan dalam Qur’an, tetapi sudah “digenapi” dg ajaran Kasih dg dibolehkannya umat memakannya apabila dalam keadaan terpaksa, misalnya untuk bertahan hidup disaat tidak ada makanan lain yg dapat dimakan. Hal ini karena meskipun larangan makan babi tetap dilestarikan, tapi dalam ajaran kasih mempertahankan kehidupan lebih diutamakan. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Berikut ayat pengharaman babi di Alkitab/Bibel dan Al-Qur’an.<br />
<br />
Alkitab bahasa Indonesia (Imamat 11:7-8 dan Ulangan 14:8) :<br />
<br />
11:7 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.<br />
<br />
11.8 Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.<br />
<br />
14:8 Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.<br />
<br />
Catatan :<br />
<br />
Ayat yg saya kutip di atas adalah dari Alkitab terjemahan 1979 yg sudah diubah(?), sedangkan pada Alkitab terjemahan 1968 masih sesuai teks aslinya dg menggunakan kata “babi”, bukan “babi hutan”. Dan penggunaan kata “babi” memang lebih sesuai karena dalam Alkitab bahasa Inggris digunakan kata “swine” yg berarti babi, dan bukan “wild boar” yg berarti babi hutan.<br />
<br />
Bible bahasa Inggris (Leviticus 11:7-8 dan Deuteronomy 14:8) :<br />
<br />
11:7 And the swine, because it divides the hoof and is cloven-footed but does not chew the cud; it is unclean to you.<br />
<br />
11:8 Of their flesh you shall not eat, and their carcasses you shall not touch; they are unclean to you.<br />
<br />
14:8 And the swine, because it parts the hoof but does not chew the cud; it is unclean to you. You shall not eat of their flesh or touch their dead bodies.<br />
<br />
Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari (Imamat 11:7 dan Ulangan 14:8) :<br />
<br />
11:7 Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak.<br />
<br />
11:8 Dagingnya tak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.<br />
<br />
14:8 Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan, bangkainya tak boleh disentuh.<br />
<br />
Al-Qur’an Surat Al-Maidah (5) ayat 3 :<br />
<br />
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. ….. ….. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah ayat 3)<br />
<br />
<br />
Hukum sunat<br />
<br />
Hukum Taurat yg memerintahkan untuk bersunat tetap diajarkan dalam Islam. Hanya saja kalau pada hukum Taurat sunat adalah suatu hal yg mutlak wajib untuk dilakukan dengan ketentuan yg ada, dan dengan ancaman yg keras bagi yg tidak melakukannya, maka sunat/khitan dalam Islam adalah versi hukum Taurat yg sudah digenapi dg ajaran Kasih.<br />
<br />
Dalam Islam bersunat sudah menjadi tradisi meskipun masih terjadi perbedaan pendapat tentang masalah wajib atau sunnah-nya hukum sunat ini. Kalau diambil jalan tengahnya, maka sunat/khitan hukumnya bisa dibilang adalah sunnah muakad, yaitu sunah yg sangat kuat dianjurkannya.<br />
<br />
Hukum sunat dalam Islam yg sudah digenapi dg ajaran kasih ini dapat dilakukan kapan saja, tidak harus pada saat masih bayi berusia 8 hari seperti ketentuan dalam hukum Taurat. Kebanyakan umat Islam melakukannya saat menginjak akhil balik. Islam juga membolehkan umat untuk tidak bersunat apabila terdapat alasan2x tertentu, misalnya : apabila ada seorang yg masuk Islam setelah dewasa dan takut untuk bersunat, maka dia boleh tidak bersunat, apalagi kalau dikhawatirkan malah membahayakan kesehatannya dalam kondisi2x tertentu. Karena hal ini adalah juga seperti wudlu dan mandi yg kewajibannya bisa gugur kalau ditakutkan membahayakan jiwa (Ibnu Kudamah).<br />
<br />
Juga tidak ada ancaman yg keras jika tidak melakukannya seperti yg terdapat di hukum Taurat. Hal ini karena meskipun hukum sunat tetap dilestarikan, tetapi dalam ajaran kasih mempertahankan kesehatan dan kehidupan lebih diutamakan, karena pada hakikatnya perintah sunat itu bertujuan untuk membersihkan dan menjauhkan diri dari penyakit.<br />
<br />
Berikut ayat2x tentang hukum sunat di Alkitab Perjanjian Lama (Kejadian 17:10-14) :<br />
<br />
17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;<br />
<br />
17:11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.<br />
<br />
17:12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.<br />
<br />
17:13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal<br />
<br />
17:14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.”<br />
<br />
Dari ayat2x di atas ada 5 point yg bisa kita dapatkan :<br />
<br />
1. Setiap laki2x harus disunat<br />
<br />
2. Yg dimaksud dg sunat adalah mengerat/memotong kulit khatan<br />
<br />
3. Anak laki2x berumur 8 hari harus disunat<br />
<br />
4. Hukum sunat adalah perjanjian yg kekal (berlaku selamanya)<br />
<br />
5. Orang yg tidak bersunat harus dilenyapkan (dibunuh?) karena telah mengingkari perjanjian.<br />
<br />
Yesus disunat (Lukas 2:21)<br />
<br />
2:21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.<br />
<br />
Yesus pun juga di sunat ketika berumur 8 hari, mengikuti perintah dari hukum Taurat yg berlaku. Bagaimana mungkin ia sendiri akan membatalkannya?<br />
<br />
<br />
Hukum Kisas (Qishash)<br />
<br />
Hukum Taurat yg memerintahkan hukum kisas (qisos), yaitu pembalasan yg setimpal, mata ganti mata, tangan ganti tangan, nyawa ganti nyawa, tetap disebutkan dalam Qur’an, tetapi dalam versi yg juga sudah digenapi oleh ajaran kasih, yg mana meskipun sang ahli waris berhak menuntut pembalasan setimpal itu, akan tetapi ia dianjurkan untuk mengutamakan tidak melakukannya dan mengampuni si pelaku. Sekali lagi, hal ini adalah karena meskipun hukum Qisos ini tetap dilestarikan dalam Qur’an, tetapi dalam ajaran kasih harus diutamakan untuk berbuat baik dan memaafkan orang lain. Berikut ayat2x Bibel tentang kisas menurut hukum Taurat dan ajaran kasih Yesus :<br />
<br />
Keluaran 21 : 23-25<br />
<br />
21:23 Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,<br />
<br />
21:24 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,<br />
<br />
21:25 lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.<br />
<br />
Matius 5 : 38-39<br />
<br />
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.<br />
<br />
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.<br />
<br />
Dalam Al-Qur’an pun hukum kisas tetap dilestarikan, hanya saja sudah disempurnakan dg ajaran Kasih, bahwa memberi maaf adalah lebih mulia dan diutamakan. Juga bagi yg melepaskan hak kisasnya, maka itu akan menjadi penebus dosa baginya.<br />
<br />
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu qishash atas orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Barangsiapa mendapat ma’af dari saudaranya, hendaklah yang mema’afkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik.” (Al Baqarah:178)<br />
<br />
“Dan Kami tetapkan atas mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada Qisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak Qisas, maka melepaskan hak itu jadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al Maa-idah:45)<br />
<br />
Tolaklah perbuatan buruk mereka dg yg lebih baik (Al-Mu’minim ayat 96)<br />
<br />
QS. Asy-syura 40-43 :<br />
<br />
40. Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.<br />
<br />
41. Dan Sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka.<br />
<br />
42. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. mereka itu mendapat azab yang pedih.<br />
<br />
43. Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.<br />
<br />
<br />
Dari 3 contoh perintah dalam hukum Taurat yg tetap dilestarikan dalam Islam melalui Qur’an dan hadits tsb, kita bisa melihat bahwa tidak ada perbedaan dalam ajaran Yesus dan ajaran nabi Muhammad. Bahwa seharusnya yg dimaksud Yesus bahwa beliau menggenapi hukum Taurat itu tidak berarti menghilangkannya, tetapi melengkapi dan menyempurnakannya dg memasukan unsur ajaran kasih dalam perintah2x hukum Taurat sebelumnya yg keras dan kaku. Dan hal itu juga lah yg diajarkan oleh nabi Muhammad, dimana beliau tetap mengajarkan untuk tetap melakukan dan mengajarkan hukum Taurat, tetapi dalam versi yg sudah disempurnakan dg menggenapinya dg ajaran Kasih.<br />
<br />
<br />
Kesimpulan<br />
<br />
Pemahaman umat Kristen secara umum bahwa kedatangan Yesus telah menghapuskan hukum Taurat dan menggantinya dg hukum Kasih, sehingga hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi dan harus ditinggalkan, adalah salah. Bila kita mengacu pada ajaran dasar umat Kristen, yaitu Alkitab/Bibel, dg jelas tertulis di sana bahwa Yesus sendiri telah mengajarkan bahwa kedatangannya tidaklah untuk menghapuskan hukum Taurat, dan bahwa beliau hanya menggenapinya.<br />
<br />
Menggenapi hukum Taurat yg dimaksudkan Yesus seperti tertulis di ayat tersebut jelas menyatakan bahwa syarat penggenapan yg dilakukannya adalah tidak dg menghapuskan hukum Taurat. Jadi hukum Taurat dinyatakan olah Yesus masih tetap berlaku bahkan sampai hari Kiamat nanti, artinya sepanjang masa. Tetapi hukum Taurat yg tetap berlaku sepanjang masa itu adalah yg sudah digenapi oleh Yesus dg memasukkan hukum kasih di dalamnya.<br />
<br />
Nabi Muhammad pun ternyata memang datang tidak untuk menghapuskan hukum Taurat dan hukum kasih dari Yesus, tetapi beliau datang membawa Al-Qur’an dan hadits2xnya yg didalamnya tetap melestarikan ajaran Musa dan Yesus, dg tetap melakukan dan mengajarkan hukum Taurat yg telah disempurnakan, yaitu hukum Taurat yg telah digenapi dg ajaran Kasih.<br />
<br />
Dan pemahaman yg benar terhadap pernyataan Yesus di Perjanjian Baru pada Matius 5 ayat 19 adalah bahwa siapa yg tidak melakukan dan tidak mengajarkan hukum Taurat, bila ia masuk surga, maka tempatnya adalah yg paling rendah. Tapi bagi siapa yg melakukan dan mengajarkan hukum Taurat maka tempatnya akan tinggi di surga.<br />
<br />
Musa, Yesus, dan Muhammad, tiga nabi Allah yg mulia, mereka semua mengajarkan ajaran yg sama. Mereka melakukan dan mengajarkan hukum Taurat. Hanya saja versi yg diajarkan belakangan adalah yg lebih disempurnakan, karena telah digenapi dg memasukkan ajaran kasih di dalamnya.<br />
<br />
Bagaimana dg anda? Apakah anda pengikut Yesus? Yesus melakukan dan mengajarkan hukum Taurat dengan kasih. Apakah anda melakukan dan mengajarkannya? Buat anda yg mengaku sebagai pengikut Yesus, sudah seharusnya anda melakukan dan mengajarkan seperti apa yg telah diwariskannya. Bila anda ingin mendapat tempat yg tinggi dalam surga, maka ikutilah orang2x yg menjadi pengikut mereka, orang2x yg mengikuti dan mengajarkan apa yg dilakukan dan diajarkan oleh Yesus dan nabi Muhammad.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-82989733478206490382015-04-20T12:19:00.003-07:002015-04-21T13:44:53.144-07:00Hadits lemah terkait bulan Rajab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Asal Penamaan<br />
<br />
Dinamakan bulan Rajab, dari kata rajjaba – yurajjibu yang artinya mengagungkan. Bulan ini dinamakan Rajab karena bulan ini diagungkan masyarakat Arab. (keterangan Al Ashma’i, dikutip dari Lathaiful Ma’arif, hal. 210)<br />
<br />
Keutamaan Bulan Rajab<br />
<br />
Bulan Rajab termasuk salah satu empat bulan haram.<br />
Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ<br />
<br />
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At Taubah: 36)<br />
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ<br />
<br />
“Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana kondisinya, ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan, diantaranya empat bulan haram. Tiga bulan ber-turut-turut: Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan: Rajab suku Mudhar, yaitu bulan antara Jumadi (tsaniyah) dan sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)<br />
<br />
Keterangan:<br />
Disebut “Rajab suku Mudhar” karena suku Mudhar adalah suku yang paling menjaga kehormatan bulan Rajab, dibandingkan suku-suku yang lain. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi batasan: antara Jumadil (tsaniyah) dan sya’ban, sebagai bentuk menguatkan makna. (Umdatul Qori, 26/305)<br />
Ada yang menjelaskan, disebut “Rajab suku Mudhar” untuk membedakan dengan bulan yang diagungkan suku Rabi’ah. Suku Rabi’ah menghormati bulan Ramadhan, sementara suku Mudhar mengagungkan bulan Rajab. Karena itu bulan ini dinisbahkan kepada suku Mudhar.<br />
<br />
Hadis Dlaif Terkait Bulan Rajab<br />
<br />
Hadis: “Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, namanya sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, siapa yang puasa sehari di bulan Rajab maka Allah akan memberi minum orang ini dengan air sungai tersebut.” (Riwayat Abul Qosim At Taimi dalam At Targhib wat Tarhib, Al Hafidz Al Ashbahani dalam kitab Fadlus Shiyam, dan Al Baihaqi dalam Fadhail Auqat. Ibnul Jauzi mengatakan dalam Al Ilal Al Mutanahiyah: Dalam sanadnya terdapat banyak perawi yang tidak dikenal, sanadnya dhaif secara umum, namun tidak sampai untuk dihukumi palsu.)<br />
Hadis: “Allahumma baarik lanaa fii rajabin wa sya’baana wa ballighnaa Ramadhaana.” (Riwayat Ahmad, dan di sanadnya terdapat perawi Zaidah bin Abi Raqqad, dari Ziyadah An Numairi. Tentang para perawi ini, Imam Bukhari mengatakan: Munkarul hadis. An Nasa’i mengatakan: Mungkarul hadis. Sementara Ibn Hibban menyatakan: hadisnya tidak bisa dijadikan dalil)<br />
Hadis: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah puasa setelah Ramadhan, selain di bulan Rajab dan Sya’ban.” (Riwayat Al Baihaqi. Ibn Hajar mengatakan: ini adalah hadis munkar, disebabkan adanya perawi yang bernama Yusuf bin Athiyah, dia orang yang dhaif sekali.- Tabyinul Ajbi, hal. 12)<br />
Hadis: “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (Riwayat Abu Bakr An Naqasy. Al Hafidz Abul Fadhl Muhammad bin Nashir mengatakan: An Naqasy adalah pemalsu hadis, pendusta. Ibnul Jauzi, As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut hadis ini dengan hadis maudlu’)<br />
Hadis: “Keutamaan Rajab dibanding bulan yang lain, seperti keutamaan Al Qur’an dibanding dzikir yang lain.” (Ibn Hajar mengatakan: Perawi hadis ini ada yang bernama As Saqathi, dia adalah penyakit dan orang yang terkenal sebagai pemalsu hadis).<br />
Hadis: “Rajab adalah bulan Allah Al Asham. Siapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, atas dasar iman dan ihtisab (mengharap pahala) maka dia berhak mendapat ridla Allah yang besar.” (Hadis palsu, sebagaimana penjelasan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah)<br />
Hadis: “Barangsiapa yang berpuasa tiga hari bulan Rajab, Allah catat baginyu puasa sebulan penuh. Siapa yang puasa tujuh hari maka Allah menutup tujuh pintu neraka.” (Hadis maudlu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/206)<br />
Hadis: “Siapa yang shalat maghrib di malam pertama bulan Rajab, setelah itu dia shalat dua puluh rakaat, setiap rakaat dia membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sekali, dan dia melakukan salam sebanyak sepuluh kali. Tahukah kalian apa pahalanya? ….lanjutan hadis: Allah akan menjaga dirinnya, keluarganya, hartanya, dan anaknya. Dia dilindungi dari siksa kubur, …“(Hadis maudlu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/123)<br />
Hadis: “Siapa yang puasa di bulan Rajab dan shalat empat rakaat…maka dia tidak akan mati sampai dia melihat tempatnya di surga atau dia diperlihatkan.” (Hadis maudlu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/124, Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 47)<br />
Hadis Shalat Raghaib: “Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadlan bulan umatku… namun janganlah kalian lupa dengan malam jum’at pertama bulan Rajab, karena malam itu adalah malam yang disebut oleh para malaikat dengan Ar Raghaib. Dimana apabila telah berlalu sepertiga malam, tidak ada satupun malaikat yang berada di semua lapisan langit dan bumi, kecuali mereka berkumpul di ka’bah dan sekitarnya. Kemudian Allah melihat kepada mereka, dan berfirman: Wahai malaikatKu, mintalah apa saja yang kalian inginkan. Maka mereka mengatakan: Wahai Tuhan kami, keinginan kami adalah agar engkau mengampuni orang yang suka puasa Rajab. Allah berfirman: Hal itu sudah Aku lakukan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa hari kamis pertama di bulan Rajab, kemudian shalat antara maghrib sampai isya’ – yaitu pada malam jum’at – dua belas rakaat…'” (Hadis palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/124 – 126, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, hal. 22 – 24, dan As Syaukani dalam Al fawaid Al Majmu’ah, hal. 47 – 50)<br />
Hadis: “Barangsiapa yang shalat pada malam pertengahan bulan Rajab, sebanyak 14 rakaat, setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 20 kali…..” (Hadis palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/126, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, hal. 25, As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 50)<br />
Hadis: “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, siapa yang berpuasa sehari, Allah akan mencatat baginya puasa seribu tahun…”(Hadis palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/206 – 207, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, hal. 26, As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 101, As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Mashnu’ah, 2/115)<br />
Bulan Rajab Dalam Pandangan Masyarakat Jahiliyah<br />
<br />
Masyarakat jahiliyah sangat menghormati bulan Rajab. Ini terlihat dari banyaknya acara peribadatan pada bulan ini. Diantara ritual ibadah mereka di bulan rajab adalah menyembelih binatang, yang disebut ‘Athirah atau Rajabiyah. Mereka persembahkan sembelihannya untuk sesembahan mereka. Mereka juga berpuasa di bulan Rajab, kemudian diakhiri dengan menyembelih ‘Athirah. Masyarakat jahiliyah juga melarang keras adanya peperangan yang terjadi bebepatan di bulan Rajab.<br />
Disamping itu, mereka memberikan banyak nama untuk bulan Rajab. Ada yang menyebutkan, bulan ini memililki 14 nama. Diantaranya: Syahrullah, Rajab, Rajab Mudhar, Munshilul Asinnah, Al Asham, dll. Bahkan ada yang menyebutkan, bulan ini memiliki 17 nama. Sedangkan masyarakat memiliki kaidah, bahwa sesuatu yang memiliki banyak nama itu menunjukkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang mulia.<br />
<br />
Dulu masyarakat jahiliyah memilih bulan Rajab untuk mendo’akan orang yang mendhalimi mereka, dan biasanya do’a itu dikabulkan. Hal ini pernah disampaikan kepada Umar bin Khattab, kemudian beliau mengatakan: Sesungguhnya Allah memperlakukan hal itu kepada untuk menjauhkan hubungan antara satu suku dengan suku yang lain. Dan Allah jadikan kiamat sebagai hari pertanggung jawaban.<br />
<br />
Disebutkan dalam sebuah riwayat, dari Kharshah bin Al Har, bahwa beliau melihat Umar bin Khatab memukuli telapak tangan beberapa orang, sampai mereka letakkan tangannya di wadah, kemudian beliau menyuruh mereka: Makanlah (jangan puasa). Karena dulu, bulan ini diagungkan oleh masyarakat jahiliyah. (HR. Ibn Abi Syaibah dan sanadnya dishahihkan Al Albani)<br />
<br />
Amalan Sunnah di Bulan Rajab<br />
<br />
Tidak terdapat amalan khusus terkait bulan Rajab. Baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadis yang menyebutkan amalan bulan rajab adalah hadis bathil dan tertolak.<br />
<br />
Ibn Hajar mengatakan: Tidak terdapat riwayat yang shahih, bisa untuk dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik bentuknya puasa sebulan penuh atau puasa di tanggal tertentu bulan rajab atau shalat tahajjud di malam tertentu. Keterangan saya ini telah didahului oleh ketengan Imam Abu Ismail Al Harawi. (Tabyinul Ujub bimaa warada fii Fadli Rajab, hal. 6)<br />
<br />
Imam Ibn Rajab mengatakan: “Tidak terdapat dalil yang shahih, yang menyebutkan adanya anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di malam jum’at pertama bulan rajab adalah hadis dusta, bathil, dan tidak shahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 213)<br />
<br />
Terkait masalah puasa di bulan Rajab, Imam Ibn Rajab juga menegaskan, tidak ada satupun hadis shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan: “Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.” Namun riwayat bukan hadis. Imam Al Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah: “Abu Qilabah termasuk Tabi’in senior, beliau tidak menyampaikan riwayat itu selain hanya kabar tanpa sanad.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 213)<br />
<br />
Pertama, Puasa Sunnah bulan haram<br />
Akan tetapi, jika seseorang melaksanakan puasa di bulan Rajab dengan niat puasa sunnah di bulan-bulan haram maka ini dibolehkan, bahkan dianjurkan. Mengingat sebuah hadits yanng diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, Al Baihaqi dan yang lainnya, bahwa suatu ketika datang seseorang dari suku Al Bahili menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia meminta diajari berpuasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan: “Puasalah sehari tiap bulan.” Orang ini mengatakan: “Saya masih kuat, tambahkanlah!” “Dua hari setiap bulan”. Orang ini mengatakan: “Saya masih kuat, tambahkanlah!” “Tiga hari setiap bulan.” orang ini tetap meminta untuk ditambahi. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah di bulan haram dan berbukalah (setelah selesai bulan haram).” (Hadis ini dishahihkan sebagaian ulama dan didhaifkan ulama lainnya). Namun diriwayatkan bahwa beberapa ulama salaf berpuasa di semua bulan haram. Dinataranya: Ibn Umar, Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Subai’i.<br />
<br />
Kedua, Mengkhususkan Umrah di bulan Rajab<br />
Diriwayatkan bahwa Ibn Umar pernah mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan umrah di bulan Rajab. Kemudian ucapan beliau ini diingkari A’isyah dan beliau diam saja. (HR. Al Bukhari & Muslim)<br />
Umar bin Khatab dan beberapa sahabat lainnya menganjurkan umrah bulan Rajab. A’isyah dan Ibnu Umar juga melaksanakan umarah bulan Rajab.<br />
<br />
Ibnu Sirin menyatakan, bahwa para sahabat melakukan hal itu. Karena rangkaian haji dan umrah yang paling bagus adalah melaksanakan haji dalam satu perjalanan sendiri dan melaksanakan umrah dalam satu perjalanan yang lain, selain di bulan haji. (Al Bida’ Al Hauliyah, hal 119).<br />
<br />
Dari penjelasan Ibn Rajab menunjukkan bahwa melakukan umrah di bulan Rajab hukumnya dianjurkan. Beliau berdalil dengan anjuran Umar bin Khatab untuk melakukan umrah di bulan Rajab. Dan dipraktekkan oleh A’isyah dan Ibnu Umar.<br />
Diriwayatkan Al Baihaqi, dari Sa’id bin Al Musayib, bahwa A’isyah radliallahu ‘anha melakukan umrah di akhir bulan Dzulhijjah, berangkat dari Juhfah, beliau berumrah bulan Rajab berangkat dari Madinah, dan beliau memulai Madinah, namun beliau mulai mengikrarkan ihramnya dari Dzul Hulaifah. (HR. Al Baihaqi dengan sanad hasan)<br />
<br />
Namun ada sebagian ulama yang menganggap umrah di bulan Rajab tidak dianjurkan. Karena tidak ada dalil khusus terkait umrah bulan Rajab. Ibnu Atthar mengatakan: Diantara berita yang sampai kepadaku dari penduduk Mekah, banyaknya kunjungan di bulan Rajab. Kejadian ini termasuk masalah yang belum kami ketahui dalilnya. Bahkan terdapat hadis yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umrah di bulan Ramadhan nilainya seperti haji.” (HR. Al Bukhari)<br />
<br />
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh mengatakan, bahwa para ulama mengingkari sikap mengkhususkan bulan Rajab untuk memperbanyak melaksanakan umrah. (Majmu’ Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 6/131)<br />
<br />
Kesimpulan:<br />
Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini, mengkhususkan umrah di bulan Rajab adalah perbuatan yang tidak ada landasannya dalam syariat. Karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan anjuran mengkhususkan bulan Rajab untuk pelaksanaan umrah. Disamping itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah melakukan umrah di bulan Rajab, sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya.<br />
<br />
Andaikan ada keutamaan mengkhususkan umrah di bulan Rajab, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi tahukan kepada umatnya. Sebagaimana beliau memberi tahu umatkan akan keutamaan umrah di bulan Ramadlan. Sedangkan riwayat dari Umar bahwa beliau menganjurkan umrah di bulan Rajab, yang benar sanadnya dipermasalahkan.<br />
<br />
Ketiga, Menyembelih hewan (Atirah)<br />
Atirah adalah hewan yang disembelih di bulan Rajab untuk tujuan beribadah.<br />
Ulama berselisih pendapat tentang hukum atirah.<br />
<br />
Pendapat pertama, athirah dianjurkan. Dalilnya adalah hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ‘Athirah, kemudian beliau menjawab: “Athirah itu hak.” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan As Suyuthi dalam Jami’us Shaghir)<br />
<br />
Pendapat kedua, atirah tidak disyariatkan, namun tidak makruh. Dalilnya, hadis dari Abu Razin, Laqirh bin Amir Al Uqaili, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Kami menyembelih hewan di bulan Rajab di zaman Jahilliyah. Kami memakannya dan memberi makan tamu yang datang. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak masalah.” (HR. An Nasa’i, Ad Darimi, dan Ibn Hibban)<br />
<br />
Pendapat ketiga, atirah hukumnya makruh. Berdasarkan hadis, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada Fara’a dan tidak ada Atirah.” (HR. Al Bukhari & Muslim)<br />
Fara’a adalah anak pertama binatang, yang disembelih untuk berhala.<br />
<br />
Pendapat keempat, atirah hukumnya haram. Ini adalah pendapat yang dipilih Ibnul Qoyim dan Ibnul Mundzir. Ibnul Qoyim mengatakan: “Dulu masyarakat arab melakukan atirah di masa jahiliyah, kemudian mereka tetap melakukannya, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendukungnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya, melalui sabdanya: “Tidak ada fara’a dan tidak ada atirah.” akhirnya para sahabat meninggalkannya, karena adanya larangan beliau. Dan telah dipahami bersama, bahwa larangan itu hanya akan muncul, jika sebelumnya ada yang melakukannya. Sementara tidak kita jumpai adanya satupun ulama yang mengatakan: Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang atirah kemudian beliau membolehkannya kembali…” (Tahdzib Sunan Abu Daud, 4/92 – 93). InsyaaAllah, pendapat inilah yang lebih mendekati kebenaran.<br />
<br />
Bid’ah-Bid’ah di Bulan Rajab<br />
<br />
Bid’ah yang umumnya terjadi di bulan Rajab adalah mengkhususkan bulan ini untuk melakukan amal ibadah tertentu, seperti puasa shalat malam, shalat Raghaib, dan semacamnya. Mereka yang melakukan hal ini biasanya berdalil dengan hadis dhaif dan hadis palsu. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan: Mengkhususkan bulan Rajab…. untuk berpuasa dan i’tikaf, tidak terdapat riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula dari para sahabatnya, dan tidak pula dari para ulama kaum muslimin masa silam. Sebaliknya, disebutkan dalam hadis yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpusa Sya’ban. Dan beliau tidak berpuasa dalam satu tahun yang lebih banyak dari pada puasa beliau di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Muslim).” (Majmu’ Fatawa, 25/ 290 – 291)<br />
<br />
Syaikhul Islam juga mengatakan: Sesungguhnya mengagungkan bulan Rajab (dengan memperbanyak amal) termasuk perbuatan bid’ah yang selayaknya dihindari. Demikian pula menjadikan bulan Rajab sebagai momen khusus untuk melaksanakan puasa, termasuk perbuatan makruh (dibenci), menurut Imam Ahmad dan beberapa ulama lainnya. (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, 2/624 – 625)<br />
<br />
Secara khusus ada beberapa amalan bid’ah yang sering dilakukan di bulan Rajab, diantaranya adalah:<br />
<br />
Pertama, Shalat Raghaib<br />
Bid’ah ini berdasarkan satu hadis palsu yang panjang, menceritakan tentang tata cara shalat Raghaib, do’a-do’anya, dan janji pahala yang akan diperoleh bagi setiap orang yang melaksanakannya dengan sempurna. Para ulama telah sepakat bahwa hadis tentang shalat Raghaib adalah hadis palsu. As Syaukani mengatakan: “Para ulama pakar hadis telah sepakat bahwa hadis tentang shalat Raghaib adalah hadis palsu.” (Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 47 – 48). keterangan yang sama juga disampaikan oleh Al Fairuz Abadzi As Syafi’i.<br />
<br />
Imam Ibnul Jauzi mengatakan: “Orang yang membuat hadis ini menetapkan aturan bahwa orang yang hendak melaksanakan shalat Raghaib harus berpuasa terlebih dahulu di siang harinya. Kemudian dia tidak boleh berbuka sampai melaksanakan shalat maghrib dan shalat sunah Raghaib. Dalam shalat ini, dia harus membaca tasbih panjang sekali dan bacaan sujud yang sangat panjang. Sehingga orang yang melaksanakan amalan ini akan merasakan keletihan yang luar biasa. Sungguh saya merasa cemburu dengan Ramadlan dan shalat tarawih. Bagaimana seseorang lebih memilih shalat ini dibandingkan puasa Ramadlan dan tarawih. Namun sebaliknya, masyarakat lebih memilih dan lebih memperhatikan shalat ini, sehingga orang yang tidak pernah shalat jamaah-pun ikut menghadirinya.” (Al Maudhu’at, 2/125 – 126)<br />
<br />
Kedua, Peringatan Isra’ dan Mi’raj<br />
Tanggal 27 Rajab menjadi satu agenda penting bagi kaum muslimin. Mereka meyakini bahwa pada tanggal itu terjadi peristiwa isra dan mi’raj. Padahal para ulama berselisih pendapat tentang tanggal terjadinya isra – mi’raj. Disebutkan oleh Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarokfuri, ada sekitar 6 pendapat ulama, terkait dengan tanggal kejadian isra – mi’raj. Salah satunya adalah tanggal 27 Rajab tahun ke-10 setelah beliau diutus sebagai nabi. Namun pendapat ini tertolak, karena para ahli sejarah menegaskan bahwa Khadijah meninggal di bulan Ramadlan tahun kesepuluh setelah kenabian. Sampai Khadijah meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu.<br />
<br />
Para ulama sepakat bahwa peringatan isra – mi’raj adalah acara bid’ah. Ibnul Qoyim menukil keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, yang mengatakan: “Tidak diketahui dari seorang-pun kaum muslimin, yang menjadikan malam isra – mi’raj lebih utama dibandingkan malam yang lainnya. Lebih-lebih menganggap bahwa malam isra lebih mullia dibandingkan lailatul qadar. Tidak seorang-pun sahabat, maupun tabi’in yang mengkhususkan malam isra dengan kegiatan tertentu, dan mereka juga tidak memperingati malam ini. Karena itu, tidak diketahui secara pasti, kapan tanggal kejadian isra – mi’rah.” (Zadul Ma’ad, 1/58 – 59)<br />
<br />
Ibnu Nuhas mengatakan: “Memperingati malam isra – mi’raj adalah bid’ah yang besar dalam urusan agama. Termasuk perkara baru yang dibuat-buat teman-teman setan.” (Tanbihul Ghafilin, hal. 379 – 380. Dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 138)</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-7383025364656933242015-04-19T13:28:00.001-07:002015-04-21T13:45:04.550-07:00Sejarah dan Tujuan Orientalis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pengertian orientalisme berasal dari kata Orient yang membawa maksud Timur, Ketimuran dan bisa dikatakan bumi belahan timur. Kata isme dapat diartikan dengan sistem kepercayaan, pahaman dan searti dengannya. Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan pengertian orientalisme ini adalah bagaimana Barat mengkaji, meneliti, melihat tentang ketimuran. Di dalam dunia ketimuran berbagai perkara yang ada namun bisa dikatakan bahwa orientalisme ini mengkaji Timur dari berbagai sudut. Orang barat yang mengkaji ketimuran ini dikenal sebagai orientalisme dan lawan dari orientalisme ini adalah occidentalisme. Occidentalisme pula mengkaji dan melihat tentang kebaratan (barat).<br />
<br />
Sejarah Orientalis tidak diketahui secara pasti kapan mulai munculnya orientalis, tetapi bisa diperkirakan bahwa orientalis muncul pada saat umat muslim mencapai puncak kegemilangan prestasi peradabannya khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Banyak orang-orang barat yang belajar pada ulama dan cendekiawan muslim pada saat itu terutama di wilayah Kepulauan Laut Putih (Andalusia) dan Sicilia daerah Eropa yang menjadi wilayah kekuasaan umat muslim. Dan banyak diantara mereka adalah pendeta-pendeta agama Nashrani dan Yahudi. Mereka adalah:<br />
1. Pendeta Gerbert, dia terpilih sebagai pemimpin gereja roma pada tahun 999 M. selepas belajar di berbagai perguruan tinggi di Andalusia (Spanyol)<br />
2. Pendeta Petrus (1092-1156)<br />
3. Pendeta Gerrardi Krimon (1114-1187 M.)<br />
<br />
Setelah kembali kenegaranya, meraka mengajarkan kepada masyarakat Eropa dan menyebarkan kebudayaan Arab serta menterjemahkan buku-buku karya ulama-ulama muslim.<br />
Mereka merasa bahwa Islam adalah pembelot dari agama mereka dan juga suatu ancaman bagi agama masehi sendiri. Maka dari itu mereka berusaha untuk mempelajari islam guna untuk menghancurkan dan melemahkannya. Mereka berusaha dengan gigih untuk mengetahui tentang seluk-beluk islam lebih mendalam dengan tujuan untuk menghancurkan islam dari dalam. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa sejarah orientalisme pada fase awal adalah sejarah tentang pergulatan dan pertarungan agama dan ideologi antara bangsa barat yang diwakili oleh agama Nashrani dan Yahudi dengan bangsa timur yang diwakili oleh para penganut agama Islam. Menurut R.W. Southern “Islam merupakan problema masa depan dunia Barat Nasrani secara keseluruhan di Eropa”.<br />
<br />
Disamping hal diatas pecahnya Perang Salib (The Crusades) antara umat Islam dan umat Nashrani secara khusus menjadi sebab pemicu bagi orang-orang Eropa untuk melakukan kajian terhadap dunia Islam. Perang salib adalah suatu tragedi dhsyat yang tak pernah dilupakan oleh siapapun. Perang antara dua kekuatan besar yakni islam dan kristen dengan delapan gelombang penyerbuan terhadap umat islam selama hampir dua abad (1096-1270 M), dan berahir dengan kekalahan dan kehancuran kekuatan Dunia Barat (Kristen) sehinnga menyebabkan kemarahan besar dan dendam yang membara bagi bangsa-bangsa barat untuk menghancurkan Islam.<br />
<br />
Gerakan orientalis tumbuh secara pesat pasca Perang Salib. Orientalis adalah satu bentuk invasi intelektual yang bermuara dari sebab-sebab keagamaan. Dunia barat yang terdiri dari ahlul kitab (Nasrani dan Yahudi), setelah reformasi keagamaan membutuhkan pandangan ulang terhadap ajaran dan kitab-kitab keagamaan mereka. Untuk itu mereka mulai mengadakan studi tentang bahasa Arab dan Islam. Mereka memanfaatkan apa saja dari karya-karya muslim. Dari kajian tentang islam,<br />
<br />
Orientalisme kemudian berkembang menjadi kajian-kajian tentang kondisi ekonomi, politik dan lain-lain, dengan tetap pada prinsip utama dan sebagai prolog kristenisasi dengan tujuan-tujuannya.<br />
Kegiatan penyelidikan tantang dunia timur oleh para orientalis telah berlangsung selama berabad-abad secara sporadis. Tetapi baru menunjukkan intensitasnya yang luar biasa sejak abad XIX M. Penyelidikan bermula secara terpisah mengenai masing-masing agama itu. Max Muller (1823-1900 M.) pada akhirnya menjelang abad XIX M. Menyalin seluruh kitab yang dipandang suci oleh masing-masing agama timur kedalam bahasa Inggris, terdiri dari 51 jilid tebal, berjudul The Sacred Books Of The East (Kitab-Kitab Suci Dari Dunia Timur) yang biasanya disingkat dengan SBE. Berkat cara Max Muller membahas masing-masing agama itu mengikuti bunyi dan isi masing-masing kitab suci hingga mendekati objektivitas, dan hal itu sangat berbeda dengan cara para orientalis pada masa sebelumnya maupun pada masanya sendiri. Karena itu ia dipandang sebagai pembangun sebuah disiplin ilmu yang baru, yang dikenal dengan comparative religions (perbandingan agama-agama).<br />
<br />
Pada tahun 1873 digelar muktamar orientalis pertama di Paris. Muktamar serupa terus diselenggarakan sebagai wadah pertemuan para oreintalis dan wadah pengkajiania tiur atau isu-isu terhangat mengenai dunia timurbaik dari sisi perkembangan keagamaan maupun peradaban dunia timur.<br />
<br />
Sebagian kalangan Muslim, akhir-akhir ini ada yang berpendapat, bahwa kaum Muslim tidak perlu bersikap apriori terhadap hal-hal yang asing. Islam tidak perlu takut diinfiltrasi oleh pemikiran Barat modern, Kristen, atau Yahudi. Sebab, menurut mereka, sejak awal mula kelahirannya, Islam memang sudah diinfiltrasi oleh Kristen-Yahudi. Buktinya, dalam al-Quran ada cerita tentang Maryam, Bani Israel, dan sebagainya. Jadi, wajar saja, jika Islam kemudian juga terus menyerap unsur-unsur asing dalam dirinya, seperti penerapan hermeneutika untuk tafsir al-Quran.<br />
<br />
Untuk memahami duduk masalahnya, ada baiknya kita tinjau, latar belakang sejarah perkembangan 'teori pengaruh' ini di kalangan orientalis dan misionaris Kristen. Menurut orientalis terkenal dalam studi al-Quran, Andrew Rippin, adalah Abraham Geiger (seorang rabbi Yahudi di Jerman), orang pertama yang menggunakan pendekatan ilmiah terhadap Islam. Yang dimaksud dengan ilmiah adalah 'Teori Pengaruh Asing' kepada Islam.<br />
<br />
Geiger menulis sebuah buku "What did Muhammad Borrow from Judaism?" Theodor Noldeke, seorang Pendeta di Jerman dan juga dedengkot orientalis dalam studi historisitas al-Quran, memuji usaha Geiger.<br />
<br />
Murid Noldeke, bernama Friedrich Schwally, mengkritik pendapat gurunya. Menurut Schwally, yang lebih berpengaruh terhadap Islam adalah Kristen, dan bukan Yahudi. CC Torrey, seorang profesor di Universitas Yale, Amerika Serikat, mempertahankan pendapat Geiger. Torrey membahas secara panjang lebar mengenai pengaruh Yahudi dalam Islam dalam karyanya "The Jewish Foundation of Islam". Menyibukkan diri untuk menjawab pertanyaan, mana yang lebih banyak pengaruhnya kepada Islam, Yahudi atau Kristen, Prof MacDonald mengkritik karya Torrey dan mengajukan pertanyaan, "Is Islam a Jewish or a Christian heresy?" Apakah Islam itu penyimpangan dari Yahudi, atau dari Kristen?<br />
<br />
Namun, kemudian, 'Teori Pengaruh' ini dikembangkan lebih jauh lagi. Bahwa, kata para orientalis dan misionaris, Islam bukan hanya dipengaruhi oleh Yahudi dan Kristen, tetapi juga oleh unsur-unsur budaya. Seorang misionaris Inggris untuk Isfahan, W. St. Clair-Tisdall menegaskan bahwa Islam itu bukan bersumber dari 'langit', tapi bersumber dari ragam agama dan budaya. Menurut Tisdall, konsep Islam tentang Tuhan, haji, cium hajar aswad, menghormati kabah, semuanya diambil dari budaya jahiliah. Shalat lima waktu dari tradisi Sabian. Kisah Nabi Ibrahim, Sulaiman, Ratu Balqis, Harut Marut, Habil Qabil dari Yahudi. Ashabul Kahfi dan Maryam dari Kristen. Tidak ketinggalan dari Hindu dan Zoroastria, yaitu Isra Mi'raj dan jembatan (shirath) di hari kiamat.<br />
<br />
Para orientalis dan misionaris itu terus memproduksi untuk menyebarkan 'Teori Pengaruh' tersebut, bahkan kemudian, ada sebagian kalangan Muslim yang 'memungut' teori tersebut dan disebarluaskan kepada kaum Muslim. Sayangnya, kadangkala, ia tidak menyebutkan sumbernya. S Fraenkel menulis buku De Vocabulis in Antiquis Arabum Carminibus et in Corano Peregrinis (Mengenai kosa kata asing di dalam puisi Arab kuno dan di dalam al-Quran). Fraenkel juga menulis Die Aramaischen Fremworter im Arabischen (pengaruh Aramaik kepada bahasa Arab). Hartwig Hirschfeld menegaskan bahwa kosa kata asing (Fremdworter) di dalam al-Quran menunjukkan Islam itu tidak orisinal.<br />
<br />
Hirshfeld mengatakan: ''Salah satu persoalan utama yang kita hadapi kemudian adalah ... bagaimana memastikan sebuah ide atau ekspresi itu muncul dari kekayaan spiritual Muhammad atau dipinjam dari sumber lain, bagaimana dia mempelajari hal itu, dan seberapa jauh hal itu diubah untuk disesuaikan dengan tujuan kenabiannya.'' Arthur Jeffery mengamini pendapat yang umum di kalangan para orientalis itu. Memang, al-Quran terpengaruh berbagai bahasa asing seperti Ethiopia, Aramaik, Ibrani, Syriak, Yunani Kuno, Persia, dan bahasa lainnya. Jeffery menyebutkan adanya 275 kosa kata asing di dalam al-Quran (Foreign Vocabulary of the Quran). Melanjutkan "Teori Pengaruh", Christoph Luxenberg (nama samaran), menyatakan bahwa bahasa al-Quran sebenarnya berasal dari bahasa Syriac (Syro-Aramaik).<br />
<br />
Dengan bahasa puitis Arnold mengatakan: "Islam lahir di gurun pasir, ibunya Sabean Arab, ayahnya Yahudi, dan perawat yang mengasuhnya adalah Kristen Timur."<br />
<br />
Senada dan seirama dengan Arnold, Samuel Zwemer (pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1922 sebagai seorang misionaris level internasional, pendiri dan penggagas jurnal misionaris The Moslem World serta perancang terkemuka berbagai konferensi misionaris internasional) menyimpulkan bahwa Islam bukanlah sebuah kreativitas, namun sebuah cangkokan (concoction); tidak ada yang mulia mengenainya kecuali Muhammad yang genius mencampurkan unsur-unsur lama di dalam obat mujarab baru untuk penyakit manusia dan memaksanya dengan menggunakan pedang.<br />
<br />
Ia menulis buku "Islam: A Challenge to Faith" (terbit pertama tahun 1907). 'Teori Pengaruh' terus diperluas ke bidang-bidang yang ada di dalam studi Islam seperti filsafat, usul fikih, kalam, sufi, syariah, tafsir, dan sebagainya. Semua itu, kata mereka, juga terpengaruh dengan Yahudi-Kristen. John Wansbrough, misalnya, berpendapat historisitas tafsir serupa dengan dengan apa yang terjadi di agama Yahudi. Ia selanjutnya menggunakan istilah haggadic, halakhic, dan masoretic exegesis. Filsafat al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ikhwanus Safa, diambil dari tradisi Neo-Platonik dan Aristote.<br />
<br />
Bahkan sekalipun al-Kindi dan al-Ghazali mengkritik teori penciptaan alam, maka kritik al-Kindi dan al-Ghazali itu pun, kata mereka, diambil dari Philoponus. Teori usul fikih diambil dari logika Aristoteles. Kalam Asy'ari apalagi Mu'tazilah berasal dari filsafat Yunani. Sufi berasal dari Neo-Platonik. Nihil novum sub sole! (Nothing is new under the sun). Mereka juga mengklaim, bahwa infiltrasi terhadap Islam, dari versi Yahudi dan Kristen, sudah ada sejak Islam muncul. Makanya, Muhammad itu bukan ummi. Ia membuat ajaran Islam dari apa yang ia baca dan dengar. Untuk menyebarluaskan pola pikir semacam itu, maka para orientalis dan misionaris itu juga membuat jurnal, ensiklopedia, bahkan universitas-universitas.<br />
<br />
Khususnya studi tentang Islam dalam versi dan cara pandang mereka. Berdirilah, misalnya, Fakultas School of Oriental Studies, di American University, Kairo, pada tahun 1921. Fakultas ini dirancang dan digagas di United Kingdom pada 1910 oleh Zwemer dan kawan-kawan. Kairo dipilih karena pusat literatur dan peradaban Arab ada di situ. Datanglah Snouck Hurgronje ke Makkah dan bergaul dengan para syekh di sana. Terbitlah berbagai jurnal level internasional yang sibuk mengkaji Islam. Berdirilah berbagai pusat studi Islam di Eropa dan Amerika. Dikirimlah calon para pemikir Muslim dengan berbagai santunan, beasiswa untuk belajar tentang Islam. Kita tidak perlu apriori terhadap semua yang datang dari luar Islam.<br />
<br />
Al-Quran telah memberikan contoh, bagaimana menyebutkan hal-hal yang sama dengan yang ada dalam tradisi Kristen, Yahudi, bahkan jaihiliyah Arab, tetapi al-Quran memberikan konsep baru dan sekaligus mengkritik keras berbagai konsep Yahudi-Kristen. Jika Yahudi-Kristen menggambarkan dalam Bibel mereka, bahwa Daud dan Luth adalah pezina kelas berat, maka al-Quran menyebutkan, bahwa mereka adalah nabi-nabi Allah yang saleh. Para ulama kita sudah maklum akan hal ini. Bahkan, para ulama Islam, pun selama berabad-abad telah melakukan usaha-usaha kritis dalam mengkaji dan mengadopsi unsur-unsur asing, tanpa membongkar hal-hal yang asasi dalam Islam.<br />
<br />
Tetapi, pola kajian orientalis-misionaris biasanya mencoba mengaburkan banyak hal. Pendekatan historis-kritis yang sudah sangat mapan dalam tradisi kajian Bibel dikacaukan dengan konsep asbab an-nuzul dalam kajian al-Quran. Dalam kajian sejarah, konsep 'teokrasi' Kristen dikacaukan dengan konsep 'khilafah' Islam. Bahkan, kajian 'Textual Criticism' terhadap Bibel juga kemudian diaplikasikan terhadap al-Quran. Ujung-ujungnya, adalah membongkar konsep al-Quran sebagai kalam Allah. Seolah-olah, semua itu, menggambarkan apa yang disabdakan Rasululah SAW, jika 'Yahudi-Nasrani' masuk ke lobang biawak, maka Muslim pun ikut juga. Jika mereka merusak agama mereka sendiri, ada saja kalangan Muslim yang ikut-ikutan. Berderet karya-karya sarjana Bibel yang mengkaji secara kritis tentang otentisitas teks-teks Bibel.<br />
<br />
Banyak karya bisa dirujuk, seperti karya Prof Bruce M Metzger, The Text of the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration. Juga karyanya, A Textual Commentary on the Greek New Testament, dan juga The Canon of the New Testament: Its Origin, Development and Significance. Begitu juga karya Robert R Wilson Sociological Approaches to the Old Testament, dan Edgard Krentz The Historical-Critical Method. Pendekatan-pendekatan tersebut telah digunakan oleh Theodor Noldeke, F Schwally, Gotthelf Bergstrasser, Otto Pretzl, Edward Sell, Arthur Jeffery, John Wansbrough, dan lain-lain. Sell, misalnya, mengelaborasi gagasannya tentang studi kritis historisitas al-Quran di dalam karyanya Historical Development of the Quran yang diterbitkan pada tahun 1909 di Madras, India.<br />
<br />
Sell menyeruh kalangan misionaris keristen ketika mengkaji Islam,supaya fokus kepada historitas al-Quran. Menurut Sell, kajian kritis-historis al-Quran bisa dilakukan dengan menggunakan metodologi analisa bibel (Biblical criticism). Merealisasikan idenya, Sell sendiri sudah menggunakan metodologi higher criticism. Sebelum Sell, Noldeke, ikut lomba penulisan esay tentang kritis-historis al-Quran, yang diadakan di Paris dan ia menang. Saat itu, ia masih berumur 20 tahun. Karyanya Geschichte des Qorans (Sejarah al-Quran) dipublikasikan tahun 1860. Karya ini selanjutnya dilengkapi oleh F Schwally, Bergstrasser, dan Pretzl. Mereka menyelesaikan buku kritis-historis al-Quran selama kurang lebih 68 tahun.<br />
<br />
Jeffery ikut juga mengaplikasikan pendekatan-pendekatan tersebut. Hasilnya, Jeffery ingin menggagas al-Quran edisi kritis (a critical edition of the Koran).<br />
<br />
Latar belakang sejarah dan pemikiran ini perlu dipahami, agar dipahami, bahwa usaha untuk 'meruntuhkan' bangunan Islam tidaklah pernah berhenti. Dari bentuk yang sangat kasar, seperti yang dilakukan Salman Rushdi, sampai yang sangat halus, melalui infiltrasi pemikiran berbaju Islam. Tentu akan berbeda dampaknya, jika propagandis 'Teori-Pengaruh' itu adalah Geiger yang Yahudi dengan 'Abdul' 'yang nongkrong di organisasi Islam. Meskipun sumbernya dia-dia juga.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-50327599539554209802015-04-18T22:10:00.001-07:002015-04-21T13:45:18.734-07:00Tafsir Isyari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div>
PENDAHULUAN</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengkaji tafsir ayat al-Qur’an, rasanya tidak akan pernah lekang oleh zaman sebab setiap orang yang beriman selalu membutuhkan pencerahan-pencerahan al-Qur’an dan rasanya tidaklah salah bahwa al-Qur’an adalah mukjizat abadi dan terbesar dari mukjizat-mukjizat yang lain. Salah satu mukjizat itu adalah kekuatan petunjuk spiritualnya (hudan).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apabila orang menelusuri perkembangan tafsir al-Qur’an dari masa ke masa, niscaya ia akan menemukan salah satu corak diantara beraneka ragamnya tafsir al-Qur’an yang dikenal dengan tafsir Isyari. Tafsir ini dikenal pula dengan tafsir Faidli. Kegiatan penafsiran al-Qur’an tersebut dikenal dikalangan cendikiawan sebagai salah satu kegiatan dalam menguraikan makna ayat-ayat al-Qur’an yang tersirat, yang tidak Nampak dari susunan kata-katanya yang tersurat. Makna itu diperoleh dengan memperhatikan isyarat yang tersembunyi, yang hanya tampak bagi orang-orang yang memiliki kemahiran tertentu dan memahami perpautan maknanya yang tersurat dan yang tersirat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
PEMBAHASAN</div>
<div>
<br /></div>
<div>
A. Pengertian Tafsir Isyari</div>
<div>
Kata al-‘isyarah merupakan bentuk sinonim (muradif) dari kata ad-dalil yang berarti tanda, petunjuk, isyarat, sinyal, perintah, panggilan, nasehat, dan saran.[1] Tafsir Isyari menurut istilah adalah mentakwilkan al-Qur’an dengan makna yang bukan makna lahiriyahnya karena adanya isyarat samar yang diketahui oleh para penempuh jalan spiritual dan tasawuf dan mampu memadukan antara makna-makna itu dengan makna lahiriyah yang juga dikehendaki oleh ayat yang bersangkutan.[2]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam diskursus ilmu tasawuf memang dikenal tingkatan syari’ah, tarikah, haqiqah. Syari’ah yang dimaksud adalah aturan-aturan lahir yang ditentukan misalnya seperti hukum halal, haram, sunah, makruh dan sebagainya. Termasuk pula amaliah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sedangkan tarikah jalan lurus yang ditempuh oleh seorang salik untuk mendapatkan keridha’an-Nya dalam rangka mengerjakan syari’at, seperti sikap ikhlas, muqarabah, muhasabah tajarrud, ‘isyq, hub dan sebagainya. Sedangkan haqiqah yaitu kebenaran sejati dan mutlak yang merupakan puncak perjalanan spiritual seseorang.</div>
<div>
Ketiga dataran tersebut harus dilihat dengan paradigma structural sekaligus fungsional, dimana satu dengan lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan. Sebagaimana disebut dalam kitab Bidayah al-Azkiya’, bahwa hubungan ketiga dataran (syari’ah, tarikah, dan haqiqah) digambarkan sebagai berikut:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فشريعة كسفينة و طريقة كالبحر ثم حقيقة در غلي</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Syari’at itu ibarat perahu, sedangkan tarikat bagaikan laut dan hakikat itu inti mutiaranya yang mahal .”</div>
<div>
Dalam syarh kitab tersebut dijelaskan bahwa meskipun seseorang telah mencapai tingkatan hakikat, ia tetap terkena taklif (tugas) syari’at untuk menjalankan ibadah yang diwajibkan oleh al-Qur’an dan hadits.[3]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
B. Sejarah Munculnya Tafsir Isyari</div>
<div>
Perkembangan sufisme yang kian marak di dunia Islam, ditandai oleh praktik-praktik asketisme dan askapisme yang dilakukan oleh generasi awal Islam, hal ini dimulai sejak munculnya konflik politis sepeninggal Nabi Muhammad SAW, praktik seperti ini terus berkembang pada masa berikutnya.</div>
<div>
Seiring berkembangnya aliran sufi, mereka pun menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan paham sufi yang mereka anut. Pada umumnya kaum sufi memahami ayat-ayat al-Qur’an bukan sekedar dari lahir yang tersurat saja, namun mereka memahami secara batin atau secara tersurat.</div>
<div>
Para sufi pada umumnya berpedoman pada hadits Rasulullah SAW:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">لكل أية ظهر و بطن و لكل حرف حد ولكل حد مطلع</span></div>
<div>
</div>
<div>
“Setiap ayat itu mempunyai makna dhahir dan batin, dan setiap huruf itu mempunyai batasan dan setiap batasan ada tempat melihatnya.”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hadits di atas adalah merupakan dalil yang digunakan oleh para sufi untuk menjastifikasi tafsir mereka yang eksentrik, menurut mereka dibalik makna zahir dalam redaksi teks al-Qur’an tersimpan makna batin, mereka menganggap penting makna batin ini, mereka mengklaim bahwa penafsiran seperti itu bukanlah unsure asing (ghaib) melainkan sesuatu yang indera dengan al-Qur’an.[4]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tafsir jenis ini telah dikenal sejak awal turunnya al-Qur’an kepada Rasulullah SAW sehingga dasar yang dipakai dalam penafsiran ini umumnya juga mengacu pada penafsiran al-Qur’an melalui hirarki sumber-sumber Islam tradisional yang disandarkan kepada Nabi, para sahabat dan kalangan tabi’in.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Disamping itu, selain penafsiran yang disandarkan melalui jalan periwayatan secara tradisional, ada sebuah doktrin yang cukup kuat dipegangi kalangan sufi, yaitu bahwa para wali merupakan pewaris kenabian. Mereka mengaku memiliki tugas yang serupa, meski berbeda secara substansial. Jika para rasul mengemban tugas untuk menyampaikan risalah ilahiyah kepada umat manusia dalam bentuk ajaran-ajaran agama, maka para sufi memikul tugas guna menyebarkan risalah akhlaqiyah, ajaran-ajaran moral yang mengacu kepada keluhuran budi pekerti.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Klaim sebagai pengemban risalah akhlaqiyah memberi peluang bagi kemungkinan bahwa para sufi mampu menerima pengetahuan Tuhan berkat kebersihan hati mereka ketika mencapai tahapan makrifat dalam tahap-tahap muraqabah kepada Allah SWT. Walhasil, dalam penafsiran sufi mufassirnya tidak menyajikan penjelasan ayat-ayat al-Qur’an melalui jalan I’tibari dengan menelaah makna harfiyah ayat secara zahir. Tetapi lebih pada menyuarakan signifikansi moral yang tersirat melalui penafsiran secara simbolik atau dikenal dengan penafsiran isyari.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika ilmu-ilmu agama dan sains mengalami kemajuan pesat serta kebudayaan Islam menyebar keseluruh pelosok dunia dan mengalami kebangkitan dalam segala seginya, maka berkembanglah ilmu tasawuf.[5]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
C. Jenis Tafsir bi al-‘Isyari</div>
<div>
Berdasarkan isi dan substansinya tafsir bi al-‘isyari dapat dibedakan menjadi dua macam: tafsir bi al-‘isyari al-maqbul dan tafsir bi al-‘isyari al-mardud. Dikatakan sebagai tafsir bi al-‘isyari al-maqbul atau al-masyru’ bila memiliki lima syarat yaitu:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
1. Tidak menafikan makna lahir dan makna-makna yang terkandung dalam redaksi ayat al-Qur’an.</div>
<div>
2. Mufassirnya tidak mengklaim bahwa satu-satunya penafsiran yang benar tanpa mempertimbangkan makna tersurat.</div>
<div>
3. Tidak menggunakan takwil yang jauh menyimpang dan penakwilnya lemah.</div>
<div>
4. Tidak bertentangan dengan dalil syari’at dan argumentasi aqli.</div>
<div>
5. Serta adanya pendukung dalil-dalil syari’at yang memperkuat penafsirannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebaliknya, dikatakan tafsir al-‘isyari al-mardud bila gaya penafsirannya menyalahi salah satu dari syarat-syarat penerimaan tafsir al-‘isyari di atas.[6]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada beberapa contoh kitab tafsir yang menggunakan penafsiran bi al-‘isyari, antara lain; Garaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan karya an-Naisaburi (w. 728 H/1328 M); ‘Ara’is al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an susunan Muhammad asy-Syairazi; dan Tafsir wa Isyarat al-Qur’an karya Muhyi al-Din Ibnu ‘Arabi (w. 560-638 H/1165-1240 M).[7]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
D. Keistimewaan Tafsir Isyari</div>
<div>
Kehidupan ini sangat ditentukan oleh apa yang tidak tampak, yaitu perasaan, emosi, iman, sesuatu yang sangat tidak tersentuh oleh inderawi, dan sesuatu yang tidak bisa dilacak oleh alat-alat fisik. Yang sangat halus dan lembut dan justru memiliki efek yang sangat dahsyat. Adalah sangat mustahil al-Qur’an tidak menghargai pengetahuan-pengetahuan batin yang diperoleh oleh seseorang yang selama hidupnya beribadah dengan ikhlas kepada Allah SWT. Pengetahuan yang bersifat batin, ilhami, intuitif, contemplatif memiliki tingkatan-tingkatan antara yang satu dengan yang lainnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jika al-Qur’an hanya sekedar himpunan kata-kata yang kering dan tidak mengandung makna-makna batin maka tidak mungkin melahirkan inspirasi-inspirasi spiritual. Sayyid Qutub misalnya sekalipun dikenal sebagai pembela kelompok literalis pernah mengatakan bahwa kebahagiaan spiritual dan ilham sesuatu yang sangat menentukan bagi kehidupan setiap manusia.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tafsri isyari memberikan makna yang dalam atau hakikat dari setiap symbol. Dalam ayat terakhir surat al-Fatihah, misalnya kita ingatkan bahwa kata maghdubi ‘alaihim yang biasanya untuk menunjukkan kelompok Yahudi dan Nasrani ternyata juga bisa memaparkan wajah orang-orang muslim. Ibnu ‘Arabi dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata maghdubi ‘alaihim adalah mereka yang terhijab materi, hijab inderawi (hijab jasmani) dan hijab dzawq hissi sehingga tidak bisa merasakan karunia kalbu, karunia akal. Dan itu mirip dengan orang-orang Yahudi sebab justifikasi mereka tentang hal-hal yang eksoteris. Dengan demikian, jika orang-orang muslim juga terbelenggu oleh materi, jasmani dan sensual (hissi) sehingga sulit mendapatkan karunia-karunia spiritual, mereka juga adalah bukti konkrit dari frase ayat maghdubi ‘alaihim.</div>
<div>
Dengan bantuan tafsir-tafsir esoteric, bisa diakses makna-makna yang lebih mendalam, komprehensif yang sering hilang dalam tulisan-tulisan teologis dan jurispudensi atau sectarian, apalagi politis fundamentalis. Tafsir isyari juga adalah bentuk apresiasi atas amal atau akhlaq sebab makna-makna itu ditemukan oleh orang-orang suci dan ingin membersihkan dirinya. Dengan kata lain, lewat tafsir isyari kita menemukan epistemologi tidak terbatas dari pengalaman keragamanan yang sangat tidak terbatas. Dan untuk menyerap yang tidak terbatas tentu memerlukan tafsiran-tafsiran yang tidak membatasi potensi manusia dalam dimensi tertentu.[8]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
E. Pandangan Ahli Tafsir Tentang Tafsir bi al-‘Isyari </div>
<div>
Tentang penggunaan tafsir isyari terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam diantara para ahli tafsir sebagian membolehkan bahkan menganggapnya sebagai bagian dari tanda-tanda kesempurnaan iman dan kesucian seseorang sedangkan sebagian lainnya memandang bahwa tafsi isyari merupakan aliran tafsir yang salah dan sesat menyesatkan serta menyimpang jauh dari agama Allah swt. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (691-751 H/1921-1350 M) mengatakan bahwa penafsiran al-Qur’an yang dilakukan seorang mufassir pada hakikatnya bersandar pada tiga hal:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
1. Tafsir yang berorientasi pada lafal yang umum dilakukan ulama khalaf.</div>
<div>
2. Tafsir yang mengacu pada makna ayat seperti yang dilakukan oleh ulama salaf.</div>
<div>
3. Tafsir yang cenderung pada makna isyarah (tersirat) seperti yang umum dilakukan oleh kalangan mutasawwifah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tafsir yang disebut terakhir yakni tafsir at-tasawwufi menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah bisa menjadi pegangan selama memenuhi empat syarat tidak bertentangan dengan makna (lahir) ayat makna yang dimaksud ada dan termuat dalam teks ayat yang ditafsirkan ada pemberitahuan isyarah atau indicator dalam lafal a-Qur’an (untuk menggunakan pengertian yang bersifat implicit) serta antara penafsiran dan makna ayat terdapat jalinan hubungan yang mengikat (istimbath al-talazumi).[9]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
F. Contoh Aplikasi </div>
<div>
1. Ketika al-Ghazali menafsirkan potongan ayat surat thaha ayat 12.</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ</span></div>
<div>
Artinya:“ Maka tanggalkanlah kedua sandalmu;"</div>
<div>
Menurut al-Ghazali makna bathin dari ayat ini adalah “Tinggalkan (wahai Musa) kedua alammu, baik dunia maupun akhirat. Yakni, janganlah engkau memikirkan keuntungan duniawi dan janganlah pula mencari pahala ukhrawi, dan carilah wajah Allah semata.[10]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. Ibnu ‘Arabi dalam menafsirkan firman Allah swt.</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة</span></div>
<div>
Artinya: “ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri.”</div>
<div>
Ia mengatakan maksud “bertakwalah kepada Tuhanmu”ialah jadikanlah bagian yang tampak dari dirimu sebagai penjagaan bagi Tuhanmu dan jadikanlah pula apa yang tidak tampak dari kamu, yaitu Tuhanmu sebagai penjagaan bagi dirimu. Ini mengingat persoalan itu hanya (terdiri atas) celaan dan pujian. Karena itu, jadikanlah kamu sebagai penjagaan dalam celaan dan jadikanlah ia sebagai penjagamu dalam pujian, niscaya kamu menjadi orang paling beradab diseluruh alam.[11]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
3. Al-Tasturi menafsirkan firman Allah swt. </div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ</span></div>
<div>
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia.”</div>
<div>
Beliau berkata:” Allah swt mengumpamakan anggota tubuh ini bagaikan daratan dan mengumpamakan hati ini bagai lautan. Lautan itu lebih memberikan mampaat dan lebih membahayakan. Inilah ungkapan ayat secara batin, tidaklah kamu memerhatikan bahwa hati itu dinamakan dengan al-qalb, karena artinya adalah sesuatu yang berbolak-balik dan sesuatu yang terombang-ambing setelah tenggelam.”[12]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
KESIMPULAN</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tafsir isyari adalah salah satu jenis tafsir yang dalam memberikan penjelasan ayat-ayat al-Qur’an kental dengan takwi, aspek-aspek esoteric dan isyarat-isyarat yang terkandung dalam teks ayat-ayat al-Qur’an. Terlepas dari kontroversi yang terjadi dalam mengomentari jenis tafsir ini, yang jelas tafsri isyari adalah merupakan bentuk kontribusi dari ulama dalam memperkaya pembendaharaan litelatur tafsir yang sekaligus juga memperluas pemahaman tentang makna al-Qur’an. Ala kulli hal tafsir isyari telah memberi warna yang khas dalam diskursus tafsir dai masa ke masa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebagaimana aliran tafsir lainnya yang berpaling untuk dikembangkan, tafsir isyari pun berkemungkinan bagi upaya pengembangannya untuk masa kini dan masa mendatang. Tentu saj, perhatikan terhadap rambu-rambu penafsiran supaya termasuk tafsir isyari al-maqbul bukan tafsir isyari al-mardud. Berbeda dengan tafsir bi al-ma’sur dan tafsir bi ar-ra’yi yang kebenaran (termasuk pengembangannya) relative mudah untuk diukur penerapan criteria kebenaran tafsir isyari sangatlah sulit. Ini terjadi karena sumbernya lebih mengandalkan hati atau intuisi yang juga sangat sulit untuk dibedakan dari kemungkinan terkontaminasi dengan hawa nafsu yang keliru. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
BIBLIOGRAFI</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung: Takafur, 2011.</div>
<div>
Yunus Hasan Abidu, Tafsir Al-Qur’an, Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.</div>
<div>
Hamim Ilyas, Studi Kitab Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2004.</div>
<div>
Manna khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, Terjemah Mudzakir AS, Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2007.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
[1] Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Takafur, 2011), Hal: 88.</div>
<div>
[2] Yunus Hasan Abidu, Tafsir Al-Qur’an, Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) Hal: 9.</div>
<div>
[3] Hamim Ilyas, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), Hal.168.</div>
<div>
[4] http://jock.blogspot.com</div>
<div>
[5] Arif-fikri.blogspot.com/2011.</div>
<div>
[6] Ahmad Izzan, Metodologi, (Bandung: Tafakur, 2011), Hal. 89.</div>
<div>
[7] Ahmad Izzan, Metodologi, (Bandung: Tafakur, 2011), Hal. 90.</div>
<div>
[8] http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=203:tafsir-isyari-menguak-aspek-yang-terabaikan&catid=59.</div>
<div>
[9] Ahmad Izzan, Metodologi, (Bandung: Tafakur, 2011), hal: 90.</div>
<div>
[10] http://jock.blogspot.com</div>
<div>
[11] Manna khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, Terjemah Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2007), hal. 494.</div>
<div>
[12] Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hal. 57-58.</div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-74706853428668424342015-04-18T13:04:00.007-07:002015-04-21T13:45:38.721-07:00Kisah 25 Nabi dan Rasul<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
1. Adam AS<br />
Manusia pertama diciptakan<br />
Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT, hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari surga.<br />
<br />
Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83.<br />
<br />
Larangan buah Khuldi<br />
Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah SWT menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi.<br />
<br />
Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi, dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-A'râf: 19-25 dan Thaha: 123.<br />
<br />
Kisah Anak-anak Adam<br />
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah SWT menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya.<br />
<br />
Pembunuhan pertama di Bumi<br />
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil.<br />
<br />
Kisah putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS Al-Mâ'idah: 27-32.<br />
<br />
2. Idris AS<br />
Nabi yang pandai menulis, menjahit, mengetahui ilmu binatang, dan menunggang kuda. Nabi Idris AS diutus kepada anak cucu Qabil yang durhaka kepada Allah SWT. Ia merupakan keturunan ke-6 dari Nabi Adam AS. Ia termasuk salah seorang nabi yang sabar dan taat beribadah.<br />
<br />
Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris AS hidup di Mesir. Ia berdakwah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah SWT. Ia wafat dalam usia 82 tahun. Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan isra mi'raj, Nabi Idris AS dijumpai di langit ke-6 dan memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW.<br />
<br />
Dalam Al Quran terdapat 2 ayat yang menyebutkan tentang Nabi Idris AS, yaitu surat Maryam ayat 56 dan 57.<br />
<br />
3. Nuh AS<br />
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah SWT menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam AS.<br />
<br />
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950 tahun.<br />
<br />
Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.<br />
<br />
Perahu Nabi Nuh<br />
Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh AS berdoa kepada Allah SWT supaya kaumnya itu ditimpa musibah. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh AS dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat perahu. Segeralah Nabi Nuh AS dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit. Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana'an, terus mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh AS dan kaumnya ini. Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.<br />
<br />
Setelah perahu Nabi Nuh AS selesai, Nabi Nuh mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.<br />
<br />
Setelah itu, azab Allah SWT berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh AS, Kana'an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh AS berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat, namun Kana'an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.<br />
<br />
Nabi Nuh AS sangat bersedih dan menyesali sikap putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah SWT. Namun Allah SWT memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri, tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.<br />
<br />
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah SWT pun berhenti. Kapal Nabi Nuh AS tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh AS termuat di Al Qur'an dalam 43 ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.<br />
<br />
4. Hud AS<br />
Nabi Hud AS turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba. Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.<br />
<br />
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh AS, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud AS agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga Allah SWT menurunkan azab dalam 2 tahap.<br />
<br />
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud AS berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah SWT. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman. Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud AS dan kaumnya yang selamat dari azab tsb.<br />
<br />
Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Hud AS terdapat dalam 68 ayat yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.<br />
<br />
5. Saleh AS<br />
Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.<br />
<br />
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS.<br />
<br />
Mukjizat Nabi Saleh AS<br />
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh AS kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh.<br />
<br />
Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu.<br />
<br />
Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, "Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga."<br />
<br />
Kedurhakaan kaum Tsamud<br />
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini.<br />
<br />
Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.<br />
<br />
Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!"<br />
Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu."<br />
<br />
Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?"<br />
Nabi Saleh menjawab, "Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi ampun."<br />
<br />
Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud<br />
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka?<br />
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?<br />
<br />
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina.<br />
<br />
Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.<br />
<br />
6. Ibrahim AS<br />
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.<br />
<br />
Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.<br />
<br />
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.<br />
<br />
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya.<br />
<br />
Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.<br />
<br />
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia<br />
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.<br />
<br />
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.<br />
<br />
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin<br />
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah SWT.<br />
<br />
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa takut pada penguasa.<br />
<br />
Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.<br />
<br />
Ibrahim menikahi Siti Hajar<br />
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.<br />
<br />
Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW.<br />
<br />
Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka'bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka'bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail AS. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127.<br />
<br />
Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi Ibrahim AS mencapai 175 tahun. Kisah Nabi Ibrahim AS terangkum dalam Al Qur'an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An'âm: 74-83.<br />
<br />
7. Ismail AS<br />
Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya<br />
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka'bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya.<br />
<br />
Mukjizat Air Zamzam<br />
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini.<br />
<br />
Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.<br />
<br />
Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.<br />
<br />
Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137 tahun.<br />
<br />
Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.<br />
<br />
8. Luth AS<br />
Nabi Luth AS adalah kemenakan Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS berhijrah dari kota Harran menuju Palestina bersama istri dan para pengikutnya, Luth bin Harun ikut bersama mereka.<br />
<br />
Ibrahim bersama Luth kemudian menuju Mesir di saat musibah kelaparan melanda Palestina. Setelah musibah itu mereda, mereka kembali dari Mesir dengan membawa ternak yang diberikan raja Mesir kepada mereka. Berhubung padang rumput yang ada tidak mencukupi bagi ternak yang banyak itu, maka sering timbul pertikaian antara gembala-gembala Ibrahim dan gembala-gembala Luth.<br />
Untuk mengatasi pertikaian ini, Ibrahim kemudian menawarkan kepada Luth memilih tempat lain untuk menggembalakan ternaknya. Luth memilih Yordania, dimana disana terdapat dua kota, yaitu Sadum dan Gomorrah, dan Luth menetap di kota Sadum.<br />
<br />
Moral penduduk kota Sadum luar biasa rusaknya. Mereka melakukan berbagai kejahatan, seperti merampok, berzina, dan yang paling parah dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun di antara anak-anak Adam, mereka memuaskan nafsu seksual dengan sesama jenis.<br />
<br />
Nabi Luth AS berdakwah untuk memerangi kezaliman itu. Namun ia tidak berhasil, bahkan istrinya termasuk orang yang melakukan penyimpangan kaumnya itu.<br />
<br />
Kebiadaban kaum Luth AS digambarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 28-29.<br />
<br />
Beberapa malaikat menuju Sadum<br />
Nabi Luth AS kemudian berdoa kepada Allah SWT agar kaumnya diberi azab. Menurut Nabi Luth AS, itulah satu-satunya cara untuk membasmi umatnya agar akhlak yang rusak itu tidak menyebar ke umat-umat di wilayah lain, disamping sebagai pelajaran bagi umat di sekelilingnya.<br />
<br />
Doa Luth terkabul. Beberapa malaikat datang ke rumah Ibrahim AS sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda-pemuda. Mereka memberitakan pada Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan penduduk Kota Sadum disebabkan pembangkangan mereka terhadap Nabi Luth AS dan perbuatan-perbuatan keji mereka.<br />
<br />
Ibrahim sangat terkejut mendengar berita ini, karena disana terdapat putera saudaranya, yaitu Luth. Namun para malaikat itu mengatakan, "Kami tahu bahwa di sana terdapat Luth, dan bahwa kebinasaan tidak terjadi kecuali atas orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah. Adapun Luth dan keluarganya serta para pengikutnya, mereka itu pasti akan selamat, kecuali istrinya yang akan ditimpa siksaan seperti orang-orang kafir, dan kedudukannya sebagai istri Luth tidak bisa menyelamatkannya, karena buruk perbuatannya disamping ia mengkhianati suaminya serta terus membangkang dan berada dalam kekafiran".<br />
<br />
Kisah kedatangan para malaikat kepada Ibrahim AS ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 30-32.<br />
<br />
Malaikat bertamu ke rumah Luth<br />
Para malaikat itu meninggalkan Ibrahim dan pergi ke kota Sadum. Mereka datang ke rumah Luth yang tidak mengetahui siapa sebenarnya para tamunya yang berwajah tampan itu. Hati Luth sangat cemas, karena ia khawatir tamu-tamunya itu akan diperkosa oleh kaumnya.<br />
Tersebar berita di antara kaum Luth tentang kedatangan tamu-tamu yang tampan di rumah Luth, maka segeralah mereka datang ke sana dengan maksud berbuat maksiat.<br />
<br />
Untuk melindungi para tamunya, Luth AS berusaha membujuk mereka dengan menawarkan putri-putrinya untuk dinikahi dengan syarat mereka tidak mengganggu tamu-tamunya. Namun kaum Luth tetap bersikeras melaksanakan niat mereka.<br />
<br />
Ketika mereka tetap pada pendiriannya, maka malaikat-malaikat itu membutakan mata mereka hingga gagallah upaya mereka dalam keadaan terhina. Para malaikat itu pun akhirnya mengungkapkan kepada Luth tentang siapa mereka sebenarnya dan memberitahunya bahwa mereka datang untuk membinasakan kaumnya setelah membutakan mata mereka hingga mereka tak dapat menyelamatkan diri.<br />
Adapun untuk Luth AS dan pengikutnya, para malaikat memerintahkan mereka untuk meninggalkan desanya di malam hari, karena azab Allah akan diturunkan di waktu subuh. Dan janganlah seorang pun di antara mereka menoleh ke belakang agar tidak melihat siksaan yang akan terjadi.<br />
<br />
Kisah kedatangan para malaikat ke rumah Luth dan perbuatan kaum Luth diceritakan dalam Al-Qur'an surat Hûd: 77-81, Al-Ankabût: 33-34, dan Al-Qamar: 37.<br />
<br />
Azab Allah terhadap kaum Luth AS<br />
Di waktu subuh, turunlah azab yang amat dahsyat berupa bencana alam yang sangat mengerikan. Tanah desa tempat tinggal kaum Luth menjadi rendah dan turunlah hujan batu dari tanah keras menimpa mereka secara berturut-turut hingga mereka binasa. Hanya Nabi Luth AS dan kedua putrinya, serta para pengikutnya yang beriman, yang selamat dari bencana tsb.<br />
Siksa Allah telah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim dan fasik.<br />
<br />
Kisah azab terhadap kaum Nabi Luth AS terdapat dalam surat Al Anbiyâ: 74-75, Hûd: 82-83, dan Al-Qamar: 33-38.<br />
Daerah yang ditimpa siksaan atas kaum Nabi Luth AS adalah daerah yang kita kenal sekarang sebagai Laut Mati atau Danau Luth.<br />
<br />
9. Ishaq AS<br />
Nabi Ishaq AS adalah salah satu putra Nabi Ibrahim AS dari istrinya yang bernama Sarah. Ishaq adalah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti tertawa. Dalam Al Qur'an dikisahkan bahwa Sarah tertawa ketika mendapat keterangan bahwa dirinya akan memperoleh seorang anak laki-laki, sementara usianya sudah sangat lanjut, yaitu 90 tahun.<br />
<br />
Tatkala Ibrahim merasa ajalnya hampir tiba, Ishaq belum menikah. Ibrahim tidak ingin menikahkan ia dengan wanita Kana'an yang tidak mengenal Allah dan asing di dalam keluarganya. Oleh sebab itu ia menugaskan seorang pelayan agar pergi ke Harran, Irak, dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan itu adalah Rafqah binti Batuwael bin Nahur. Nahur adalah saudara Ibrahim AS, sehingga Rafqah adalah putri kemenakan Ibrahim AS. Perempuan itu kemudian dinikahkan dengan Ishaq.<br />
<br />
Setelah 20 tahun menikah, Ishaq dikaruniai 2 anak kembar, yang pertama diberi nama Al-Aish, yang kedua keluar dengan memegangi kaki saudaranya sehingga ia diberi nama Ya'qub.<br />
<br />
Nabi Ishaq AS meninggal dalam usia 180 tahun dan dimakamkan di gua tempat ayahnya, Nabi Ibrahim AS, dimakamkan, yaitu di kota Al-Khalil.<br />
<br />
Kisah Nabi Ishaq AS terdapat di Al Qur'an dalam surat Hûd: 69-74, Maryam: 49, dan As-Saffât: 112-113.<br />
<br />
10. Ya'qub AS<br />
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Nabi Ya'qub AS adalah putra Nabi Ishaq AS, dan ia memiliki saudara kembar bernama Aish. Ayahnya lebih menyayangi Aish saudaranya karena ia lahir lebih dulu, sedang ibunya lebih menyayanginya karena ia lebih kecil.<br />
<br />
Ketika usianya sudah sangat lanjut, Nabi Ishaq tak dapat melihat lagi. Ia sering dilayani oleh Aish yang pandai berburu dan sering mendapatkan kijang. Sedang Ya'qub sangat pendiam dan lebih senang berada di rumah mempelajari ilmu-ilmu agama.<br />
<br />
Perselisihan Ya'qub AS dengan saudaranya<br />
Suatu hari, Ishaq menginginkan suatu makanan, ia meminta Aish untuk mengambilkannya. Namun atas suruhan ibunya, Ya'qublah yang lebih dulu mengambilkan makanan itu untuknya. Setelah Ya'qub melayaninya, Ishaq lalu mendoakannya, "Mudah-mudahan engkau menurunkan nabi-nabi dan raja-raja."<br />
Doa nabi adalah doa yang mustajab, dan memang kita ketahui dalam sejarah bahwa keturunan Ya'qub kelak akan melahirkan banyak para nabi dan raja.<br />
<br />
Aish yang mengetahui bahwa saudaranya telah mendapat doa yang baik dari ayahnya menjadi iri. Ia pun marah dan bahkan mengancam akan membunuh Ya'qub supaya keturunannya tidak ada yang menjadi nabi dan raja.<br />
Mengetahui hal ini, Rafqah kemudian menyuruh Ya'qub agar mengungsi ke tempat pamannya, Laban bin Batwil, di kota Harran, Irak.<br />
<br />
Dalam perjalanan ke rumah pamannya, Ya'qub tidak berani berjalan di siang hari karena takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya. Ia hanya berani berjalan di malam hari, sedang bila tiba waktu siang ia beristirahat. Oleh sebab itulah ia juga dikenal dengan nama Israil, yang artinya berjalan di malan hari. Kelak keturunannya pun dikenal dengan nama Bani Israil.<br />
<br />
Keturunan Ya'qub AS<br />
Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama bernama Leah, dan yang kedua bernama Rahel. Sebenarnya Ya'qub ingin menikah dengan Rahel, karena ia lebih cantik. Akan tetapi Laban mengatakan bahwa bukanlah kebiasaan mereka menikahkan yang kecil sebelum yang besar. Jika Ya'qub ingin menikahi Rahel maka ia harus menikahi Leah lebih dahulu, kemudian bekerja selama 7 tahun kepada Laban agar dapat meminang Rahel.<br />
Saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan.<br />
<br />
Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang sahaya perempuan. Kepada Leah ia memberikan sahaya perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan sahaya perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.<br />
Dari keempat istrinya ini Ya'qub AS memperoleh 12 orang anak lelaki.<br />
Dari istrinya Leah, ia dikaruniai Ruben, Syam'un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon.<br />
Dari istrinya Rahel, ia dikaruniai Yusuf dan Bunyamin.<br />
Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan Naftali.<br />
Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan Asyir.<br />
<br />
Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu.<br />
Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.<br />
<br />
Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi, antara lain:<br />
Sibith Lewi, di kalangan mereka terdapat Nabi Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa.<br />
Sibith Yahuda, di kalangan mereka terdapat Nabi Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa.<br />
Sibith Bunyamin, di kalangan mereka terdapat Nabi Yunus.<br />
<br />
Setelah lewat 20 tahun Ya'qub tinggal bersama pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap menemuinya dengan 400 orang, sehingga Ya'qub merasa takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya.<br />
<br />
Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa'ir.<br />
Sedangkan Ya'qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil.<br />
<br />
Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Ya'qub AS secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim AS (kakeknya), dan Nabi Yusuf AS (putranya).<br />
<br />
11. Yusuf AS<br />
Putra tersayang Nabi Ya'qub AS<br />
Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 12 orang putra Nabi Ya'qub AS. Rasa sayang Ya'qub yang berlebihan terhadapnya membuat saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.<br />
<br />
Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya'qub sangat gembira mendengar cerita itu dan menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah bagi putranya.<br />
<br />
Saudara-saudara Yusuf membinasakan Yusuf<br />
Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Yusuf. Salah satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya.<br />
<br />
Yusuf kecil diajak bermain-main oleh kakak-kakaknya, setelah mereka berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf. Saat itulah mereka melaksanakan niat jahat mereka untuk menyingkirkan Yusuf. Ketika sampai di suatu tempat, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sebuah sumur yang dalam. Baju Yusuf dikoyak-koyak dan dilumuri darah kambing. Kemudian dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah mereka bahwa Yusuf telah tewas dimakan serigala.<br />
<br />
Kisah mimpi Nabi Yusuf AS dan perbuatan saudara-saudaranya ini terdapat dalam Al Qur'an surat Yûsuf: 4-21.<br />
<br />
Kisah Yusuf dan Zulaikha<br />
Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di tempat itu. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang bernama Kitfir. Wajah Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar yang bernama Zulaikha terpikat. Suatu ketika pada saat suaminya tidak ada di rumah, Zulaikha mengajak Yusuf untuk berbuat tidak senonoh, akan tetapi Yusuf menolak ajakan tsb sehingga terjadilah ketegangan. Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa Yusuf telah berlaku tidak senonoh terhadapnya. Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi itu mengatakan bahwa jika kemeja Yusuf robek di bagian depan maka Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikha yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja bagian belakang Yusuf. Dengan demikian Yusuf pun selamat.<br />
<br />
Cerita tsb kemudian menyebar ke masyarakat luas. Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Yusuf keluar. Ketika melihat wajah Yusuf, saking terpesonanya tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Yusuf untuk menerima keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.<br />
Mendengar itu, Nabi Yusuf AS berdoa agar tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Yusuf AS dimasukkan ke dalam penjara.<br />
Kisah ini terdapat dalam surat Yûsuf: 22-35.<br />
<br />
Kecerdasan Yusuf menafsirkan mimpi<br />
Nabi Yusuf AS dikaruniai oleh Allah kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Saat Yusuf AS di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita padanya tentang mimpi mereka. yang pertama adalah kepala tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama Malhab, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memikul roti di atas kepalanya, yang mana kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.<br />
<br />
Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, "Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.<br />
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.<br />
Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua."<br />
<br />
Semua yang diramalkan Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Yusuf berpesan padanya agar ia menceritakan kepada raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa menyampaikan pesan Yusuf pada raja, dan mengakibatkan Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi.<br />
<br />
Kemampuan Nabi Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi kedua rekannya ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat Yûsuf: 36-42.<br />
<br />
Mimpi Raja<br />
Pada suatu hari, raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu menafsirkannya."<br />
<br />
Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini. Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal penafsiran mimpi.<br />
<br />
Saat itu kepala tukang minuman mendengar mimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat kembali pada Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, "Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini."<br />
<br />
Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.<br />
"Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering.<br />
Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu."<br />
<br />
Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja. Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, "Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya'ir, kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya.<br />
Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun."<br />
<br />
Kisah tentang mimpi raja ini diceritakan dalam surat Yûsuf: 43-49.<br />
<br />
Yusuf dibebaskan dari penjara<br />
Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.<br />
<br />
Permintaan Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya.<br />
<br />
Dengan demikian keluarlah Yusuf dari penjara dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Yusuf berganti dengan kemuliaan.<br />
<br />
Kisah ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Yûsuf: 50-53.<br />
<br />
Kebenaran tentang Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh.<br />
Kisah pengangkatan Yusuf dalam kedudukan yang mulia ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 54-57.<br />
<br />
Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya<br />
Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal.<br />
<br />
Ya'qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya'ir.<br />
<br />
Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.<br />
<br />
Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya'ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Yusuf berkata, "Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya."<br />
Mereka pun berkata, "Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu."<br />
<br />
Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya'ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.<br />
<br />
Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.<br />
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Yusuf, Ya'qub sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Yusuf ini, Ya'qub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu.<br />
Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.<br />
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Ya'qub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Ya'qub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian.<br />
<br />
Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 58-67.<br />
<br />
Yusuf menahan Bunyamin<br />
Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Yusuf, saudaranya sekandung. Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.<br />
<br />
Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.<br />
<br />
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, "Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?"<br />
Mereka menjawab, "Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Ya'qub."<br />
<br />
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.<br />
Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, "Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."<br />
Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf sendiri. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.<br />
<br />
Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.<br />
Ketika Ya'qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.<br />
<br />
Saudara-saudara Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik."<br />
Maka Yusuf pun menjawab, "Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim."<br />
<br />
Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.<br />
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, "Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil."<br />
Namun Yusuf berkata, "Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang."<br />
<br />
Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 68-82.<br />
<br />
Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya<br />
Ya'qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu.<br />
<br />
Ya'qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.<br />
<br />
Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, "Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?<br />
Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita."<br />
<br />
Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Yusuf.<br />
Dengan berdebar-debar mereka bertanya, "Apakah engkau Yusuf?"<br />
Yusuf menjawab, "Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin."<br />
<br />
Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.<br />
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.<br />
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya'qub dapat merasakan keberadaan Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah.<br />
<br />
Akhirnya Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Ya'qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.<br />
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, "Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku."<br />
<br />
Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat Yûsuf: 83-101<br />
<br />
12. Ayyub AS<br />
Nabi Ayyub AS adalah putra dari Aish bin Ishaq AS bin Ibrahim AS. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yaqub AS, Aish adalah saudara kembar Nabi Yaqub AS, jadi Nabi Ayyub masih kemenakan Nabi Yaqub AS dan sepupu Nabi Yusuf AS.<br />
<br />
Nabi Ayyub AS adalah salah seorang nabi yang terkenal kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya tak terbilang jumlahnya. Namun demikian ia tetap tekun beribadah, gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin.<br />
<br />
Keraguan iblis terhadap ketaatan Nabi Ayyub AS<br />
Para malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.<br />
<br />
Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal, Nabi Ayyub tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub. Ia berkata, "Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu."<br />
<br />
Allah berfirman kepada iblis, "Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu'min sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun ditimpa musibah apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.<br />
Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam, berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub hamba-Ku."<br />
<br />
Ujian dan cobaan Allah terhadap Nabi Ayyub AS<br />
Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang terbakar dan musnah.<br />
Iblis mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Ayyub tetap berhusnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.<br />
<br />
Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub AS yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak Ayyub yang berada di dalamnya mati semuanya.<br />
Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah. Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.<br />
<br />
Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di sekujur tubuh Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub AS yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari manusia.<br />
<br />
Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata, "Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan membebaskanmu."<br />
Namun Nabi Ayyub AS malah menjawab, "Aku telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam keadaan sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70 tahun."<br />
<br />
Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah SWT dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT atas kesengsaraan yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya ini, Nabi Ayyub AS tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu pagi, siang, sore dan malam hari.<br />
<br />
Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu mereka kemudian memecatnya.<br />
<br />
Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. Ia meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan usul majikannya itu.<br />
<br />
Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga bahwa ia telah menyeleweng. Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk meninggalkan suaminya Ayyub.<br />
<br />
Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Ayyub, "Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya."<br />
<br />
Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub seorang diri setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya, Nabi Ayyub AS bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya. Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Berfirmanlah Ia kepada Nabi Ayyub, "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau mempergunakannya untuk minum dan mandi."<br />
<br />
Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub pun sembuh seperti sedia kala. Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih tampan. Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?<br />
<br />
Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub AS. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, "Hai Ayyub, ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian tertebuslah sumpahmu."<br />
Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.<br />
<br />
Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub AS dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang dikenal dengan nama Zulkifli.<br />
<br />
Kisah Nabi Ayyub AS ini merupakan teladan bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Riwayat Nabi Ayyub AS terdapat dalam surat Al-Anbiyâ: 83-84 dan surat Sâd: 41-44.<br />
<br />
13. Zulkifli AS<br />
Nama aslinya ialah Basyar, anak Nabi Ayyub AS dari istrinya Rahmah. Seperti ayahnya, Zulkifli juga mempunyai sifat yang sabar dan teguh dalam pendirian. Ia hidup di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Raja yang arif bijaksana. Pada suatu hari Raja tsb mengumpulkan rakyatnya dan bertanya, "Siapakah yang sanggup berlaku sabar, jika siang berpuasa dan jika malam beribadah?"<br />
<br />
Tak ada seorang pun yang berani menyatakan kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup melakukan itu.<br />
Sejak saat itulah ia dipanggil dengan Zulkifli yang artinya sanggup.<br />
<br />
Nabi Zulkifli AS juga seorang raja. Di waktu malam ia beribadah dan di waktu siang ia berpuasa. Ia juga diangkat menjadi hakim. Tidurnya di waktu malam sangat sedikit sekali. Pada suatu malam, ketika ia hendak pergi tidur ada seorang tamu yang hendak mengganggunya. Mestinya saat itu adalah saat beristirahat bagi Zulkifli, tapi ia melayani tamunya dengan sabar.<br />
"Ada apakah saudara kemari di malam hari?" tanya Zulkifli.<br />
"Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok di perjalanan", jawab tamu itu.<br />
"Datanglah besok pagi atau petang hari," kata Zulkifli.<br />
<br />
Namun besok paginya orang itu tidak datang, padahal Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Petang harinya orang itu juga tidak datang, padahal ia telah menyatakan bersedia untuk datang.<br />
Malam harinya, ketika Zulkifli sedang bersiap-siap untuk tidur, orang itu datang lagi.<br />
"Mengapa waktu sidang dibuka kau tidak datang?" tanya Zulkifli.<br />
"Orang yang merampok saya cerdik Tuanku. Jika waktu sidang dibuka, barang saya dikembalikan, jika sidang hendak ditutup, barang saya dirampasnya lagi", jawab orang itu.<br />
<br />
Pada suatu malam, Raja Zulkifli sangat mengantuk. Ia telah berpesan pada penjaga agar menutup semua pintu dan menguncinya. Saat ia hendak membaringkan diri, terdengar suara pintu kamarnya diketuk orang.<br />
"Siapa yang masuk?" tanya Zulkifli pada prajurit penjaganya.<br />
"Tidak ada seorang pun Tuanku", jawab prajurit penjaganya dengan nada heran. Jelas tadi ia mendengar suara pintu diketuk. Lalu diperiksanya sekeliling rumah, ternyata ia menemukan seseorang. Ia merasa heran, jelas semua pintu telah terkunci rapat. Bagaimana orang itu bisa masuk?<br />
"Kau bukan manusia, kau pasti iblis!" kata Zulkifli.<br />
"Ya, aku memang iblis yang ingin menguji kesabaranmu. Ternyata memang benar, kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu dulu."<br />
<br />
Memang demikianlah adanya. Zulkifli adalah Nabi yang sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya, tidak pernah marah kepada para tamunya. Dikisahkan bahwa suatu hari terjadi peperangan antara negerinya dengan pemberontak yang durhaka kepada Allah. Raja Zulkifli memerintahkan prajurit dan rakyatnya untuk pergi ke medan juang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya takut berperang. Mereka takut mati.<br />
Rakyatnya hanya mau berperang jika Zulkifli mau mendoakan kepada Allah agar Allah menjamin hidup mereka, agar mereka tidak mati. Mendengar itu Zulkifli tidak lantas marah, bahkan ia pun bersedia memenuhi permintaan rakyatnya untuk berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepadanya, "Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Kukabulkan."<br />
<br />
Akhirnya dalam peperangan itu mereka memperoleh kemenangan, dan sesuai janji Allah, tidak satu pun dari mereka yang mati di medan juang.<br />
<br />
Nama Nabi Zulkifli hanya 2 kali disebut dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al-Anbiyâ ayat 85 yang artinya: "Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar." dan surat Sâd ayat 48 yang artinya: "Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."<br />
<br />
14. Syu'aib AS<br />
Syu'aib adalah salah satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga nabi lainnya adalah Hud, Saleh, dan Muhammad SAW. Ia seorang nabi yang dijuluki juru pidato karena kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah.<br />
<br />
Nabi Syu'aib AS diutus ke tengah kaum Madyan yang tinggal di Ma'an, suatu daerah di pinggir Syam (sekarang Suriah), yang berbatasan dengan Hijjaz dan dekat Danau Luth. Sesuai namanya, bangsa Madyan adalah bangsa Arab yang bernasab dari Madyan bin Ibrahim AS.<br />
Kaum ini menyembah Aikah, yaitu sebidang tanah padang pasir yang ditumbuhi sejumlah pohon.<br />
<br />
Dakwah Nabi Syu'aib AS pada kaum Madyan<br />
Masyarakat Madyan terkenal korup dan menjalankan praktek-praktek perdagangan yang curang. Mereka menggunakan alat ukur yang besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur yang kecil kalau menjual, sehingga kekayaan bertumpuk pada segelintir orang saja.<br />
<br />
Dalam kondisi demikian, Nabi Syu'aib AS memperingatkan kaumnya agar meninggalkan praktek-praktek yang curang itu, tetapi ia ditanggapi dengan kasar, bahkan mereka mengancam akan menyiksa dan merajamnya jika ia tidak mau menghentikan dakwahnya.<br />
<br />
Akhirnya Nabi Syu'aib AS dan pengikutnya pindah ke negeri lain, karena penduduk Madyan sudah tidak bisa diharapkan lagi. Beberapa saat setelah Nabi Syu'aib dan pengikutnya pergi, tiba-tiba penduduk Madyan dikejutkan oleh adanya gempa maha dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.<br />
<br />
Berdakwah pada kaum Ashabul Aikah<br />
Nabi Syu'aib dan pengikutnya pindah ke negeri Aikah sesuai petunjuk Allah SWT yang memang menugaskannya berdakwah disana. Ternyata penduduk Aikah juga sama durhakanya dengan penduduk Madyan. Mereka menolak ajakan Nabi Syu'aib untuk menyembah Allah. Mereka bahkan mengejek dan menantang Nabi Syu'aib agar mensegerakan azab yang dijanjikan Allah.<br />
<br />
Karena kedurhakaan mereka ini, akhirnya turunlah azab Allah SWT berupa iklim panas yang membakar dan menyesakkan dada. Dengan sia-sia kaumnya lari kesana-kemari mencari tempat perlindungan.<br />
Saat mereka kebingungan, tiba-tiba muncul segumpal awan hitam. Orang-orang menyangka bahwa itu adalah awan pertolongan. Ketika kaum durhaka itu bernaung di bawahnya, tiba-tiba awan itu mengeluarkan gemuruh yang dahsyat dan menghancurkan mereka semua.<br />
<br />
Binasalah kaum yang durhaka itu. Satu pun tak ada yang tersisa. Hanya Nabi Syu'aib AS dan para pengikutnya yang bisa selamat berkat rahmat dan perlindungan Allah SWT.<br />
<br />
Kisah Nabi Syu'aib AS diceritakan dalam surat Asy-Syu'arâ': 176-191, Hûd: 84-95, Al-A'râf: 85-93, dan Al-Hijr: 78-79<br />
<br />
15. Musa AS<br />
Nabi Musa AS diutus untuk berdakwah di negeri Mesir, dan mengajak Bani Israil menyembah Allah SWT. Musa dan Harun adalah keturunan ke-4 dari Nabi Ya'qub AS yang tinggal di Mesir sejak Nabi Yusuf berkuasa disana.<br />
<br />
Mesir saat itu dikuasai oleh Fir'aun. Penduduknya terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk asli Mesir yang disebut sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan Nabi Ya'qub AS.<br />
Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan tinggi, sedang orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, pelayan dan pesuruh.<br />
<br />
Firaun memerintah dengan tangan besi. Ia diktator bengis yang tidak berperi kemanusiaan. Mabuk dan rakus kekuasaan, sampai-sampai ia berani menyebut dirinya sebagai Tuhan.<br />
<br />
Kekejaman Fir'aun membunuh bayi laki-laki<br />
Suatu ketika, Fir'aun bermimpi, yang oleh dukun peramalnya mimpi itu diartikan dengan akan lahirnya seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas kekuasaan raja. Seketika itu Fir'aun menginstruksikan seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.<br />
<br />
Ibu Musa, Yukabad, istri Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya'qub AS, merasa sangat gelisah karena begitu ketatnya penyelidikan para petugas. Suatu ketika ibu Musa mendapat petunjuk melalui mimpinya agar anaknya yang berusia 3 bulan dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Allah SWT menjamin bahwa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad kelak tetap akan dapat merawatnya.<br />
<br />
Isyarat itu dilaksanakan dengan penuh ketabahan dan tawakal. Kakak Musa diperintahkan untuk mengikuti kemana peti itu hanyut dan di tangan siapakah Musa nanti ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu tiba-tiba tersangkut di pohon dan berhenti di belakang rumah Fir'aun. Puteri Fir'aun menemukan peti tsb, dan ia adalah seorang yang berpenyakit belang. Ketika menyentuh Musa, mendadak penyakitnya sembuh. Dengan perasaan gembira ia membawa peti itu kepada Asiah, istri Fir'aun, dan memberitahu apa yang telah terjadi. Asiah mengambil bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.<br />
<br />
Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Namun lantaran takut oleh kekejaman Fir'aun, ia menyembunyikan keimanannya. Ketika itu Fir'aun mendengar adanya wanita cantik bernama Asiah, dan ia pun menikahinya. Namun tatkala ia hendak menggauli istrinya itu, seluruh badannya tiba-tiba menjadi kaku sehingga ia pun tidak bisa mendekatinya, hanya bisa memandangnya.<br />
<br />
Fir'aun merasa curiga terhadap bayi yang ditemukan istrinya, tetapi Asiah tetap bersikeras untuk memeliharanya karena ia sudah lama mendambakan anak. Bayi itu oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya air dan pohon (mu = air, sa = pohon).<br />
<br />
di antara sejumlah inang pengasuh pilihan Asiah, bayi Musa hanya mau menyusu pada Yukabad, sehingga Asiah akhirnya menerima Yukabad sebagai inang pengasuh Musa. Dengan demikian janji Allah SWT bahwa Yukabad tetap akan mendapatkan kembali bayinya terpenuhi.<br />
Kisah ini dapat ditemui dalam surat Al-Qasas: 4-13.<br />
<br />
Musa meninggalkan Mesir<br />
Setelah selesai masa penyusuan bersama ibunya, Musa dikembalikan lagi ke istana Fir'aun. Ia dipelihara sebagaimana anak-anak raja yang lain. Berpakaian seperti Fir'aun, mengendarai kendaraan Fir'aun, sehingga ia dikenal sebagai Pangeran Musa bin Fir'aun.<br />
<br />
Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak kecil Musa memahami bahwa ia bukan anak Fir'aun melainkan keturunan Bani Israil yang tertindas. Karena prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh keluarga raja dan para pembesar kerajaan, Musa bertekad untuk membela kaumnya yang lemah.<br />
<br />
Suatu saat tindakan Musa membela seorang anggota kaumnya yang berkelahi melawan seorang dari golongan Fir'aun menyebabkan yang terakhir ini tewas. Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan pada Fir'aun. Mengetahui bahwa Musa membela orang Israil, Fir'aun segera memerintahkan orang untuk menangkap Musa. Akhirnya Musa melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan Mesir. Ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Saat itu ia berusia 18 tahun.<br />
Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 14-21.<br />
<br />
Musa pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi Syu'aib AS. Dari Mesir ke Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari. Karena kelelahan dan merasa lapar, Musa beristirahat di bawah pepohonan. Tak jauh dari tempatnya beristirahat, ia melihat dua orang gadis berusaha berebut untuk mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternak yang mereka gembalakan. Kedua gadis itu berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang tampak tidak mau mengalah.<br />
Melihat itu, Musa segera bergerak menolong kedua gadis tsb. Laki-laki kasar tadi mencoba melawan Musa, tapi Musa dapat mengalahkan mereka.<br />
<br />
Musa menikah<br />
Kedua gadis ini tak lain adalah putri-putri Nabi Syu'aib AS. Mereka lalu melaporkan kejadian yang telah dialami bersama Musa kepada ayah mereka. Syu'aib lalu menyuruh kedua putrinya untuk mengundang Musa datang ke rumah mereka.<br />
<br />
Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Syu'aib sangat senang melihat Musa. Sikapnya sopan dan tampak sekali ia seorang pemuda bermartabat dari kalangan bangsawan. Kepada Syu'aib, Musa menceritakan peristiwa pembunuhan yang telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari Mesir. Syu'aib menyarankan agar ia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar dari kejaran orang-orang Fir'aun.<br />
<br />
Syu'aib bermaksud menikahkan Musa dengan salah seorang putrinya. Sebagai syarat mas kawin, Musa diminta bekerja menggembalakan ternak-ternak milik Nabi Syu'aib selama 8 tahun. Musa menyanggupi syarat tsb, bahkan ia menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani pekerjaannya dengan sabar. Selama itu, nampaklah oleh keluarga Syu'aib bahwa Musa adalah pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah jika Nabi Syu'aib mengambilnya sebagai menantu.<br />
Musa sangat bahagia hidup bersama istrinya. Nabi Syu'aib juga lega karena anaknya mendapat pelindung yang dapat dipercaya.<br />
<br />
Kisah tentang hal ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 22-28.<br />
<br />
Musa kembali ke Mesir<br />
Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Musa berniat kembali ke sana bersama istrinya. Musa sadar, tidak mustahil bahwa orang-orang Mesir masih akan mencarinya, oleh sebab itu ia dan istrinya tidak berani melalui jalan biasa melainkan memilih jalan memutar.<br />
<br />
Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah Musa melihat ada cahaya api terang benderang di atas sebuah bukit. Musa berkata kepada istrinya, "Tunggu disini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi jalan kita."<br />
Tatkala Musa menghampiri api tsb, tiba-tiba terdengar suara menyeru, "Hai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku."<br />
<br />
Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa AS. Dengan diterimanya wahyu ini, maka Musa telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Sebagai rasul, Allah SWT memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih cemerlang setelah dikepitkan di ketiaknya.<br />
Kisah ini dapat dilihat pada surat Tâhâ: 9-23.<br />
<br />
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk berdakwah kepada Fir'aun. Musa masih merasa takut karena dulu ia pernah membunuh orang Mesir, namun Allah menjanjikan perlindungan untuknya, maka tentramlah hatinya. Untuk lebih memantapkan dakwahnya, Musa memohon kepada Allah agar ia ditemani oleh Harun, saudaranya, karena Harun amat cakap dalam berbicara dan berdebat. Permintaan Musa dikabulkan. Harun yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Musa.<br />
<br />
Hal tsb dinyatakan dalam surat Al-Qasas: 32-35 dan surat Tâhâ: 42-47.<br />
<br />
Akhirnya bersama-sama Harun, Musa menghadap Fir'aun. Ia mengadakan dialog dengan Fir'aun tentang Tuhan. Namun Fir'aun menanggapinya dengan sinis dan mengejek Musa tak tahu diri. Dulu ia diasuh dan dibesarkan di istana Mesir, tapi kini ia malah berbalik menentang Fir'aun. Musa menjawab bahwa semua itu terjadi disebabkan karena ulah Fir'aun sendiri. Seandainya Fir'aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai Nil sampai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh istri Fir'aun. Musa tidak merasa berhutang budi pada Fir'aun.<br />
<br />
Musa mengatakan bahwa sesungguhnya Fir'aun bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan seluruh alam semesta. Fir'aun sangat murka dan meminta Musa untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan.<br />
<br />
Keberhasilan Musa melawan ahli-ahli sihir Fir'aun<br />
Di depan masyarakat luas, Nabi Musa AS dapat menunjukkan mukjizatnya menghadapi ahli-ahli sihir Fir'aun. Musa mempersilakan ahli-ahli sihir Fir'aun untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu. Mereka lalu melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian tali-tali dan tongkat-tongkat itu berubah menjadi ular yang ribuan ekor banyaknya. Fir'aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat yang hadir disana juga terkagum-kagum.<br />
<br />
Dengan tenang Musa melemparkan tongkatnya, tongkat itu segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap ular-ular para ahli sihir Fir'aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis ditelan oleh ular Nabi Musa.<br />
<br />
Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang diperlihatkan Musa bukanlah seperti sihir yang mereka pelajari dari syaitan. Sadar akan hal itu, para ahli sihir tsb berlutut kepada Musa, dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran yang dibawanya. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah Allah saja.<br />
Kisah ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu'arâ': 18-51<br />
<br />
Fir'aun sangat murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat kejam, namun para ahli sihir itu tetap memilih menjadi pengikut Musa. Akhirnya Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya dengan sabar dan tetap beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang.<br />
<br />
Azab bagi Fir'aun dan pengikutnya<br />
Kejengkelan Fir'aun memuncak setelah Nabi Musa AS memperoleh pengikut yang lebih banyak. Fir'aun menjadi semakin kejam terhadap Bani Israil. Nabi Musa AS senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar menghadapi kesewenang-wenangan Fir'aun. Fir'aun pun tak henti-hentinya mengejek dan menghina Musa.<br />
<br />
Karena semakin lama tindakan Fir'aun makin merajalela, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah SWT agar Fir'aun dan pengikutnya diberi azab. Allah SWT mengabulkan doa Musa. Kerajaan Fir'aun dilanda krisis keuangan. Selain itu wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati, disusul badai topan yang merobohkan rumah-rumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan perkebunan, juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat banjir itu kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir mendadak mati, tak terkecuali anak-anak Fir'aun sendiri, termasuk putra mahkota.<br />
<br />
Pengikut Fir'aun mendatangi Nabi Musa AS untuk memohon agar azab itu dicabut dari mereka dengan janji mereka akan beriman. Namun ketika Allah SWT mengabulkan permintaan itu, mereka ingkar terhadap janjinya.<br />
Riwayat ini terdapat dalam surat Al-Mu'minûn: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan Al-A'râf: 130-135.<br />
<br />
Peristiwa Laut Merah terbelah<br />
Bani Israil yang makin menderita karena ulah Fir'aun dan pengikutnya meminta Nabi Musa AS untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah mendapat wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Musa lalu membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi secara diam-diam di malam hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru menyadari bahwa tentara Fir'aun mengejar mereka. Para pengikut Musa sangat panik karena tidak bisa lari kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi Musa dan pengikutnya untuk menyeberang. Fir'aun dan tentaranya mengejar rombongan itu, namun ketika Musa dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara Fir'aun dan tentaranya masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun kembali menutup hingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam.<br />
<br />
Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, Fir'aun sempat bertaubat dan menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat menjelang ajal yang dilakukan oleh Fir'aun itu sudah terlambat dan tidak lagi diterima oleh Allah, sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.<br />
<br />
Kisah tentang ini terdapat dalam surat Tâhâ: 77-79, Asy-Syu'arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.<br />
<br />
Ternyata, mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang kemudian. Ini telah terbukti dengan diketemukannya mummi Fir'aun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke-20 M.<br />
<br />
Karunia bagi Bani Israil<br />
Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat manja. Saat mereka haus, Musa memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tsb, memancarlah 12 mata air, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing suku memiliki mata air sendiri.<br />
Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah untuk dihuni, tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan awan.<br />
Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis, mereka pun meminta Musa memohon pada Allah SWT agar diberikan makanan dan minuman, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon. Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung puyuh yang datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.<br />
<br />
Mendapat karunia dan rezki yang demikian melimpahnya dari Allah, Bani Israil bukannya bersyukur, malah mereka meminta makanan dari jenis yang lain lagi. Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.<br />
<br />
Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani Israil ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.<br />
<br />
Turunnya kitab Taurat<br />
Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Musa meminta Harun menjadi wakilnya untuk mengurus kaumnya.<br />
<br />
Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali, sehingga Musa pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.<br />
<br />
Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina ini, timbul kerinduan Musa untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah SWT mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa ia telah meminta sesuatu yang diluar kesanggupannya. Allah SWT kemudian menyuruh Musa untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Musa dapat melihat-Nya, namun jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka lebih-lebih lagi dirinya. Ketika Musa mengarahkan pandangan ke bukit tsb, seketika itu juga bukit itu hancur luluh. Melihat itu Musa merasa terkejut dan ngeri, ia pun jatuh pingsan.<br />
<br />
Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah SWT atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah SWT memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT.<br />
<br />
Kisah munajat Nabi Musa AS di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.<br />
<br />
Patung anak sapi<br />
Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.<br />
<br />
Sebelum pergi ke bukit Thursina, Musa berkata kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya, maka mereka menganggapnya telah melupakannya. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Musa ini disebabkan karena mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tsb ke dalam api.<br />
<br />
Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.<br />
<br />
Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa AS kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula ia pun marah kepada Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Harun, ia pun tenang kembali. Ia mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.<br />
<br />
Setelah Samiri pergi, Musa membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil dan membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian memerintahkan Musa AS agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka menyembah patung anak sapi. Musa mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa AS dan rombongannya memasuki awan gelap itu dan bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.<br />
<br />
Nabi Musa AS memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Musa itu. Musa lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT.<br />
Cerita ini terdapat dalam Al Qur'an surat Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.<br />
<br />
Sapi Betina (Al Baqarah)<br />
Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di antara kaum Nabi Musa. Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tsb, atas petunjuk Allah SWT, Musa memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan lidah sapi itu nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi atas kehendak dan izin dari Allah SWT.<br />
<br />
Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan perintah ini, karenanya mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan harapan supaya Allah SWT akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah: 67-71.<br />
<br />
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata: Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil. (QS. 2:67)<br />
Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. (QS. 2:68)<br />
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. (QS. 2:69)<br />
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). (QS. 2:70)<br />
Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata: Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. 2:71)<br />
Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina diambil karena dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina.<br />
<br />
Dapat dilihat pada ayat-ayat tsb bahwa sikap Bani Israil yang cerewet justru telah menyulitkan mereka sendiri. Seandainya ketika diperintahkan pertama kali mereka langsung melaksanakannya, tentulah mereka tidak akan repot, tetapi mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang rumit sehingga hampir saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai ciri-ciri yang diterangkan oleh Musa.<br />
<br />
Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu menyembelihnya dan lidah sapi itu dipukulkan ke tubuh mayat orang yang terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup kembali dan menceritakan bahwa ia telah dibunuh oleh sepupunya sendiri.<br />
<br />
Allah mengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil<br />
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS membawa kaumnya ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim AS sebagai tempat tinggal anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai karunia dari Allah SWT adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.<br />
<br />
Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Musa mengutus perintis jalan untuk menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina. Ketika kembali, para perintis jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tsb dihuni oleh suku Kana'an yang kuat-kuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh. Mengetahui hal itu, merasa gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi perintah Musa untuk menyerang. Mereka hanya mau kesana jika suku itu telah disingkirkan terlebih dahulu.<br />
<br />
Nabi Musa AS sangat marah terhadap sikap kaumnya itu, karena sikap tsb mencerminkan bahwa mereka belum benar-benar beriman kepada Allah SWT, padahal Allah SWT telah berjanji bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan mampu mengalahkan suku Kana'an. Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."<br />
<br />
Habislah kesabaran Musa. Ia lalu memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi Bani Israil yang menolak perintah Allah SWT, Allah SWT mengharamkan wilayah Palestina selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.<br />
<br />
Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.<br />
<br />
Pertemuan Musa dengan orang saleh<br />
Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan kaumnya, Nabi Musa AS mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan. Allah SWT menegur sikapnya ini dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu."<br />
Berkatalah Musa, "Wahai Tuhanku, apa yang harus kuperbuat untuk bertemu dengannya?"<br />
Allah berfirman, "Ambillah seekor ikan kecil dan letakkan di dalam keranjang. Dimanapun engkau kehilangan ikan itu, maka disitulah ia berada."<br />
<br />
Musa melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya. Ia mengambil seekor ikan kecil, kemudian ia pergi dengan ditemani seorang sahayanya. Saat mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut, mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu turun hujan sehingga ikan yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.<br />
<br />
Sahaya Musa mengetahui hal ini, namun ia lupa memberitahukannya kepada Musa. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika mereka merasa lapar dan hendak makan, saat itulah sahaya Musa teringat akan ikan yang hilang itu, maka ia pun memberitahu Musa. Mendengar itu Musa sangat gembira. "Inilah yang kita cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak dimana ikan itu hilang."<br />
<br />
Belum sampai di tempat yang dituju, Musa telah bertemu dengan orang yang dimaksud. Hamba Allah SWT yang saleh itu dikenal dengan nama Nabi Khidir AS. Nabi Musa AS yang ingin belajar dari hamba-Nya yang saleh itu meminta agar diizinkan mengikuti Nabi Khidir. Nabi Khidir menjawab bahwa ia tidak akan dapat sabar atas keikutsertaannya, karena ia akan melihat tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariatnya. Namun Musa berkata bahwa ia akan bersabar dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir. Akhirnya Nabi Khidir mengizinkan Musa untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahwa Musa tidak boleh mempertanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, karena pada akhirnya ia akan menceritakan rahasia di balik tindakan-tindakannya itu.<br />
<br />
Pergilah Musa bersama Nabi Khidir menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di depan mereka sebuah kapal, maka keduanya meminta kepada penumpang-penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang, lalu keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga kerusakannya akan mudah untuk diperbaiki. Musa yang melihat kejadian ini merasa ngeri dan tanpa sadar ia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, "Apakah engkau merusak kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."<br />
<br />
Nabi Khidir mengingatkan kepada Musa akan perjanjian mereka, maka sadarlah Musa, ia meminta supaya jangan dihukum atas kelupaannya ini. Keduanya lalu meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir lalu membujuk anak itu ikut dengannya dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya, lalu ia membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji ini sehingga dengan marah ia berkata, "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar."<br />
Nabi Khidir kembali mengingatkan Musa akan syarat yang berlaku antara keduanya. Musa menyesal atas ketidaksabarannya. Ia pun berkata, "Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu, maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."<br />
<br />
Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan kembali. Saat merasa haus dan lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka meminta kepada penghuninya supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan mereka sebagai tamu, namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh penghuni desa tsb.<br />
Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah dinding yang hampir roboh. Nabi Khidir lalu memperbaiki dinding yang roboh itu dan mendirikan bangunannya. Melihat ini, Musa tidak tahan lalu bertanya, "Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa meminta upah atas pekerjaanmu untuk membeli makanan."<br />
<br />
Dengan timbulnya pertanyaan Musa ini, maka berpisahlah ia dengan Nabi Khidir. Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan rahasia-rahasia perbuatannya. Ia berkata, "Mengenai kapal yang aku lubangi dindingnya, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya. Sebab itu aku merusaknya sedikit supaya nantinya mudah diperbaiki lagi, dan bila raja melihatnya ia pun menduga kapal itu adalah kapal yang buruk sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.<br />
Mengenai anak kecil yang aku bunuh, ia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil, sedang kedua orangtuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih sayang orangtua terhadap anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka dan menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak yang jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah SWT dengan anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.<br />
Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah milik dua anak yatim di kota itu yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.<br />
Semua yang kuperbuat itu bukanlah atas usahaku, melainkan itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dan inilah penjelasan dari kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa bersabar."<br />
<br />
Kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ini terdapat dalam surat Al-Kahfi: 60-82.<br />
<br />
Kisah Qarun dan hartanya<br />
Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa AS yang sangat kaya, yang bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa AS tidak dipedulikannya, bahkan ia mengejek dan memfitnah Nabi Musa AS.<br />
<br />
Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Musa memanjatkan doa agar Allah SWT menurunkan azabnya pada diri hartawan itu. Allah SWT lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat.<br />
Kisah Qarun dan hartanya ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 76-82.<br />
<br />
Larangan hari sabath<br />
Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa menentukan hari Sabtu sebagai hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu kaum Bani Israil dilarang untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan mencari ikan. Namun pada hari Sabtu tsb justru ikan-ikan sangat banyak terlihat di laut.<br />
Sesungguhnya ini merupakan kehendak Allah SWT untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani Israil. Ternyata mereka tidak tahan dengan ujian ini dan melanggar larangan hari Sabath, oleh sebab itu Allah kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.<br />
Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65 dan Al-A'râf: 166<br />
<br />
16. Harun AS<br />
Nabi Harus AS diutus oleh Allah SWT untuk membantu tugas kerasulan Nabi Musa AS. Dalam berbicara, ia lebih cakap daripada Nabi Musa AS. Ketika Nabi Musa AS pergi ke Bukit Sina untuk menerima wahyu, umatnya dititipkan kepada Nabi Harus AS. Namun setelah Nabi Musa AS kembali, ia mendapati mereka telah menyembah patung anak sapi. Melihat itu, Musa sangat marah dan bersedih hati. Dalam Al Qur'an diceritakan:<br />
<br />
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu? Dan Musa melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (QS Al-A'râf: 150)<br />
Akhirnya Musa pun sadar, ia lalu berdoa kepada Allah SWT seperti tersebut dalam Al Qur'an:<br />
<br />
Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS Al-A'râf: 151)<br />
Nabi Harun AS wafat sebelum Nabi Musa AS. Ia dikuburkan oleh Nabi Musa AS di Bukit Hur di Gurun Sinai.<br />
<br />
17. Daud AS<br />
Nabi Daud AS adalah salah seorang nabi dari Bani Israil, yaitu dari sibith Yahuda. Ia merupakan keturunan ke-13 dari Nabi Ibrahim AS.<br />
<br />
Thalut Sang Raja<br />
Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh Nabi Musa untuk menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya. Berkat kepemimpinan Yusya' bin Nun mereka dapat menguasai tanah Palestina dan bertempat tinggal di istana. Namun setelah Yusya bin Nun wafat, mereka terpecah belah. Isi kitab Taurat berani mereka rubah dan ditambah-tambah. Mereka sering bersilang pendapat sesama mereka sendiri, hingga akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka. Tanah Palestina diserbu dan dikuasai bangsa lain.<br />
<br />
Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas dan gagah berani untuk melawan penjajah. Pada suatu hari, mereka pergi menemui Nabi Samuel untuk meminta petunjuk. "Wahai Samuel, angkatlah salah seorang di antara kami sebagai Raja yang akan memimpin kita berperang melawan penjajah."<br />
Tetapi Nabi Samuel menjawab, "Aku khawatir bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah, kalian justru tidak mau berangkat perang."<br />
"Kita sudah lama menjadi bangsa tertindas," kata mereka. "Kita tidak mau menderita lebih lama lagi."<br />
<br />
Karena didesak oleh kaumnya, Nabi Samuel kemudian berdoa kepada Allah SWT agar menetapkan satu di antara mereka menjadi pemimpin. Doa Nabi Samuel dikabulkan, Allah memilih Thalut sebagai Raja yang memimpin mereka. Tapi ternyata begitu mendengar nama Thalut diucapkan oleh Nabi Samuel, mereka justru menolak dengan alasan bahwa Thalut tidak begitu dikenal, ia hanya seorang petani biasa yang sangat miskin.<br />
Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa walaupun Thalut itu petani biasa, namun ia pandai strategi perang, tubuhnya kekar dan kuat, dan pandai tentang ilmu tata negara. Baru akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagai Raja mereka.<br />
<br />
Kisah Jalut dan Daud<br />
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang terbaik itu, ia berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan tak terganggu dengan urusan rumah tangga dan perdagangan.<br />
<br />
Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan Thalut adalah seorang remaja bernama Daud. Ia diperintah oleh ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang maju ke medan perang. Daud tidak diperkenankan maju ke garis depan, ia hanya ditugaskan untuk melayani kedua kakaknya. Tempatnya di garis belakang. Jika kakaknya lapar atau haus, dialah yang melayani dan menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka.<br />
<br />
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih banyak dan lebih besar tentara Jalut Sang Penindas (Goliath). Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdoa kepada Allah, "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir."<br />
<br />
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa terluka, akhirnya pasukan Jalut dapat diporak-porandakan dan lari tercerai berai.<br />
<br />
Tinggallah Jalut Sang Panglima dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu Thalut mengumumkan, siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diangkatnya sebagai menantu. Tak disangka dan diduga, Daud yang masih berusia remaja tampil ke depan, minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih sangat belia itu mengalahkan Jalut? Namun setelah didesak oleh Daud, akhirnya ia mengizinkan anak muda itu maju ke medan perang.<br />
<br />
Dari kejauhan Thalut mengawasi sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong. Ia telah berteriak berkali-kali, menantang orang-orang Israil untuk berperang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati.<br />
Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak membawa senjata tajam. Senjatanya hanya ketapel. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud, namun Daud dapat menghindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan, Daud berhasil melayangkan peluru ketapelnya tepat di antara kedua mata Jalut.<br />
Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah, dan tewaslah ia. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Sesuai janji, Daud lalu diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Ia dinikahkan dengan putri Thalut yang bernama Mikyai.<br />
<br />
Daud menjadi Raja<br />
Disamping menjadi menantu Raja, Daud juga diangkat sebagai penasihatnya. Ia dihormati semua orang, bahkan rakyatnya seolah lebih menghormati Daud daripada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati. Karenanya ia berusaha mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud ditugaskan membasmi musuh yang jauh lebih kuat dan lebih besar jumlahnya. Namun Daud justru memenangkan pertempuran itu dan kembali ke istana dengan disambut luapan kegembiraan rakyatnya.<br />
<br />
Thalut makin merasa iri dan tersaingi atas kepopuleran Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan Daud dengan berbagai cara, namun selalu menemui kegagalan. Daud seolah selalu dilindungi Allah.<br />
<br />
Akhirnya terjadilah perang Jalbu' antara Thalut dan Daud serta pendukung mereka. Dalam peperangan itu Thalut tewas. Setelah kematian Thalut dan putra mahkotanya yang juga mati dalam pertempuran tsb, maka rakyat langsung mengangkat Daud sebagai Raja Israil.<br />
<br />
Mukjizat Nabi Daud AS<br />
Allah SWT menurunkan kitab Zabur bagi Nabi Daud AS. Selain Zabur, keistimewaan Nabi Daud AS lainnya adalah setiap pagi dan senja gunung-gunung bertasbih atas perintah Allah SWT mengikuti tasbihnya. Nabi Daud AS juga memahami bahasa burung-burung. Binatang juga mengikuti tasbih Nabi Daud AS.<br />
Keistimewaannya dalam beribadah ini diterangkan dalam surat Shâd: 17-19 dan Saba': 10.<br />
<br />
Selain itu kerajaannya yang kuat belum pernah sekalipun dapat terkalahkan. Sebaliknya, Nabi Daud AS selalu mendapat kemenangan dari semua lawannya. Ia menduduki takhta kerajaan selama 40 tahun.<br />
<br />
Diantaranya mukjizatnya adalah Nabi Daud dapat melunakkan besi seperti lilin, kemudian ia dapat merubah-rubah bentuk besi itu tanpa memerlukan api atau peralatan apapun. Dari besi itu, ia dapat membuat baju besi yang dikokohkan dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang saling menjalin secara berkesinambungan. Jenis baju ini membuat pemakainya lebih bebas bergerak, karena tidak kaku seperti baju besi biasa yang dibuat dari besi lembaran.<br />
Tentang mukjizatnya ini disebutkan dalam surat Saba': 10 dan Al-Anbiyâ': 80.<br />
<br />
Nabi Daud juga dikaruniai suara yang sangat merdu sekali. Kitab Zabur yang diturunkan kepadanya selain berisi pelajaran dan peringatan, juga berisi nyanyian puji-pujian kepada Tuhan. Nyanyian ini sering juga disebut dengan Mazmur.<br />
<br />
Nabi Daud membagi hari-harinya menjadi 4 bagian. Sehari untuk beribadah, sehari ia menjadi hakim, sehari untuk memberikan pengajaran, dan sehari lagi untuk kepentingan pribadi. Ia juga suka berpuasa. Ia melakukan puasa dua hari sekali, sehari berpuasa, sehari lagi tidak.<br />
<br />
Peringatan Allah pada Nabi Daud AS<br />
Para nabi adalah manusia yang menjadi contoh teladan umat. Jika ia melakukan kesalahan, maka Allah segera memperingatkannya untuk meluruskan kesalahannya itu. Demikian pula halnya dengan Nabi Daud. Ia memiliki istri 99 orang. Ketika itu memang tidak ada pembatasan jumlah istri yang boleh dimiliki oleh seorang lelaki. Seorang lelaki biasa untuk memiliki banyak istri, terlebih lagi bagi seorang raja. Nabi Daud ingin menggenapkan istrinya menjadi 100 orang.<br />
<br />
Pada suatu hari, datanglah dua orang lelaki mengadu kepada Nabi Daud. Seorang di antara mereka berkata, "Saudaraku ini memiliki kambing 99 ekor, sedang aku hanya memiliki seekor, tetapi ia menuntut dan mendesakku agar menyerahkan kambingku yang seekor itu kepadanya, supaya jumlah kambingnya menjadi genap 100 ekor. Ia membawa berbagai alasan yang tak bisa kubantah karena aku tak pandai berdebat."<br />
Daud lalu bertanya pada lelaki yang satu lagi, "Benarkah ucapan saudaramu itu?"<br />
"Benar," jawab lelaki itu.<br />
Berkatalah Daud dengan marah, "Jika demikian halnya, maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan membiarkanmu meneruskan perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan mendapat hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu!"<br />
"Hai Daud!" kata lelaki itu, "Sebenarnya engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau telah mempunyai 99 istri? Tetapi mengapa kau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang menjadi tentaramu sendiri? Padahal pemuda itu sangat setia dan berbakti kepadamu."<br />
<br />
Nabi Daud tercengang mendengar ucapan yang tegas dan berani dari lelaki itu. Ia berpikir keras, siapakah sesungguhnya kedua orang ini? Tetapi tiba-tiba kedua pria itu sudah hilang lenyap dari pandangannya. Tahulah Nabi Daud bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui malaikat-Nya. Ia segera bertaubat memohon ampun kepada Allah, dan Allah menerima taubatnya.<br />
<br />
Pelanggaran terhadap Hari Sabath<br />
Suatu ketika rakyat Nabi Daud AS bersepakat untuk melanggar ketentuan yang menyatakan hari Sabtu (Sabath) sebagai hari besar untuk Bani Israil, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Musa AS. Hari Sabat dikhususkan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT, menyucikan hati dan pikiran dengan berzikir dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, serta memperbanyak amal dan diharamkan melakukan kesibukan-kesibukan yang bersifat duniawi.<br />
<br />
Penduduk desa Ailat di tepi Laut Merah juga mematuhi perintah itu. Pada hari Sabtu mereka tidak menangkap ikan, tetapi pada hari Sabtu itu justru ikan-ikan di laut banyak menampakkan diri. Akhirnya penduduk Ailat tidak dapat menahan diri untuk melanggar larangan hari Sabtu itu. Hari Sabtu mereka gunakan untuk mengumpulkan ikan.<br />
<br />
Azab Allah SWT pun turun kepada mereka. Wajah mereka diubah menjadi wajah yang amat buruk, kemudian terjadi gempa bumi yang dahsyat. Kisah ini diriwayatkan dalam surat Al-A'râf: 163-166.<br />
<br />
Asal-usul Baitul Maqdis<br />
Pada suatu hari, berjangkitlah penyakit kolera di wilayah kerajaan yang dikuasai Nabi Daud AS. Banyak rakyat yang mati karena penyakit ini. Nabi Daud kemudian berdoa kepada Allah agar menghilangkan wabah ini, maka hilanglah penyakit itu.<br />
Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah, maka Nabi Daud mengajak putranya, Sulaiman, untuk membangun tempat suci, yaitu Baitul Maqdis, yang sekarang kita kenal sebagai Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina. Tempat inilah yang menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Ka'bah.<br />
<br />
18. Sulaiman AS<br />
Nabi Sulaiman AS adalah putra Nabi Daud AS. Setelah Nabi Daud AS wafat, Nabi Sulaiman AS menggantikannya sebagai Raja. Mukjizatnya yang paling terkenal adalah ia diberi keistimewaan oleh Allah SWT dapat memerintah bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada hewan, angin, dan jin. Nabi Sulaiman dapat menjadikan angin bertiup atas perintahnya ke tempat yang ia kehendaki. Allah pun menundukkan syaitan-syaitan untuk melayani Sulaiman. Di antara mereka ada yang bisa membangun istana dan benteng-benteng, ada yang bertugas menyelam di laut untuk mengeluarkan mutiara dan batu-batu mulia, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada Sulaiman atas syaitan-syaitan yang kafir sehingga ia mampu mengikat mereka untuk mencegah kejahatan mereka. Allah SWT juga memberinya mukjizat berupa kemampuan mengerti bahasa binatang.<br />
<br />
Kearifan Nabi Sulaiman AS sebagai hakim<br />
Pada suatu malam, sekelompok kambing memasuki kebun seseorang tanpa sepengetahuan penggembalanya, hingga rusaklah tanaman di kebun itu. Maka pemilik kebun kemudian datang mengadu kepada hakim Daud AS. "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami telah membajak tanah kami dan menanaminya serta memeliharanya. Tapi ketika tiba waktu panen, datanglah kambing orang-orang ini pada suatu malam dan memakan tanaman di kebun kami hingga habis seluruhnya."<br />
"Benarkah apa yang dikatakan oleh mereka ini?" tanya Daud.<br />
"Ya," jawab mereka.<br />
Kemudian Daud bertanya tentang harga tanaman dari orang yang satu dan harga kambing dari orang yang lain. Ketika mengetahui harga keduanya hampir sama, maka ia pun berkata kepada pemilik kambing, "Berikanlah kambingmu kepada pemilik tanaman sebagai ganti rugi bagi mereka atas binasanya tanaman mereka."<br />
<br />
Namun putranya Sulaiman yang hadir menyaksikan pengadilan ini memberikan usul lain, "Saya mempunyai pendapat yang berbeda dalam perkara ini. Menurut saya, pemilik kambing sebaiknya memberikan kambing mereka kepada pemilik tanaman, dan mengambil manfaatnya berupa bulu wol, susu, dan anak-anak kambing tsb. Sedangkan ia sendiri mengambil alih tanaman yang telah rusak itu, menanaminya kembali dan mengairi serta memeliharanya hingga tumbuh tanamannya. Apabila telah tiba waktu panen, mereka harus menyerahkan hasil tanaman itu kepada pemiliknya, dan menerima kembali kambing mereka. Dengan demikian semua pihak akan mendapatkan keuntungan dan manfaat."<br />
<br />
Luar biasa bijaksana dan arifnya Nabi Sulaiman ini dalam memberikan keputusan. Semua pihak pun langsung menyetujui usulnya yang hebat itu. Berkatalah Daud pada putranya, "Engkau telah memutuskan hukum dengan tepat, anakku." Dan ia pun berfatwa seperti apa yang diputuskan oleh Sulaiman.<br />
<br />
Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiyâ': 78-79.<br />
<br />
Kisah Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis<br />
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi seluruh bala tentaranya, baik dari golongan manusia, jin, syetan, dan binatang, semua diperintahkan untuk berkumpul menghadap Nabi Sulaiman AS. Semua sudah hadir kecuali seekor burung bernama Hudhud.<br />
"Mengapa burung Hudhud belum datang?" tanya Nabi Sulaiman. "Sesungguhnya jika ia tidak bisa memberi alasan yang jelas atas keterlambatannya, sebagai hukuman aku akan menyembelihnya."<br />
<br />
Tak berapa lama kemudian burung itu datang dan bersujud di hadapan nabi Sulaiman. Hampir saja burung itu terkena hukuman kalau tidak segera mengajukan alasa kenapa ia terlambat datang.<br />
"Ampunilah hamba Tuanku, hamba memang telah terlambat. Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting. Di negeri Saba hiduplah seorang Ratu yang bernama Ratu Bilqis. Ia mempunyai singgasana yang agung. Kerajaannya luas dan rakyatnya hidup dengan makmur. Namun sayang mereka tidak menyembah Allah. Mereka disesatkan oleh iblis sehingga menyembah matahari."<br />
<br />
Menjawablah Nabi Sulaiman, "Aku percaya dengan berita yang kaubawa itu. Tetapi aku akan menyelidiki dulu kebenaran beritamu. Bawalah suratku untuk Ratu Bilqis. Kalau sudah diterimanya nanti, sembunyilah kau di celah-celah jendela, dan dengarkanlah apa yang akan dilakukannya."<br />
<br />
Maka terbanglah burung Hudhud ke negeri Saba yang terletak di kota Yaman. Ia menyerahkan surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis. Kemudian sesuai perintah, ia bersembunyi di balik celah jendela. Ratu Bilqis membaca surat itu, isinya kurang lebih seperti ini:<br />
<br />
Surat ini datang dari Sulaiman. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."<br />
Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis memanggil seluruh abdi dan penasihatnya untuk bermusyawarah. Ratu Bilqis tidak ingin terjadi peperangan yang hanya merusak keindahan istana dan merugikan rakyat. Maka sebagai hasil dari musyawarah itu, diputuskan bahwa ia hanya akan mengirimkan hadian kepada Sulaiman melalui utusannya. Jika Sulaiman menerima hadiahnya, tahulah ia bahwa Sulaiman hanyalah seorang raja yang senang menerima hadiah. Tetapi jika ia seorang nabi, ia hanya ingin agar mereka mengikuti agamanya.<br />
<br />
Berangkatlah utusan Ratu Bilqis ke Palestina dengan membawa berbagai hadiah yang indah-indah dan mahal-mahal. Ketika mereka sampai di istana Nabi Sulaiman, mereka sangat tercengang. Kerajaan Saba tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan dan kemegahan kerajaan Sulaiman.<br />
<br />
Ketika para utusan itu hendak menyerahkan hadiah mereka, dengan tegas Nabi Sulaiman menolak hadiah-hadiah itu karena ia memiliki harta benda yang jauh lebih baik daripada hadiah yang diberikan oleh Ratu Bilqis. Kepada para utusan tsb, ia meminta kedatangan Ratu Bilqis agar Ratu itu memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Jika menurut, maka kerajaan Saba akan selamat, jika membangkang maka Nabi Sulaiman akan mengerahkan bala tentaranya yang tidak mungkin akan dilawan oleh Ratu Bilqis.<br />
<br />
Para utusan itu segera kembali ke Negeri Saba. Mereka melaporkan segala apa yang dilihatnya tentang Sulaiman dan kerajaannya yang jauh lebih besar, megah, dan kuat dibanding negeri Saba. Akhirnya diputuskanlah bahwa Ratu Bilqis akan datang memenuhi permintaan Nabi Sulaiman AS.<br />
<br />
Sulaiman mengetahui perjalanan Bilqis menuju ke negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan suatu mukjizat kepadanya sebagai bukti atas kenabiannya. Sulaiman bertanya kepada jin yang ada di dekatnya, "Siapakah yang sanggup mendatangkan singgasana Bilqis kepadaku untuk melihat kekuasan Allah berlangsung di hadapan mereka?"<br />
Jin Ifrit berkata, "Aku sanggup membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu."<br />
Akan tetapi ada seorang anak buah Sulaiman lainnya yang bernama Ashif bin Barkiya yang memiliki ilmu dari kitab-kitab Samawi berkata, "Aku sanggup mendatangkannya lebih cepat dari kejapan mata."<br />
Maka tiba-tiba saja singgasana itu pun telah ada di hadapan Nabi Sulaiman AS.<br />
<br />
Sementara itu dengan diiringi ribuan prajurit, Ratu Bilqis penguasa Saba datang menemui Nabi Sulaiman di Palestina. Ia benar-benar tercengang menyaksikan keindahan dan kemegahan kerajaan Nabi Sulaiman. Ratu Bilqis merasa malu mengingat betapa dulu ia telah mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk melunakkan hatinya agar Nabi Sulaiman tidak menyerang Negeri Saba.<br />
<br />
Ketika ia masuk ke istana Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman bertanya, "Apakah singgasana ini serupa dengan singgasana kerajaanmu?".<br />
"Ya, sepertinya memang milikku," kata Ratu Bilqis seraya memeriksa singgasana itu. Setelah memeriksanya, akhirnya ia yakin bahwa itu memang singgasananya. Maka berkatalah ia kepada Sulaiman, "Sesungguhnya aku telah mengetahui kekuasaan Allah dan kebenaran kenabianmu sebelum ini, yaitu tatkala datang burung Hudhud membawa surat darimu. Namun yang menghalangi-halangi kami untuk menyatakan keimanan kami adalah karena kami hidup di tengah-tengah kaum yang sudah mendalam kekufurannya. Itulah yang membuat kami menyembunyikan keimanan kami hingga saat ini kami datang menghadapmu."<br />
<br />
Nabi Sulaiman tersenyum lalu mempersilakan Ratu Bilqis memasuki istananya. Lantai di istana itu terbuat dari kaca tipis yang di bawahnya dialiri air. Ratu Bilqis mengira itu benar-benar aliran air sungai, karenanya ia menyingkapkan sedikit kainnya hingga nampaklah betisnya. Nabi Sulaiman segera memberitahu bahwa lantai itu terbuat dari kaca putih yang tipis. Ratu Bilqis tersipu malu. Serta merta ia bersujud dan menyatakan keimanannya kepada Allah SWT.<br />
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan Semesta Alam."<br />
<br />
Wafatnya Nabi Sulaiman AS<br />
Hampir tak seorang pun mengetahui saat kematian Nabi Sulaiman, baik dari golongan jin maupun manusia. Kematian Nabi Sulaiman AS baru diketahui setelah tongkat yang digunakannya bersandar rapuh dimakan rayap dan beliau jatuh tersungkur ke lantai.<br />
<br />
Doa Nabi Sulaiman telah dikabulkan Allah, yaitu tidak ada seorang pun yang memiliki kerajaan besar dan kaya raya seperti kerajaannya. Namun meskipun kaya raya dan berkuasa, Nabi Sulaiman tetap patuh dan tunduk pada perintah Allah SWT.<br />
<br />
Kisah Nabi Sulaiman AS terdapat dalam Al-Quran surat An-Naml: 15-44, dan Saba': 12-14.<br />
<br />
19. Ilyas AS<br />
Nabi Ilyas AS adalah keturunan ke-4 dari Nabi Harun AS. Ia diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, Bani Israil, yang menyembah patung berhala bernama Ba'al. Berulang kali Nabi Ilyas AS memperingatkan kaumnya, namun mereka tetap durhaka.<br />
<br />
Karena itulah Allah SWT menurunkan musibah kekeringan selama bertahun-tahun, sehingga mereka baru tersadar bahwa seruan Nabi Ilyas AS itu benar. Setelah kaumnya tersadar, Nabi Ilyas AS berdoa kepada Allah SWT agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah itu berhenti, dan perekonomian mereka memulih, mereka kembali durhaka kepada Allah SWT. Akhirnya kaum Nabi Ilyas AS kembali ditimpa musibah yang lebih berat daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.<br />
<br />
20. Ilyasa AS<br />
Setelah Nabi Ilyas AS meninggal dunia, ia digantikan oleh anak angkatnya yang bernama Ilyasa. Nabi Ilyasa AS melanjutkan misi ayah angkatnya dan kaumnya kembali taat kepadanya. Selama masa kepemimpinan Nabi Ilyasa ini kaum Bani Israil hidup rukun, tentram, makmur, karena berbakti dan bertakwa kepada Allah. Akan tetapi setelah ia wafat, kaumnya kembali durhaka. Akhirnya kaumnya dilanda kesengsaraan, dan pada saat-saat seperti itu lahirlah Nabi Yunus AS.<br />
<br />
21. Yunus AS<br />
Nabi Yunus bin Mata diutus oleh Allah SWT untuk menghadapi penduduk Ninawa, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan kejahatan. Berulang kali Nabi Yunus AS memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi karena Nabi Yunus AS bukan dari kaum mereka. Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.<br />
<br />
Nabi Yunus AS meninggalkan kaumnya<br />
Karena tak mendapat sambutan yang baik dari penduduk Ninawa, Nabi Yunus memberi ultimatum pada kaumnya, jika dalam tempo 30 hari mereka tidak mau insyaf, tidak bertaubat kepada Allah, maka akan diturunkan siksa. Akan tetapi Allah mencela batas waktu yang ditetapkan Nabi Yunus, dan memerintahnya untuk menambahnya menjadi 40 hari. Nabi Yunus pun menuruti perintah Allah, dan mengabarkan pada kaumnya bahwa batas waktu mereka diubah menjadi 40 hari. Tetapi rupanya kaumnya tidak menggubris tenggang waktu itu. Mereka malah menantang dan berani menunggu datangnya siksa itu.<br />
<br />
Karena kesal, Nabi Yunus lalu pergi meninggalkan penduduk Ninawa menuju suatu tempat. Sepeninggal Nabi Yunus AS, setelah 40 hari tiba-tiba muncullah awan gelap di pagi hari, semakin siang mereka melihat cahaya merah seperti api hendak turun dari langit. Mereka sangat ketakutan. Berbondong-bondong mereka mencari Nabi Yunus, tapi tak ada seorang pun yang tau dimana keberadaannya.<br />
<br />
Mereka lalu bertobat dan berdoa dengan khusyu kepada Allah. Semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, tak ketinggalan juga anak-anak saling menangis dan mengembalikan barang-barang rampasan kepada pemiliknya. Maka Allah SWT menerima taubat mereka, dan mencabut kembali azab-Nya.<br />
<br />
Nabi Yunus AS dalam perut ikan<br />
Setelah meninggalkan kaum Ninawa, Nabi Yunus AS tiba di suatu tempat di pinggir laut. Disana ia menjumpai sejumlah orang yang bergegas naik perahu. Nabi Yunus meminta izin pada mereka agar diperbolehkan ikut, dan mereka mengizinkannya. Namun ketika berada di tengah laut tiba-tiba badai menerjang. Sang Nahkoda meminta salah satu dari penumpang untuk turun agar yang lain terselamatkan. Setelah diundi berkali-kali, selalu nama Nabi Yunus AS yang keluar, sehingga ia pun pasrah. Ia menganggap bahwa itu sudah kehendak Allah SWT, dan ia pun terjun ke laut.<br />
<br />
Begitu melompat ke laut, tiba-tiba seekor ikan besar menelannya dan membawanya ke pantai. Di dalam perut ikan itu Nabi Yunus menyadari kesalahannya telah meninggalkan kaumnya. Ia pun berdoa dan bertaubat kepada Allah memohon ampunannya. Atas kesungguhan doanya, maka sesampainya di pantai, Nabi Yunus dikeluarkan kembali dari perut ikan dalam keadaan sakit dan lemah. Setelah Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Nabi Yunus AS mendapat wahyu agar kembali ke Ninawa untuk membina kaumnya yang sudah sadar itu.<br />
<br />
Kisah Nabi Yunus AS terdapat di Al Qur'an dalam surat Yûnus: 98, As-Saffât: 139-148, dan Al-Anbiyâ: 87-88.<br />
<br />
22. Zakaria AS<br />
Nabi Zakaria AS mendambakan seorang anak<br />
Nabi Zakaria AS adalah pemimpin Bani Israil. Ia sangat mendambakan seorang anak, namun ia merasa pesimis karena usianya yang sudah sangat lanjut. Nabi Zakaria AS lalu berdoa kepada Allah SWT agar diberi seorang anak. Akhirnya doanya terkabul. Di usianya yang ke-90, ia dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Yahya.<br />
<br />
Ketika mendengar kabar yang dibawa oleh malaikat bahwa ia akan dikaruniai anak dan istrinya akan segera mengandung, Zakaria sempat merasa tidak yakin, lalu ia memohon kepada Allah SWT agar diberi tanda untuk mengetahui bilamana istrinya telah hamil. Maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa tandanya ialah dia tidak akan dapat berbicara dengan manusia dan bertukar pikiran kecuali dengan isyarat tangan, mata, menggoyangkan kepala atau semacam itu, dan hal itu berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Selama 3 hari itu, hendaklah ia memperbanyak tasbih di waktu pagi dan petang, karena meskipun tidak dapat berbicara dengan orang lain, namun ia tetap dapat beribadah dan bertasbih.<br />
<br />
Kisah ini tedapat dalam surat Maryam: 7-11.<br />
<br />
Kelahiran Maryam binti Imran<br />
Zakaria adalah paman dan wali pemelihara Maryam binti Imran. Imran adalah salah seorang penguasa dan Ulama Bani Israil yang meninggal dunia ketika Maryam masih dalam kandungan ibunya. Maryam adalah gadis suci yang setiap hari selalu beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di Baitulmakdis. Sesuai nazar yang diucapkan ibunya sejak Maryam masih dalam kandungan, hak pemeliharaan Maryam diperoleh Nabi Zakaria AS melalui undian karena begitu banyaknya ulama Bani Israil yang ingin menjadi wali gadis suci itu.<br />
<br />
Ketika memelihara Maryam, banyak keanehan yang dialami Nabi Zakaria AS yang semakin meyakinkannya bahwa Maryam berada dalam pemeliharaan Allah SWT. Antara lain Nabi Zakaria AS menyaksikan bahwa dalam mihrab Maryam terdapat buah-buahan musim panas, padahal tidak seorang pun dapat masuk kesana, lagipula saat itu adalah musim dingin. Maryam mengatakan bahwa buah-buahan itu datang dari Allah SWT.<br />
<br />
Kisah kelahiran Maryam dan pemeliharaan Nabi Zakaria AS terhadapnya terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 35-37 dan 42-44.<br />
<br />
Wafatnya Nabi Zakaria AS<br />
Yahya putra Zakaria meninggal lebih dulu daripada ayahnya. Setelah kematian Yahya, perhatian orang-orang yang beriman beralih kepada Nabi Zakaria AS yang sudah tua. Mereka meminta pendapat tentang masalah pernikahan antara ayah dan kemenakan yang ingin dilakukan oleh Raja Hirodus, namun sama seperti Nabi Yahya AS, Nabi Zakaria AS juga tetap berpegang teguh pada syariat Taurat bahwa pernikahan semacam itu diharamkan.<br />
<br />
Akibat sikapnya ini, Raja Hirodus menjadi marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Nabi Zakaria AS. Namun rakyat melindungi nabi yang sudah berusia lanjut itu. Sampai pada suatu hari, Nabi Zakaria AS bersembunyi di sebuat hutan, mendadak hutan itu dikepung oleh bala tentara Hirodus yang dibantu tentara Romawi. Nabi Zakaria AS melihat sebuah pohon besar yang bagian tengahnya membelah. Masuklah ia ke dalam pohon itu, sehingga tentara Hirodus tak dapat menemukannya.<br />
<br />
Tetapi iblis yang menyerupai wujud manusia memberitahukan tempat persembunyian Nabi Zakaria AS ini kepada tentara Hirodus. Para prajurit itu sebenarnya tidak terlalu percaya, namun mereka menggergaji pula pohon yang dimaksud. Mendadak dari pohon itu keluar darah. Dengan demikian mereka mengira telah membunuh Nabi Zakaria AS.<br />
Benarkah demikian?<br />
Hanya Allah SWT yang Maha Tahu apa sebenarnya yang telah menimpa diri Nabi Zakaria AS.<br />
<br />
23. Yahya AS<br />
Nabi Yahya AS adalah putra tunggal Nabi Zakaria AS. Meskipun ia dilahirkan oleh pasangan yang sudah sangat tua, namun ia tetap tumbuh sebagai manusia yang normal dan sehat. Kisah kelahiran Nabi Yahya AS terdapat dalam surat Ali-'Imrân: 38-41.<br />
<br />
Oleh kaumnya, Nabi Yahya AS dikenal sebagai orang alim, menguasai soal-soal keagamaan, dan hapal kitab Taurat, dan menjadi hakim dalam hukum agama. Dalam usahanya menegakkan kebenaran, Yahya dikenal sangat berani.<br />
<br />
Pada masa itu, Hirodus, penguasa Palestina, merencanakan menikah dengan kemenakannya sendiri, Hirodia. Hirodia sendiri merasa senang jika diperistri oleh seorang raja. Ia adalah seorang gadis yang haus kekuasan dan harta.<br />
<br />
Yahya melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Yahya. Raja menjadi malu dan murka. Ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Yahya, bahkan bila perlu membunuhnya.<br />
<br />
Maka suatu hari, dengan berdandan cantik Hirodia datang menemui Yahya di rumahnya. Ia mencoba merayu Yahya untuk melakukan perbuatan mesum. Ia berharap sesudah melakukan perbuatan nista itu Yahya akan menjadi penurut dan tidak lagi menentang pernikahannya dengan Raja Hirodus. Tentu saja rayuan ini ditolak dengan tegas oleh Yahya. Pemuda itu tidak tergoda sedikit pun, bahkan sebaliknya ia merasa jijik dengan sikap Hirodia yang sangat tidak bermoral itu. Ia mengusir Hirodia dengan suara sangat keras seolah menggelegar di telinga Hirodia. Hirodia merasa malu dan terhina sekali, karenanya ia merasa dendam dan sangat membenci Yahya.<br />
<br />
Ia lalu memfitnah Yahya dengan mengadu kepada Hirodus bahwa Yahya telah mencoba memperkosanya. Tentu saja fitnahan Hirodia ini membakar kemarahan Raja Hirodus. Ia mengutus bala tentaranya untuk memenggal kepala Yahya. Para tentara itu sebenarnya keberatan, namun jika menolak mereka diancam dengan hukuman yang sangat berat. Maka dengan segala cara mereka berusaha menangkap Yahya, membawanya ke penjara dan memenggal kepalanya disana.<br />
<br />
Nabi Yahya AS dikenal sebagai seorang pembabtis, yaitu memandikan orang-orang berdosa yang bertaubat di tepi sungai Yordan. Pemandian itu bukan berarti mensucikan dosa, melainkan hanya sebagai tanda bahwa orang yang dimandikan telah bertaubat. Jadi taubatnya inilah yang insya Allah akan mensucikan dosanya.<br />
<br />
24. Isa AS<br />
Kelahiran Isa yang aneh<br />
Di antara kekuasaan Allah adalah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, serta menciptakan Isa tanpa ayah.<br />
Ya, Nabi Isa AS adalah putra Maryam binti Imran yang dilahirkan tanpa ayah, karena Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki.<br />
<br />
Maryam adalah wanita salehah yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di Baitulmakdis. Suatu ketika ia didatangi malaikat yang memberitahukan bahwa ia mengandung atas seizin Allah SWT. Maryam merasa sangat sedih dan cemas karena khawatir namanya akan tercemar. Menjelang kelahiran bayinya, ia segera meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Di bawah sebatang pohon kurma, jauh dari tempat asalnya, Maryam melahirkan.<br />
<br />
Peristiwa aneh ini akhirnya diketahui juga oleh penduduk. Mereka menuduh Maryam berbuat zina, namun keajaiban terjadi, bayi yang baru dilahirkan itu menyelamatkan ibunya dengan ucapan yang fasih bahwa ibunya tidak melakukan kesalahan dan semua ini terjadi semata-mata kehendak Allah SWT. Bayi Maryam inilah yang kelak menjadi Nabi Isa AS.<br />
Kisah kelahiran Nabi Isa AS terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 45-48, dan 59, surat Maryam: 16-35, Al-Anbiyâ: 91, dan At-Tahrîm: 12.<br />
<br />
Mukjizat Nabi Isa AS<br />
Sejak kecil, Isa telah menunjukkan perilaku yang berbeda dibanding anak-anak sebayanya. Ia sangat haus ilmu pengetahuan. Sejak usia 12 tahun ia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan menghadiri pertemuan serta diskusi para ulama di Baitulmakdis.<br />
<br />
Nabi Isa AS, yang dalam agama Nasrani dikenal dengan nama Yesus Kristus, menerima tugas kenabian pada usia 30 tahun di Bukit Zaitun. Ia segera memproklamasikan kerasulannya pada Bani Israil. Saat itu kehidupan keagamaan Bani Israil sudah jauh menyimpang dari ajaran Nabi Musa AS. Bahkan sebagian dari mereka telah murtad.<br />
<br />
Para pemuka Bani Israil menuntut Isa membuktikan kenabiannya. Allah SWT memberikan banyak mukjizat bagi Isa, diantaranya ia dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan sejumlah penyakit, menyembuhkan mata orang yang buta sejak lahir, membuat burung hidup dari tanah liat, dan memberitahukan kepada orang-orang tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.<br />
Mukjizatnya ini ditunjukkan pada Bani Israil, dan dalam waktu relatif singkat, Nabi Isa AS berhasil memperoleh banyak pengikut.<br />
<br />
Selain mukjizat-mukjizat tsb, Allah SWT juga menganugerahi kitab Injil.<br />
Sejumlah keistimewaan Nabi Isa AS dikisahkan dalam Al Qur'an surat Ãli-'Imrân: 49-50 dan Al-Mâ'idah: 110.<br />
<br />
Kabar tentang akan datangnya Nabi Akhir Zaman<br />
Di antara tugas Nabi Isa AS adalah memberitahukan tentang akan datangnya utusan Allah di akhir zaman yang bernama Ahmad, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shâf: 6.<br />
<br />
Dan (ingatlah) ketika 'Isa putera Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata. (QS. 61:6)<br />
Isa menyebut nama Muhammad dengan perkataan Paraclet yang berasal dari kata Piracletus dalam bahasa Yunani. Kata ini memang terdapat dalam Injil bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, Piracletus artinya yang terpuji. Arti ini sama dengan kata bahasa Arab Ahmad (=terpuji) atau Muhammad (=orang yang terpuji).<br />
<br />
Pengangkatan Isa ke sisi Allah SWT<br />
Nabi Isa AS diutus oleh Allah kepada Bani Israil untuk meluruskan akhlak kaum Bani Israil yang telah menyimpang dari ajaran Taurat dan Zabur yang dibawa oleh Nabi Musa AS dan Nabi Daud AS. Dalam berdakwah, Nabi Isa AS didampingi para sahabatnya yang disebut al-Hawâriyyûn, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani Israil.<br />
<br />
Nama-nama ke-12 hawari itu menurut Injil adalah sebagai berikut:<br />
<br />
Simon bin Yunus (alias Petrus)<br />
Andreas bin Yunus<br />
Yakub bin Zabdi<br />
Yahya bin Zabdi (alias Yohannes)<br />
Pilipus<br />
Natanael (alias Bartolomius)<br />
Thomas<br />
Matius bin Alpius (alias Lewi, pemungut cukai dari Kapernaum)<br />
Yakub bin Alpius<br />
Lebeus (alias Tadius)<br />
Simon Zelotes (dari Kanani)<br />
Yudas Iskariot<br />
Kisah para sahabat Nabi Isa AS ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Nabi Isa AS menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa AS.<br />
<br />
Karena makin lama pengikut Isa AS semakin banyak, para pemuka Yahudi makin kehilangan pengaruh. Mereka lalu membuat sejumlah tuduhan palsu terhadap Isa yang mengakibatkan pihak penguasa Romawi memutuskan untuk menangkap Isa. Allah SWT yang melindungi rasul-Nya menyelamatkan Isa dengan mengangkatnya ke sisi-Nya. Sementara itu, Yudas, murid Isa AS yang munafik dan berkhianat dengan menunjukkan tempat persembunyian Nabi Isa AS kepada musuh yang mengejarnya, wajahnya dibuat oleh Allah SWT menjadi serupa dengan Isa AS, sehingga dialah yang kemudian diambil pasukan raja dan disalib di tiang kayu.<br />
Kisah ini terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 55 dan An-Nisâ: 157-158.<br />
<br />
Menurut riwayat, 6 tahun setelah pengangkatan Nabi Isa AS, Maryam wafat dan dimakamkan di sebuah gereja di Baitulmakdis. Sementara itu para al-Hawâriyyûn yang selamat dari pengejaran berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa AS secara sembunyi-sembunyi<br />
<br />
25. Muhammad SAW<br />
Nabi Muhammad SAW adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari yang tertinggi di antara 5 rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. 46: 35). Keempat rasul lainnya dalam Ulul Azmi tsb ialah Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Nuh AS.<br />
<br />
Kelahiran Nabi Muhammad SAW<br />
Masa pengasuhan Haliman binti Abi Du'aib as-Sa'diyah<br />
Tanda-tanda kenabian<br />
Gelar al-Amin<br />
Pernikahan dengan Khadijah<br />
Wahyu pertama<br />
Dakwah Nabi Muhammad SAW<br />
Aksi-aksi menentang Dakwah Nabi Muhammad SAW<br />
Peristiwa Isra Mi'raj<br />
Hijrah<br />
Terbentuknya Negara Madinah<br />
Perang Badr<br />
Perang Uhud<br />
Perang Khandaq<br />
Perjanjian Hudaibiyah<br />
Penyebaran Islam ke negeri-negeri lain<br />
Kembali ke Mekah<br />
Ibadah haji terakhir<br />
Kembali ke Madinah<br />
Wafatnya Nabi SAW<br />
Ummul Mukminin<br />
<br />
Kelahiran Nabi Muhammad SAW<br />
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.<br />
<br />
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).<br />
<br />
Dalam penyerangan Ka'bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia.<br />
Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fîl: 1-5.<br />
<br />
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah, Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Muhammad. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia.<br />
<br />
Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muttalib, "Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian." Abdul Muttalib menjawab, "Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya."<br />
<br />
Masa pengasuhan Haliman binti Abi Du'aib as-Sa'diyah<br />
Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa'ad datang ke Mekah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa'ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah, dekat kota Ta'if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya.<br />
<br />
di antara ibu-ibu tsb terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du'aib as Sa'diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karenanya ia sempat ragu untuk mengasuh Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa bayi Muhammad sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.<br />
<br />
Ternyata kehadiran Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.<br />
<br />
Tanda-tanda kenabian<br />
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa.<br />
Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.<br />
<br />
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad SAW, "Assalamu 'Alaika ya Muhammad," padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.<br />
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, "Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit."<br />
<br />
Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.<br />
<br />
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul Muttalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW. Namun kemudian Abdul Muttalib pun meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abi Thalib.<br />
<br />
Ketika berusia 12 tahun, Abi Thalib mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW.<br />
<br />
Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya. "Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu," pikirnya.<br />
<br />
Pendeta itu pun berjalan menyongsong iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan. Setelah berbincang-bincang dengan Abi Thalib dan Muhammad SAW sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian.<br />
<br />
Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah berpesan pada Abi Thalib, "Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan."<br />
<br />
Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abi Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekah.<br />
<br />
Gelar al-Amin<br />
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl, suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak. Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al-Amîn, yang artinya orang yang terpercaya.<br />
<br />
Selain itu ia juga terkenal sebagai orang yang adil dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Suatu ketika bangunan Ka'bah rusak karena banjir. Penduduk Mekah kemudian bergotong-royong memperbaiki Ka'bah. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu dari mereka kemudian berkata, "Serahkan putusan ini pada orang yang pertama memasuki pintu Shafa ini."<br />
Mereka semua menunggu, kemudian tampaklah Muhammad SAW muncul dari sana. Semua hadirin berseru, "Itu dia al-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya."<br />
<br />
Setelah mengerti duduk perkaranya, Muhammad SAW lalu membentangkan sorbannya di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta semua kepala suku memegang tepi sorban itu dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian yang diharapkan, Muhammad SAW meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku tsb dan mereka pun puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu.<br />
<br />
Pernikahan dengan Khadijah<br />
Pada usia 25 tahun, atas permintaan Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar kaya raya, Muhammad SAW berangkat ke Suriah membawa barang dagangan saudagar wanita yang telah lama menjanda itu. Ia dibantu oleh Maisaroh, seorang pembantu lelaki yang telah lama bekerja pada Khadijah. Sejak pertemuan pertama dengan Muhammad SAW, Khadijah telah menaruh simpati melihat penampilan Muhammad SAW yang sopan itu. Kekagumannya semakin bertambah mengetahui hasil penjualan yang dicapai Muhammad SAW di Suriah melebihi perkiraannya.<br />
<br />
Akhirnya Khadijah mengutus Maisaroh dan teman karibnya, Nufasah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad SAW. Khadijah yang berusia 40 tahun, melamar Muhammad SAW untuk menjadi suaminya.<br />
Setelah bermusyawarah dengan keluarganya, lamaran itu akhirnya diterima dan dalam waktu dekat segera diadakan upacara pernikahan dengan sederhana. yang hadir dalam acara itu antara lain Abi Thalib, Waraqah bin Nawfal dan Abu Bakar as-Siddiq.<br />
<br />
Pernikahan bahagia itu dikaruniai 6 orang anak, terdiri dari 2 anak lelaki bernama Al-Qasim dan Abdullah, dan 4 anak perempuan bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua anak lelakinya meninggal selagi masih kecil. Nabi Muhammad SAW tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal, saat Muhammad SAW berusia 50 tahun.<br />
<br />
Dalam kehidupan rumah-tangganya dengan Khadijah, Muhammad SAW tidak pernah menyakiti hati istrinya. Sebaliknya istrinya pun ikhlas menyerahkan segalanya pada suaminya. Kekayaan istrinya digunakan oleh Muhammad SAW untuk membantu orang-orang miskin dan tertindas. Budak-budak yang telah dimiliki Khadijah sebelum pernikahan mereka, semuanya ia bebaskan, salah satunya adalah Zaid bin Haritsah yang kemudian menjadi anak angkatnya.<br />
<br />
Wahyu pertama<br />
Menjelang usianya yang ke-40, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira, sekitar 6 km sebelah timur kota Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana. Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611, ia melihat cahaya terang benderang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul di hadapannya sambil berkata, "Iqra' (bacalah)." Lalu Muhammad SAW menjawab, "Mâ anâ bi qâri' (saya tidak dapat membaca)." Mendengar jawaban Muhammad SAW, Jibril lalu memeluk tubuh Muhammad SAW dengan sangat erat, lalu melepaskannya dan kembali menyuruh Muhammad SAW membaca. Namun setelah dilakukan sampai 3 kali dan Muhammad SAW tetap memberikan jawaban yang sama, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT pertama, yang artinya:<br />
<br />
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang Paling Pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. 96: 1-5)<br />
Saat itu Muhammad SAW berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul.<br />
<br />
Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tsb, dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad SAW pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah, "Selimuti aku, selimuti aku." Sekujur tubuhnya terasa panas dan dingin berganti-ganti. Setelah lebih tenang, barulah ia bercerita kepada istrinya. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW datang pada saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata, "Aku telah bersumpah dengan nama Tuhan, yang dalam tangan-Nya terletak hidup Waraqah, Tuhan telah memilihmu menjadi nabi kaum ini. An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadamu. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu, mereka akan memusuhimu, dan mereka akan melawanmu. Sungguh, sekiranya aku dapat hidup pada hari itu, aku akan berjuang membelamu."<br />
<br />
Dakwah Nabi Muhammad SAW<br />
Wahyu berikutnya adalah surat Al-Muddatsir: 1-7, yang artinya:<br />
<br />
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah. (QS. 74: 1-7)<br />
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak ibunya masih hidup.<br />
<br />
Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam.<br />
<br />
Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi SAW menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.<br />
<br />
Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi Muhammad SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa, sambil berdiri di sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena Muhammad SAW adalah orang yang terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah terjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga mereka pun berkumpul di sekitar Nabi SAW.<br />
<br />
Untuk menarik perhatian, mula-mula Nabi SAW berkata, "Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang bukit ini ada pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?"<br />
Dengan serentak mereka menjawab, "Percaya, kami tahu saudara belum pernah berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya. Saudara yang mendapat gelar al-Amin."<br />
Kemudian Nabi SAW meneruskan, "Kalau demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi peringatan). Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya kamu hanya menyembah Allah saja. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya."<br />
<br />
Tapi khotbah ini ternyata membuat orang-orang yang berkumpul itu marah, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengejeknya gila. Pada saat itu, Abu Lahab berteriak, "Celakalah engkau hai Muhammad. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?"<br />
Sebagai balasan terhadap ucapan Abu Lahab tsb turunlah ayat Al-Qur'an yang artinya:<br />
<br />
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. 111: 1-5)<br />
Aksi-aksi menentang Dakwah Nabi Muhammad SAW<br />
Reaksi-reaksi keras menentang dakwah Nabi SAW bermunculan, namun tanpa kenal lelah Nabi Muhammad SAW terus melanjutkan dakwahnya, sehingga hasilnya mulai nyata. Hampir setiap hari ada yang menggabungkan diri dalam barisan pemeluk agama Islam. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang miskin serta lemah. Meskipun sebagian dari mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat yang mendorong mereka beriman sangat membaja.<br />
<br />
Tantangan dakwah terberat datang dari para penguasa Mekah, kaum feodal, dan para pemilik budak. Mereka ingin mempertahankan tradisi lama disamping juga khawatir jika struktur masyarakat dan kepentingan-kepentingan dagang mereka akan tergoyahkan oleh ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada keadilan sosial dan persamaan derajat. Mereka menyusun siasat untuk melepaskan hubungan keluarga antara Abi Thalib dan Nabi Muhammad SAW dengen cara meminta pada Abu Thalib memilih satu di antara dua: memerintahkan Muhammad SAW agar berhenti berdakwah, atau menyerahkannya kepada mereka. Abi Thalib terpengaruh oleh ancaman itu, ia meminta agar Muhammad SAW menghentikan dakwahnya. Tetapi Muhammad SAW menolak permintaannya dan berkata, "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya."<br />
Mendengar jawaban ini, Abi Thalib pun berkata, "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu".<br />
<br />
Gagal dengan cara pertama, kaum Quraisy lalu mengutus Walid bin Mugirah menemui Abi Thalib dengan membawa seorang pemuda untuk dipertukarkan dengan Muhammad SAW. Pemuda itu bernama Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan. Walid bin Mugirah berkata, "Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan kepada kami Muhammad untuk kami bunuh, karena dia telah menentang kami dan memecah belah kita".<br />
Usul Quraisy itu ditolak mentah-mentah oleh Abi Thalib dengan berkata, "Sungguh jahat pikiran kalian. Kalian serahkan anak kalian untuk saya asuh dan beri makan, dan saya serahkan kemenakan saya untuk kalian bunuh. Sungguh suatu penawaran yang tak mungkin saya terima."<br />
<br />
Kembali mengalami kegagalan, berikutnya mereka menghadapi Nabi Muhammad SAW secara langsung. Mereka mengutus Utbah bin Rabi'ah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi SAW. Mereka menawarkan takhta, wanita, dan harta yang mereka kira diinginkan oleh Nabi SAW, asal Nabi SAW bersedia menghentikan dakwahannya. Namun semua tawaran itu ditolak oleh Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan, "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini, hingga agama ini memang atau aku binasa karenanya."<br />
<br />
Setelah gagal dengan cara-cara diplomatik dan bujuk rayu, kaum Quraisy mulai melakukan tindak kekerasan. Budak-budak mereka yang telah masuk Islam mereka siksa dengan sangat kejam. Mereka dipukul, dicambuk, dan tidak diberi makan dan minum. Salah seorang budak bernama Bilal, mendapat siksaan ditelentangkan di atas pasir yang panas dan di atas dadanya diletakkan batu yang besar dan berat.<br />
<br />
Setiap suku diminta menghukum anggota keluarganya yang masuk Islam sampai ia murtad kembali. Usman bin Affan misalnya, dikurung dalam kamar gelap dan dipukul hingga babak belur oleh anggota keluarganya sendiri. Secara keseluruhan, sejak saat itu umat Islam mendapat siksaan yang pedih dari kaum Quraisy Mekah. Mereka dilempari kotoran, dihalangi untuk melakukan ibadah di Ka'bah, dan lain sebagainya.<br />
<br />
Kekejaman terhadap kaum Muslimin mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah. Dengan pertimbangan yang mendalam, pada tahun ke-5 kerasulannya, Nabi SAW menetapkan Abessinia atau Habasyah (Ethiopia sekarang) sebagai negeri tempat pengungsian, karena raja negeri itu adalah seorang yang adil, lapang hati, dan suka menerima tamu. Nabi SAW merasa pasti rombongannya akan diterima dengan tangan terbuka.<br />
<br />
Rombongan pertama terdiri dari 10 orang pria dan 5 orang wanita. di antara rombongan tsb adalah Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayah (putri Rasulullah SAW), Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf. Kemudian menyusul rombongan kedua yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Beberapa sumber menyatakan jumlah rombongan ini lebih dari 80 orang.<br />
<br />
Berbagai usaha dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habasyah ini, termasuk membujuk raja negeri tsb agar menolak kehadiran umat Islam disana. Namun berbagai usaha itu pun gagal. Semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, justru semakin bertambah jumlah yang memeluk Islam. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman tsb, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Dengan masuk Islamnya dua orang yang dijuluki "Singa Arab" itu, semakin kuatlah posisi umat Islam dan dakwah Muhammad SAW pada waktu itu.<br />
<br />
Hal ini membuat reaksi kaum Quraisy semakin keras. Mereka berpendapat bahwa kekuatan Nabi Muhammad SAW terletak pada perlindungan Bani Hasyim, maka mereka pun berusaha melumpuhkan Bani Hasyim dengan melaksanakan blokade. Mereka memutuskan segala macam hubungan dengan suku ini. Tidak seorang pun penduduk Mekah boleh melakukan hubungan dengan Bani Hasyim, termasuk hubungan jual-beli dan pernikahan. Persetujuan yang mereka buat dalam bentuk piagam itu mereka tanda-tangani bersama dan mereka gantungkan di dalam Ka'bah. Akibatnya, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya mengungsi ke suatu lembah di luar kota Mekah.<br />
<br />
Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian Muhammad SAW dan berlangsung selama 3 tahun itu merupakan tindakan yang paling menyiksa. Pemboikotan itu berhenti karena terdapat beberapa pemimpin Quraisy yang menyadari bahwa tindakan pemboikotan itu sungguh keterlaluan. Kesadaran itulah yang mendorong mereka melanggar perjanjian yang mereka buat sendiri. Dengan demikian Bani Hasyim akhirnya dapat kembali pulang ke rumah masing-masing.<br />
<br />
Setelah Bani Hasyim kembali ke rumah mereka, Abi Thalib, paman Nabi SAW yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari kemudian, Khadijah, istrinya, juga meninggal dunia. Tahun ke-10 kenabian ini benar-benar merupakan Tahun Kesedihan ('Âm al-Huzn) bagi Nabi Muhammad SAW. Telebih sepeninggal dua pendukungnya itu, kaum Quraisy tidak segan-segan melampiaskan kebencian kepada Nabi SAW. Hingga kemudian Nabi SAW berusaha menyebarkan dakwah ke luar kota, yaitu ke Ta'if. Namun reaksi yang diterima Nabi SAW dari Bani Saqif (penduduk Ta'if), tidak jauh berbeda dengan penduduk Mekah. Nabi SAW diejek, disoraki, dilempari batu sampai ia luka-luka di bagian kepala dan badannya.<br />
<br />
Peristiwa Isra Mi'raj<br />
Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi'raj.<br />
Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem.<br />
Mi'raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilaksa ke langit melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT.<br />
<br />
Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam.<br />
Peristiwa Isra Mi'raj ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Isrâ' ayat 1.<br />
<br />
Hijrah<br />
Harapan baru bagi perkembangan Islam muncul dengan datangnya jemaah haji ke Mekah yang berasal dari Yatsrib (Madinah). Nabi Muhammad SAW memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebarkan agama Allah SWT dengan mendatangi kemah-kemah mereka. Namun usaha ini selalu diikuti oleh Abu Lahab dan kawan-kawannya dengan mendustakan Nabi SAW.<br />
<br />
Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan 6 orang dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib. Setelah Nabi SAW menyampaikan pokok-pokok ajaran Islam, mereka menyatakan diri masuk Islam di hadapan Nabi SAW. Mereka berkata, "Bangsa kami sudah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya kini Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaramu dan ajaran-ajaran yang kamu bawa. Oleh karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari kamu ini."<br />
<br />
Pada musim haji tahun berikutnya, datanglah delegasi Yatsrib yang terdiri dari 12 orang suku Khazraj dan Aus. Mereka menemui Nabi SAW di suatu tempat bernama Aqabah. Di hadapan Nabi SAW, mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Karena ikrar ini dilakukan di Aqabah, maka dinamakan Bai'at Aqabah. Rombongan 12 orang tsb kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus oleh Nabi SAW atas permintaan mereka.<br />
<br />
Pada musim haji berikutnya, jemaah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 75 orang, termasuk 12 orang yang sebelumnya telah menemui Nabi SAW di Aqabah. Mereka meminta agar Nabi SAW bersedia pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi SAW dari segala ancaman. Nabi SAW menyetujui usul yang mereka ajukan.<br />
<br />
Mengetahui adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib, kaum Quraisy menjadi semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Secara diam-diam, berangkatlah rombongan-rombongan muslimin, sedikit demi sedikit, ke Yatsrib. Dalam waktu 2 bulan, kurang lebih 150 kaum muslimin telah berada di Yatsrib. Sementara itu Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar as-Sidiq tetap tinggal di Mekah bersama Nabi SAW, membelanya sampai Nabi SAW mendapat wahyu untuk hijrah ke Yatsrib.<br />
<br />
Kaum Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW sebelum ia sempat menyusul umatnya ke Yatsrib. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.<br />
<br />
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman. Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.<br />
<br />
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.<br />
<br />
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:<br />
<br />
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit).<br />
Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi,<br />
Wahai orang yang diutus kepada kami,<br />
engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati.<br />
Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya. Tetapi Nabi SAW hanya berkata, "Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."<br />
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.<br />
<br />
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.<br />
<br />
Terbentuknya Negara Madinah<br />
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.<br />
<br />
Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin). Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari golongan Anshar. Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.<br />
<br />
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang.<br />
Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.<br />
<br />
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Perjanjian tsb diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq Madînah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.<br />
<br />
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin.<br />
<br />
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.<br />
<br />
Ekspedisi-ekspedisi tsb sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.<br />
<br />
Perang Badr<br />
Perang Badr yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.<br />
<br />
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).<br />
<br />
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.<br />
<br />
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.<br />
<br />
Tidak lama setelah perang Badr, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.<br />
<br />
Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.<br />
<br />
Perang Uhud<br />
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr.<br />
Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi.<br />
Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang.<br />
<br />
Perang pun berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.<br />
Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran.<br />
Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.<br />
<br />
Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.<br />
<br />
Perang Khandaq<br />
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).<br />
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.<br />
<br />
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.<br />
<br />
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.<br />
<br />
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.<br />
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.<br />
<br />
Perjanjian Hudaibiyah<br />
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.<br />
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah.<br />
Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.<br />
<br />
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara lain:<br />
<br />
Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.<br />
Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.<br />
Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.<br />
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai tahun berikutnya.<br />
Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.<br />
Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.<br />
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.<br />
Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini:<br />
<br />
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.<br />
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.<br />
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.<br />
<br />
Penyebaran Islam ke negeri-negeri lain<br />
Gencatan senjata dengan penduduk Mekah memberi kesempatan kepada Nabi SAW untuk mengalihkan perhatian ke berbagai negeri-negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh oleh Nabi SAW kemudian adalah dengan mengirim utusan dan surat ke berbagai kepala negara dan pemerintahan.<br />
<br />
di antara raja-raja yang dikirimi surat oleh Nabi SAW adalah raja Gassan dari Iran, raja Mesir, Abessinia, Persia, dan Romawi. Memang dengan cara itu tidak ada raja-raja yang masuk Islam, namun setidaknya risalah Islam sudah sampai kepada mereka. Reaksi para raja itu pun ada yang menolak dengan baik dan simpatik sambil memberikan hadiah, ada pula yang menolak dengan kasar.<br />
<br />
Raja Gassan termasuk yang menolak dengan kasar. Utusan yang dikirim Nabi SAW dibunuhnya dengan kejam. Sebagai jawaban, Nabi SAW kemudian mengirim pasukan perang sebanyak 3.000 orang dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah. Peperangan terjadi di Mu'tah, sebelah utara Semenanjung Arab.<br />
<br />
Pasukan Islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Gassan yang mendapat bantuan langsung dari Romawi. Beberapa syuhada gugur dalam pertempuran melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. di antara mereka yang gugur adalah Zaid bin Haritsah sendiri, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Abi Rawahah.<br />
Melihat kekuatan yang tidak seimbang itu, Khalid bin Walid, bekas panglima Quraisy yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan Islam menarik diri dan kembali ke Madinah.<br />
<br />
Perang melawan tentara Gassan dan pasukan Romawi ini disebut dengan Perang Mu'tah.<br />
<br />
Kembali ke Mekah<br />
Selama 2 tahun Perjanjian Hudaibiyah, dakwah Islam sudah menjangkau Semenanjung Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Semenanjung Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, telah menggabungkan diri ke dalam Islam. Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata telah menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang Quraisy membatalkan perjanjian tsb. Mereka menyerang Bani Khuza'ah yang berada di bawah perlindungan Islam hanya karena kabilah ini berselisih dengan Bani Bakar yang menjadi sekutu Quraisy. Sejumlah orang Kuza'ah mereka bunuh dan sebagian lainnya dicerai-beraikan. Bani Khuza'ah segera mengadu pada Nabi Muhammad SAW dan meminta keadilan.<br />
<br />
Rasulullah SAW segera bertolak dengan 10.000 orang tentara untuk melawan kaum musyrik Mekah itu. Kecuali perlawanan kecil dari kaum Ikrimah dan Safwan, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesukaran memasuki kota Mekah. Nabi SAW memasuki kota itu sebagai pemenang. Pasukan Islam memasuki kota Mekah tanpa kekerasan. Mereka kemudian menghancurkan patung-patung berhala di seluruh negeri. Allah SWT berfirman:<br />
<br />
"...Kebenaran sudah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."(QS. 17: 81)<br />
Setelah melenyapkan berhala-berhala itu, Nabi SAW berkhotbah menjanjikan ampunan bagi orang-orang Quraisy. Setelah khotbah tsb, berbondong-bondong mereka datang dan masuk Islam. Ka'bah bersih dari berhala dan tradisi-tradisi serta kebiasaan-kebiasaan musyrik.<br />
Sejak itu, Mekah kembali berada di bawah kekuasaan Nabi SAW.<br />
<br />
Setelah Mekah dapat dikalahkan, masih terdapat suku-suku Arab yang menentang, yaitu Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani Jusyam. Suku-suku ini berkomplot membentuk satu pasukan untuk memerangi Islam karena ingin menuntut bela atas berhala-berhala mereka yang diruntuhkan Nabi SAW dan umat Islam di Ka'bah. Pasukan mereka dipimpin oleh Malik bin Auf (dari Bani Nasr).<br />
Dalam perjalanan mereka ke Mekah, mereka berkemah di Lembah Hunain yang sangat strategis.<br />
<br />
Kurang lebih 2 minggu kemudian, Nabi SAW memimpin sekitar 12.000 tentara menuju Hunain. Saat melihat banyak pasukan Islam yang gugur, sebagian pasukan yang masih hidup menjadi goyah dan kacau balau, sehingga Nabi SAW kemudian memberi semangat dan memimpin langsung peperangan tsb. Akhirnya umat Islam berhasil menang. Pasukan musuh yang melarikan diri ke Ta'if terus diburu selama beberap minggu sampai akhirnya mereka menyerah. Pemimpin mereka, Malik bin Auf, menyatakan diri masuk Islam.<br />
<br />
Dengan ditaklukannya Bani Saqif dan Bani Hawazin, kini seluruh Semenanjung Arab berada di bawah satu kepemimpinan, yaitu kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraclius, pemimpin Romawi, menyusun pasukan besar di Suriah, kawasan utara Semenanjung Arab yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Gassan dan Bani Lachmides.<br />
<br />
Dalam masa panen dan pada musim yang sangat panas, banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi kemudian menarik diri setelah melihat betapa besarnya pasukan yang dipimpin Nabi SAW. Nabi SAW sendiri tidak melakukan pengejaran, melainkan ia berkemah di Tabuk. Disini Nabi SAW membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam.<br />
<br />
Perang yang terjadi di Tabuk ini merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.<br />
<br />
Pada tahun 9 dan 10 H banyak suku dari seluruh pelosok Arab yang mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan tunduk kepada Nabi SAW. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk Arab. Oleh karena itu, tahun ini disebut dengan Tahun Perutusan atau 'Âm al-Bi'sah. Mereka yang datang ke Mekah, rombongan demi rombongan, mempelajari ajaran-ajaran Islam dan setelah itu kembali ke negeri masing-masing untuk mengajarkan kepada kaumnya. Dengan cara ini, persatuan Arab terbentuk. Peperangan antar suku yang berlangsung selama ini berubah menjadi persaudaraan agama. Pada saat itu turunlah firman Allah SWT:<br />
<br />
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. 110: 1-3)<br />
Kini apa yang ditugaskan kepada Nabi Muhammad SAW sudah tercapai.<br />
Di tengah-tengah suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban, telah lahir seorang nabi.<br />
Ia telah berhasil membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada mereka dan mensucikannya serta mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, padahal sebelumnya mereka berada dalam kegelapan yang pekat.<br />
Pada awalnya Nabi Muhammad SAW mendapati mereka bergelimang dalam ketakhyulan yang merendahkan derajat manusia, lalu ia mengilhami mereka dengan kepercayaan kepada satu-satunya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kasih Sayang.<br />
Saat mereka bercerai-berai dan terlibat dalam peperangan yang seolah tak ada habisnya, dipersatukannya mereka dalam ikatan persaudaraan.<br />
Kalau sebelumnya Semenanjung Arab berada dalam kegelapan rohani, maka ia datang membawa cahaya terang-benderang untuk menyinari rohani mereka.<br />
<br />
Pekerjaannya selesai sudah, dan seluruhnya dikerjakan dengan baik semasa hidupnya.<br />
Disinilah letak keunggulan Nabi Muhammad SAW dibanding dengan nabi-nabi yang lain.<br />
<br />
Ibadah haji terakhir<br />
Pada tahun 10 H, Nabi SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada'.<br />
Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632 Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya.<br />
<br />
Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain:<br />
<br />
larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq (benar) dan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah), karena nyawa dan harta benda adalah suci.<br />
larangan riba dan larangan menganiaya<br />
perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik serta lemah lembut<br />
perintah menjauhi dosa<br />
semua pertengkaran di antara mereka di zaman Jahiliah harus dimaafkan<br />
pembalasan dengan tebusan darah sebagaimana yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan<br />
persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan<br />
hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, yaitu mereka memakan apa yang dimakan majikannya dan memakai apa yang dipakai majikannya<br />
dan yang terpenting, bahwa umat Islam harus selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tak akan pernah usang, yaitu Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW.<br />
Setelah itu Nabi SAW bertanya kepada seluruh jemaah, "Sudahkan aku menyampaikan amanat Allah, kewajibanku, kepada kamu sekalian?"<br />
Jemaah yang ada di hadapannya segera menjawab, "Ya, memang demikian adanya."<br />
Nabi Muhammad SAW kemudian menengadah ke langit sambil mengucapkan, "Ya Allah, Engkaulah menjadi saksiku."<br />
Dengan kata-kata seperti itu Rasulullah SAW mengakhiri khotbahnya.<br />
<br />
Kembali ke Madinah<br />
Setelah upacara haji yang lain disempurnakan, Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Disinilah ia menghabiskan sisa hidupnya. Ia mengatur organisasi masyarakat di kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam dan menjadi bagian dari persekutuan Islam. Petugas keamanan dan para da'i dikirimnya ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan Islam, dan memungut zakat. Salah seorang di antara petugas itu adalah Mu'az bin Jabal yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yaman. Ketika itulah hadist Mu'az yang terkenal muncul, yaitu perintah Nabi SAW agar Mu'az menggunakan pertimbangan akalnya dalam mengatur persoalan-persoalan agama apabila ia tidak menemukan petunjuk dalam Al-Qur'an dan hadist Nabi SAW.<br />
<br />
Pada saat-saat itu pula wahyu Allah SWT yang terakhir turun:<br />
<br />
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu ..." (QS. 5: 3)<br />
Mendengar ayat ini, banyak orang yang bergembira karena telah sempurna agama mereka, tetapi ada pula yang menangis, seperti Abu Bakar, karena mengetahui bahwa ayat itu jelas merupakan pertanda berakhirnya tugas Rasulullah SAW.<br />
<br />
Wafatnya Nabi SAW<br />
Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada' di Madinah, Nabi SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat. Tenaganya dengan cepat semakin berkurang.<br />
<br />
Pada tanggal 13 Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, "Ingatlah shalat, dan taubatlah...".<br />
<br />
<br />
<br />
Detik-detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW<br />
<br />
<br />
PAGI itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,".<br />
<br />
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.<br />
<br />
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.<br />
<br />
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.<br />
<br />
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.<br />
<br />
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.<br />
<br />
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.<br />
<br />
“Siapakah itu, wahai anakku?”<br />
<br />
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.<br />
<br />
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.<br />
<br />
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)<br />
<br />
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.<br />
<br />
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.<br />
<br />
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.<br />
<br />
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”<br />
<br />
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.<br />
<br />
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.<br />
<br />
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.<br />
<br />
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.<br />
<br />
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.<br />
<br />
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.<br />
<br />
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.<br />
<br />
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”<br />
<br />
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.<br />
<br />
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”<br />
<br />
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.<br />
<br />
“Ummatii. ummatii. ummatii.”<br />
<br />
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”<br />
<br />
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”<br />
<br />
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:<br />
<br />
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”<br />
<br />
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”<br />
<br />
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.”<br />
<br />
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”<br />
<br />
<br />
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”<br />
<br />
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”<br />
<br />
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.<br />
<br />
Allahumma shali'alla sayyidina wa mawlana Muhammad...</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-22832756737083665212015-04-17T13:03:00.002-07:002015-04-21T13:45:51.860-07:00Tujuh Bacaan Al Qur'an Mutawatir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di peringkat awal Al-Quran hanya diturunkan dalam satu huruf saja, akan tetapi Rasulullah SAW meminta malaikat Jibril agar ditambah lagi, supaya umatnya tidak menghadapi masalah dan kesusahan dalam membaca Al-Quran dan memilih mana saja bacaan yang mudah. Lalu Jibril pun menambahnya sehingga tujuh huruf, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah ia dengan bacaan yang mudah daripadanya”<br />
<br />
Ilmu qiraat adalah bagian dari ulum Al-Quran atau ilmu-ilmu tentang Al-Quran yang membicarakan kaidah membaca Al-Quran. Ilmu itu disandarkan kepada Imam periwayat dan pengembangnya yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Cara pengambilan ilmu ini adalah dengan cara ‘talaqi’ yaitu dengan memperhatikan bentuk mulut, lidah dan bibir guru ketika melafazkan ayat-ayat Al-Quran.<br />
<br />
Abu ‘Ubayd al-Qasim bin Salam sebagaimana yang disebutkan oleh al-Suyuti di dalam kitabnya. mengatakan: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.”(HR Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Lalu makna tujuh huruf sendiri apa? Para ulama berbeda pendapat mengenai Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf:<br />
1. pendapat pertama adalah yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dalam tujuh bahasa dari tujuh bangsa selain bangsa Arab. Pendapat ini karena adanya kalimat-kalimat yang bukan dari bahasa Arab dalam Al-Quran seperti ‘Sirat’ (Rome), ‘Istabraqen’ (Yunani), ‘Sijjil’(Parsi), ‘Haunaan’(Siryani).<br />
2. Pendapat kedua adalah yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh jenis qiraat (bacaan) tetapi pendapat ini lemah.<br />
3. Pendapat ketiga adalah yang menyatakan bahwa yang dimaksudkan tujuh huruf tersebut ialah tujuh bahasa kabilah Arab yang masyhur di waktu itu.<br />
<br />
Lalu bagaimanakah ulama berpendapat hakikat tujuh huruf itu?<br />
Para ulama berselisih pendapat mengenai haikikat makna tujuh huruf, berikut beberapa pandangan ulama tentang hakikat makna tujuh huruf:<br />
1. Larangan (1), perintah (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6) dan hujah (7)<br />
2. Balasan baik (1) dan buruk (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6) dan hujah (7).<br />
3. 7 bahasa yaitu Quraisy (1), Yaman (2), Jarham (3), Hairizam (4) , Qurdaah (5), Al-Tamim (6) dan Ther (7).<br />
4. 7 Qiraat sahabat yaitu Abu Bakar (1), ‘Umar (1), ‘Usman (3), ‘Ali (4), Ibn Mas’ud (5),Ibn ‘Abbas (6) dan Ubay bin Ka’ab (7).<br />
5. DZahir(1), batin (2), fardu (3), sunat (4) ,khusus (5), umum (6),dan perbandingan(7)..<br />
6. Depan (1), akhir (2), faraid (3), hudud (4), peringatan (5), mutasyabihah (6) dan perbandingan (7).<br />
7. Perintah (1), larangan (2), akad (jual beli) (3,4), ilmu ghaib (5), zahir (6) dan batin (7).<br />
8. Hamzah (1), imalah (2), baris atas (3), baris bawah (4), tebal (5), panjang (6) dan pendek (7).<br />
9. Perintah (1), larangan (2), berita gembira (3), peringatan (4), khabar (5), perbandingan (6) dan peringatan (7)<br />
<br />
Demikianlah pendapat ulama yang bermacam-macam mengenai maksud tujuh huruf dalam alqur’an.<br />
<br />
Tapi dari sekian banyaknya perbedaan pendapat tentang tujuh huruf, Pendapat yang paling masyhur mengenai penafsiran Sab’atu Ahruf adalah pendapat Ar- Razi dikuatkan oleh Az-Zarkani dan didukung oleh jumhur ulama. Yaitu Perbedaan yang berkisar pada tujuh wajah:<br />
1. Perbedaan pada bentuk isim, antara mufrad, tasniah, jamak muzakkar atau mu’annath. Contoh:<br />
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (Al-Mukminun: 8)<br />
Yaitu لأمَانَاتِهِمْ dan dibaca mufrad dalam qiraat lain لأمَانتِهِمْ.<br />
2. Perbedaan bentuk fi’il madhi , mudhari’ atau amar. Contoh:<br />
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَاٍ (Saba’ : 19)<br />
Sebaagian qiraat membaca lafaz ‘rabbana’ dengan rabbuna, dan dalam kedudukan yang lain lafaz ‘ba’idu’ dengan ‘ba’ada’.<br />
3. Perbezaan dalam bentuk ‘irab. Contoh, lafad z إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ (Al-Baqarah: 282) dibaca dengan disukunkan huruf ‘ra’ sedangkan yang lain membaca dengan fathah.<br />
4. Mendahulukan (taqdim) dan mengakhirkan (ta’khir). atau lebih dikenal dg taqdim ta’khir. Contoh :<br />
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَق (Surah Qaf: 19) dibaca dengan didahulukan ‘al-haq’ dan diakhirkan ‘al-maut’, وَجَاءَتْ سَكْرَةُالْحَق بِالْمَوْتِ . Tapi Qiraat ini dianggap lemah.<br />
5. Perbedaan dalam menambah dan mengurangi. Contoh ayat 3, Surah al-Lail,<br />
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى . Ada qiraat yang membuang lafaz ‘ma kholaqo’<br />
6. Perbedaan ibdal (pergantian huruf). Contoh, kalimah ‘nunsyizuha’ dalam ayat 259 Surah al-Baqarah dibaca dengan ‘nunsyiruha’ (‘zai’ diibdalkan dengan huruf ‘ra’).<br />
7. Perbedaan lahjah seperti dalam masalah imalah, tarqiq, tafkhim, izhar, idgham dan sebagainya. Perkataan ‘wadduha’ dibaca dengan fathah dan ada yang membaca dengan imalah , yaitu dengan bunyi ‘wadduhe’ (sebutan antara fathah dan kasrah).<br />
<br />
Lalu apa kaitannya 7 huruf ini dengan mushaf ‘usmani? Mashaf ‘Uthmani adalah mashaf yang dicatat dan disempurnakan pada zaman Khalifah ‘Usman ibn ‘Affan yang digunakan pada hari ini. Menurut jumhur ulama, mashaf ini berjumlah 6 buah yang mencakupi ‘Tujuh Huruf’. Sebagai contoh,(bahasa Yaman), (bahasa Hawazin), (bahasa Abbas) dan lain-lain yang terdapat dalam al-Quran rasm ‘Usmani.<br />
<br />
Lalu apa kaitannya dg ilmu qiraat?<br />
Qiraat adalah bentuk masdar daripada qara’a atau jamak dari qiraah yang artinya bacaan. Menurut istilah ‘ilmiah, qiraat adalah satu mazhab(aliran) pengucapan Al-Quran yang dipilih oleh salah seorang Imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab lainnya. Dengan kata lain ia membawa maksud perbedaan-perbedaan dalam membaca Al-Quran, yaitu perbedaan lafaz-lafaz Al-Quran mengenai huruf-huruf dan cara mengucapkannya di segi tebal atau tipis, panjang pendeknya dan sebagainya.<br />
<br />
Muhammad Abdul Azim Az-Zarqani mengatakan: “Qiraat ialah suatu mazhab yang dipilih oleh imam qiraat yang antara satu dengan lainnya tidak sama dalam melafadzkan Al-Quran.”<br />
Muhammad Salam Muhsin mengatakan: “Qiraat adalah satu ilmu yang membahas tentang cara pengucapan kalimat-kalimat Al-Quran serta cara pelaksanaannya dengan menisbahkan setiap bacaany kepada seorang Imam pakar qiraat.”<br />
<br />
Dari Definisi di atas, dapat kita simpulkan qiraat adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara melafazkan Al-Quran secara praktikal dengan pengucapannya yang baik, entah itu disepakati atau diperselisihkan kesahihannya dengan berdasar pada mazhab-mazhab yang diakui sanadnya hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Dan Qiraat yang dianggap mutawatir dalam pembacaan Al-Quran adalah Qiraat Sab’ah atau Qiraat Tujuh. Sebagian orang menyangka bahawa qiraat atau macam-macam bacaan Al-Quran tersebut dibuat oleh Rasulullah SAW atau oleh para sahabat dan para tabiin. Anggapan tersebut adalah tidak benar berdasarkan riwayat puluhan hadis sahih yang menerangkan berbagai bacaan semenjak Al-Quran diturunkan. Kesemua bacaan yang diriwayatkan oleh ketujuh imam itu telah diakui dan disepakati oleh para ulama dan benar-benar dari Rasulullah SAW yang dikenal dengan Qiraat Sab’ah atau Qiraat Tujuh.<br />
<br />
Di zaman sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah ‘Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda’ dan Abu Musa Al-Asy’ari. Merekalah yang dikirim oleh Khalifah ‘Usman ke wilayah Islam bersama mashaf ‘Usmani yang telah disediakan. Dari Hasil didikan para qari zaman sahabat, muncullah pakar-pakar qiraat generasi tabiin, dan sesudahnya. Berikut nama-nama para pakar qiraat dari generasi tabi’in dibeberapa wilayah islam didunia :<br />
Di Mekah – Qari-Qari’ yang tinggal di Mekah antara lain ialah Ubaid bin Umair, Atak Tawus, Mujahid, Ikrimah dan Ibnu Malikah<br />
Di Madinah – Qari-Qari yang tinggal di Madinah antaran lain ialah Ibnu Musayyab, Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman, Ibnu Yasar, Mu’ad bin Haris (Mu’ad AI-Qari’), Abdurrahman bin Hurmuz, Ibnu AI-A’raj, Muslim bin Jundub dan Sa’id bin Aslam.<br />
Di Basrah terdapat para qari masyhur yaitu Amir bin Abdul Qais, Abu ‘Aliyah, Abu Raja’, Nasr bin Ashim, Yahya bin Ya’mar, Mu’adz, Jabir bin Zaid, Al-Hasan Ibnu Sirin dan Qatadah.<br />
Di Kufah – Di kota Kufah terdapat pula pra ahli qiraat. diantaranya Al-Qamah, AI-Aswad, Masruq, Ubaid, Amr bin Syarkhabil, Al-Haris bin Qais, Rabi’ bin Khatim, ‘Amru b. Maimun, Abdurrahman Assulami, Zar bin Khubais, Ubaid bin Mudhailah, Abu Zar’ah dan Ibnu Asy-Sya’bi.<br />
Di Syam – terdapat juga para qari .antara lain AI-Mughirah bin Abi Syaibah Almakhzumi. Beliau termasuk salah seorang murid ‘usman bin Affan. Dan Khalid bin Sa’id, salah seorang murid Abu Darda’.<br />
<br />
Dari Hasil didikan generasi tabiin, maka semakin banyak orang yang cenderung dan berminat tentang ilmu qiraat. Banyak diantara mereka yang memusatkan perhatian terhadap ilmu qiraat, sehingga di beberapa kota besar terdapat pula pakar-pakar qiraat dari generasi ini. seperti di Mekah terdapat Imam Ibnu Kasir, yang menjadi salah seorang imam qiraat. Hamid bin Qais Al-A’raj dan Muhammad bin Muhaisin. Di Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jaafar Yazid bin Yakkub, Syaibah bin An-Nasah dan Nafi’ bin Nu’im (salah seorang imam qiraat). Di Kufah nama-nama yang termasyhur adalah Yahya bin Wathab, ‘Asim bin Abi Nujdud, Hamzah dan Kisa’i. Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam Qiraat yang tujuh. Manakala para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu Amir bin Al-A’la (salah seorang imam qiraat), Asim bin Jahdari dan Yakkub bin Al-Hadrami. Di Syam tercatat juga nama-nama yang masyhur .diantaranya Abdullah bin Amir (salah seorang imam qiraat), Atiyah bin Qais Al-Kilabi, Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan Syuraikh bin Yazid Al-Hadrami.<br />
<br />
Melalui perkembangan ilmu qiraat yang pesat, lahirlah berbagai bentuk bacaan yang semuanya bersumber dari Rasulullah SAW. Hal ini karena pemahaman mereka yang berbeda dalam memahami maksud Rasulullah SAW yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dalam tujuh huruf. Oleh karena itu masing-masing pembawa qiraat mendakwa qiraatnya berasal dari Rasulullah SAW, Hingga di masa itu, belum dirumuskan dan belum dipastikan bacaan mana yang betul-betul dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, para ulama merumuskan tiga syarat bagi setiap qiraat yang dianggap betul dari Rasulullah SAW:<br />
1. Sanadnya Sahih – maksudnya, suatu bacaan dianggap sahih sanadnya apabila bacaan itu diterima darisalah seorang imam atau guru yang masyhur, tertib, tidak ada cacat dan sanadnya bersambung hingga kepada Rasulullah SAW.<br />
2. Sesuai Dengan Rasm ‘Usmani – maksudnya, suatu qiraat dianggap sahih apabila sesuai dengan salah satu Mashaf ‘Usmani ( yang berjumlah 6 ) yang dikirimkan ke bnerbagai wilayah Islam kerana ia mencakup sab’atu ahruf.<br />
3. Sesuai dengan tata bahasa Arab – Tapi syarat terakhir ini tidak berlaku sepenuhnya, sebab ada sebagian bacaan yang tidak sesuai dengan tata bahasa Arab, namun karena sanadnya sahih dan mutawatir maka qiraatnya dianggap sahih.<br />
<br />
Ilmu qiraat semakin maju sejajar dengan ilmu-ilmu lain disebabkan perkembangan dunia pada umumnya dan dunia Islam khususnya . Ilmu-ilmu yang dulunya diwarisi secara mulut ke mulut mulai dibukukan untuk menjadi kajian bagi generasi mendatang. begitu juga ilmu qiraat mulai ditulis dan dibukukan. Sejarah mencatat Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, Abu Khatim As-Sajistani, Abu Jaafar At-Tabari dan Ismail Al-Qadhi termasuk diantara para ulama qiraat yang mula-mula merintis pembukuan ilmu Qiraat Al-Quran.<br />
<br />
Melalui pembukuan tersebut, para ilmuwan kemudian mulai membuat kajian dan meringkas pembukuan ilmu qiraat untuk lebih diminati orang banyak. Di antara mereka ada yang menyusunnya dalam bentuk prosa dan ada pula yang berbentuk syair agar mudah dihafal. Orang yang termasuk dalam kriteria tersebut diantaranya ialah Imam Ad-Dani dan Al-Syatibi.<br />
<br />
Pada peringkat awal pembukuan ilmu qiraat yang dirintis oleh Ibnu Ubaid Al-Qasim, Abu Khatim As-Sajistani, Abu Ja’afar dan para imam tersebut di atas, istilah qiraat tujuh belum timbul. Pada peringkat ini, mereka hanya mengangkat sejumlah qiraat yang banyak ke dalam karangan mereka. Hanya pada abad kedua Hijrah orang mulai tertarik kepada qiraat atau bacaan beberapa imam yang mereka kenali. Umpamanya di Basrah orang tertarik terhadap qiraat Imam ‘Amr bin Yakkub. Sementara di Kufah, orang ramai tertarik pada bacaan Hamzah dan ‘Asim. Di Syam orang tertarik pada qiraat Ibnu ‘Amir. Di Mekah orang2 tertarik pada qiraat Ibnu Kasir begitu juga di Madinah orang tertarik pada qiraat Imam Nafi’.<br />
<br />
Di penghujung abad ketiga Hijrah, Ibnu Mujahid mencetuskan istilah Qiraah Sab’ah atau Qiraat Tujuh, dimaksudkan kepada tujuh macam qiraat yang dipopularkan oleh tujuh ( diatas )imam qiraat tersebut. Namun Ibnu Mujahid tidak memasukkan Imam Yakkub ke dalam nama para Imam yang tujuh. Sebagai pelengkapnya, beliau memasukkan ‘Ali Kisa’i yang yaitu salah seorang pakar qiraat dari Kufah untuk menggantikan nama Yakkub. Maka dari situlah bermulanya muncul sebutan Qiraat Sab’ah.<br />
<br />
Lalu kenapa hanya sebatas pada 7 imam? Padahal selain mereka itu masih banyak lagi imam qiraat yang setaraf dengan mereka. Jawaban Menurut Al-Makki, itu karena sanad Imam-imam tersebut ( yang selain imam 7 )terlalu panjang hingga mengurangi minat orang yang ingin belajar qiraat. Oleh karena itu, (para perawi) mulai membatasi diri hanya pada qiraat yang sesuai dengan mashaf yang mudah dihafal dan mudah menurut bacaan Al-Quran. Di samping itu ,para imam 7 tadi adalah termasuk orang2 yang bisa dipercaya, jujur, dan sudah lama dalam menekuni ilmu qiraat dan qiraatnya pun disepakati untuk dijadikan rujukan. Tapi Walau demikian, mereka tidak meninggalkan periwayat yang selain tujuh imam qiraat tadi, seperti qiraat Yakkub, qiraat Abu Ja’afar, qiraat Syaibah dan lain-lain. Periwayat-periwayat imam tujuh yang masyhur<br />
ialah:<br />
1. Qalun dan Warsy, meriwayatkan daripada Imam Nafi.’<br />
2. Qambul dan Al-Bazzi, meriwayatkan qiraat daripada Ibnu Kasir.<br />
3. Ad-Duri dan Susi, meriwayatkan qiraat dari Imam Abu Amr.<br />
4. Syukbah dan Hafas, meriwayatkan qiraat dari Imam Asim.<br />
5. Kholafi dan Khollad, meriwayatkan qiraat dari Imam Hamzah.<br />
6. Hisyam dan Dzakwan, meriwayatkan qiraat dari Imam Ibnu Amir.<br />
7. Abdul Haris dan Duri meriwayatkan qiraat dari Imam Ali Kisa’i.<br />
<br />
Demikianlah sekilas gambaran yang sangat singkat tentang apa itu ‘ilmu qiraat.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-8896354211245832412015-04-16T01:47:00.000-07:002015-04-21T13:46:11.067-07:00 أنكرت النبوة طوائف ذكرها العلماء<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> أنكرت النبوة طوائف ذكرها العلماء ، وأهم هذه الطوائف :</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">" البراهمة ، والصابئة ، وبعض معطلة العرب " ([1]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">" ومن المنكرين أيضاً من لاح ذلك من على أفعاله وأقواله كالمصرِّين على الخلاعة وعدم المبالاة ونفي التكاليف ، ودلالة المعجزات ، وهؤلاء آحاد ، وأوباش من الطوائف لا طائفة معينة يكون لها ملة ونحلة " ([2]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> ومن البراهمة من يرى نبوة آدم فقط ومنهم من قال بنبوة إبراهيم فقط ([3]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> وسنتناول بالتعريف كلاً من هذه الفرق وشبههم والرد عليها .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> أولاً : البراهمة :-</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">هم قبيلة بالهند فيهم أشراف أهل الهند ، ويقولون إنَّهم من ولد " برهمي " ملك من ملوكهم قديم وهم يقولون بالتوحيد إلا أنَّهم أنكروا النبوات ([4]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">شبهة البراهمة في إنكارهم للنبوة :</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">1- قالوا إنَّ ما جاء به النبي إمَّا أن يكون موافقاً للعقل حسناً عنده فيقبل ويفعل ، وإن لم يأت به نبي ، أو مخالفاً له قبيحاً عنده فيرد ويترك ، وإن جاء به النبي ، وإن كان لا حسناً عند العقل ولا قبيحاً يفعل عند الحاجة ، لأنَّ مجرد الاحتمال لا يعارض تنجز الاحتياج ، ويترك عند عدمها للاحتياط .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> 2- قالوا أيضاً إنَّ هناك أفعال أمر بها الأنبياء كأفعال الصلاة من القيام والقعود ، والركوع ، والسجود ، وأعمال الحج نحو التلبية والهرولة والطواف كلها مستقبحة من جهة العقل منكرة ([5]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> وقد أجاب " التفتازاني " ([6]) عن هذه الشبهة فقال : " إنَّ ما يوافق العقل قد يستقل بمعرفته فيعاضده النبي ، ويؤكده بمنزلة الأدلة على مدلول واحد ، وقد لا يستقل فيدله عليه ، ويرشده ، وما يخالف العقل قد لا يكون مع الجزم فيدفعه النبي ، أو يرفع عنه الاحتمال وما لا يدرك حسنه ، ولا قبحه قد يكون حسناً يجب فعله أو قبيحاً يجب تركه ، هذا مع أنَّ العقول متفاوتة بالتفويض إليها ، مظنة التنازع والتقاتل ، ومفضٍ إلى اختلال النظام " ([7]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فنحن إذاً نسلِّم بأنَّ العقل له قدرة على إدراك ومعرفة الحسن والقبيح في الأمور ، ومعرفة النافع والضار ، ولكن مع ذلك فإن هناك أموراً لا يستطيع الإنسان أن يدركها بمجرد عقله مثال ذلك معرفة أسماء الله ، وصفاته ، وتفاصيل ما أعدّه الله لأوليائه من النعيم في الجنة وما أعدَّه لأعدائه من العذاب ، والعقاب ، كما أنَّ الإنسان لا يستطيع أن يتوصَّل بعقله إلى معرفة المنهج الذي يعيش على ضوئه في الحياة ليصل عن طريقه إلى تحقيق السعادة والاطمئنان .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">والذي يدركه الإنسان بعقله يدركه مجملاً فهو لا يستطيع أن يدرك تفاصيل ما جاء به الشرع ، والعقول أيضاً قد تحار في الفعل الواحد الذي قد يشتمل على مصلحة ، ومفسدة في آن واحد فتأتي الشرائع وتبين الصواب فيها وتأمر بما فيه المصلحة ، وكذلك الفعل قد يكون في الظاهر مفسدة ، ولكنه في باطنه يحوى مصلحة لا يدركها العقل فتأتي الشرائع وتبين ذلك .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فمن ذلك يتضح لنا أننا بحاجة إلى الرسل كي نعرف وجهتنا في هذه الحياة ، وعلاقتنا بالله سبحانه وتعالى لنعبده على الوجه الذي يحبه ويرضاه .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> ونظراً لما لبعثة الأنبياء عليهم الصلاة والسلام من فوائد عظيمة على البشريـة ، قال تعالى : { لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ} ([8]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> أمَّا عن الشق الثاني من الشبهة وهو قولهم إنَّ أعمال الصلاة والحج والطواف وغيرها من الأمور التعبدية مستقبحة من جهة العقل فالجواب عنه : أنّ هذه الأمور التعبدية اعتبرها الشارع ابتلاءً للمكلفين وتطويعاً لأنفسهم ، وتأكيداً لملكة امتثالهم الأوامر والنواهي ، ولعلَّ فيها حكماً ومصالح لا يعلمها إلا الله ([9]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ولذلـك فـإنَّ عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - قال – كما رُوي عنه حين قبَّل الحجر الأسود – " والله إنَّى أعلم أنَّك حجر لا تنفع ولا تضر ، ولولا أنَّي رأيت رسول الله يقبلك ما قبلتك " .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ثانياً : الصابئة :-</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">الصابئ : هو التارك لدينه الذي شرع له إلى دين غيره .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> والصابئون سموا بذلك لأنَّهم فارقوا دين التوحيد ، وعبدوا النجوم وعظَّموها ، ولهم مذاهب ينفردون بها ، ويقرون بالصانع وببعض الأنبياء ([10]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> ولقد عرف " الشهرستاني " ([11]) الصابئة بأنهم الذين يقرون بالمحسوس والمعقول ، ويقولون بالحدود والأحكام العقلية ، ولا يقولون بالشريعة ولا النبوات ، وبعض الصابئة أقرَّ بنبوة بعض الأنبياء وهما " شيث " و " إدريس " عليهما السلام .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> وقيل لهم صابئة لميلهم عن سنن الحق ، وزيغهم عن نهج الأنبياء وفي اللغة صبأ الرجل : إذا مال وزاغ .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> والصابئة : طوائف فمنهم أصحاب الروحانيات عبدة الملائكة ، ومنهم أصحاب الهياكل وهم عبدة الكواكب ، ومنهم أصحاب الأشخاص وهم عبدة الأوثان ([12]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فأصحاب الروحانيات أنكروا بعث الرسل في الصورة البشرية فقالوا " الأنبياء أمثالنا في النوع ، وأشكالنا في الصورة ، يشاركوننا في المادة يأكلون مما نأكل ، ويشربون مما نشرب ، ويساهموننا في الصـورة أناس بشر مثلنا فمن أين لنا طاعتهم ؟ وبأية مزية لهم لزمـت متابعتهم ؟ ([13]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ونظراً لأنَّ هذه الشبهة مما أثارها مشركو قريش في إنكارهم لنبوة الرسول صلى الله عليه وسلمفإننا سنرد عليها عند الحديث عن منكري نبوته صلى الله عليه وسلم.</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ثالثاً : معطلة العرب :</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> وهم أصناف منهم من أقرَّ بالخالق ، وابتداء الخلق ، ونوع الإعادة وأنكروا الرسل وعبدوا الأصنام .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> ومن شبهاتهم : إنكارهم لبعث الرسل في الصورة البشرية ([14]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وسنرد أيضاً على هذه الشبهة عند الحديث عن منكري نبوة الرسول صلى الله عليه وسلم.</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ومن شبهات المنكرين للنبوة بشكل عام شبهة التمسك بالتقليد والتبعيَّة لما كان عليه الآباء والأجداد ، وهذه الشبهة سنرد عليها أيضاً عند الحديث عن منكري نبوته صلى الله عليه وسلم، لأنها من الشبه التي تمسك بها قومه في إنكار نبوته عليه الصلاة والسلام .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ومن الشبه التي أثارها منكرو النبوات أنَّهم طعنوا في معجزات الأنبياء التي يجريها الله على أيديهم ، فقالوا إنَّه قد يوجد مثلها في أهل الشعبذة والمخرفة ، وليس ذلك من دلائل صدقهم ، فكذلك أحكام المعجزات ([15]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">والردُّ على هذه – كما قال " الماوردي " ([16]) – من وجهين :</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">أحدهما : أن الشعبذة تظهر لذوي العقول ، وتندلس على الغر الجهول ، فخالفت المعجزة التي تذهل لها العقول .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> الثاني : أن الشعبذة تستفـاد بالتعليم ، فيتعلمها من ليس يحسنها فيصير مكافئاً لمن أحسنها ، ويعارضها بمثلها ، والمعجزة مبتكرة لا يتعاطاها غير صاحبها ، ولا يعارضه أحد بمثلها كما انقلبت عصا موسى حية تسعى ، تلقف ما أفكه السحرة فخروا له سجداً ([17]) .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وهكذا نجد أنَّ ما أثاره أهل الباطل من شبهات في إنكارهم للنبوات ليست سوى شبهات واهية لا تصمد أمام المناقشة الجادة ، والاستدلال العقلي السليم ، وفعلاً فقد جادل الرسل عليهم السلام أقوامهم ، وبيَّنوا لهم وجه الحق والصواب ، إلا أنَّهم أصمَّوا آذانهم عن سماع الحق ، فاستحقوا لذلك عذاب الله .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ولاشك أنَّ بعثة الرسل عليهم الصلاة والسلام من أعظم ما منَّ الله به على عباده ، فالبشرية في أمس الحاجة إلى تعاليم الرسل عليهم الصلاة والسلام الموحاة من عند الحكيم الخبير بما يصلح عباده ، وإنَّه ليظهر لنا هذا الأمر بوضوح في عصرنا الحاضر ، الذي بلغت فيه البشرية ذروة التقدم المادي في جميع مجالات الحياة ، واغترَّ البشر بعقولهم فرفضوا تعاليم الأنبياء ، وأقاموا دولهم على الإلحاد تحت ستار " العلمانية " و " العقلانية " وغيرها من المذاهب الباطلة التي تمردت على شرائع الله ، وأنكرتها فـإن نظرة واحدة على أحوال هذه الدول المتحضرة مادياً ، تدلنا على مدى شقائهم ، وتخبطهم حيث ظهرت الانحرافات الخلقية في تلك المجتمعات وتردت إلى أبشع صورة مما لا يكاد يخطر على بال أحد ، وما ذاك إلا لبعدهم عن منهج الله .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> فنحن إذن بحاجة إلى رسالات الرسل لصلاح قلوبنا ، وإنارة نفوسنا واستقامة حياتنا ، لئلا ننحرف فنقع في المستنقع الآسن لا سمح الله .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([1]) العقيدة في ضوء القرآن الكريم ، ص259 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([2]) شرح المقاصد ، ص129 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([3]) الإيجي : المواقف ، ص344 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([4]) الفصل في الملل والأهواء والنحل ، 1/137 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([5]) انظر شرح المقاصد ، ص129 ؛ شرح الأصول الخمسة ، ص563-566 ؛ الإرشاد ، ص303-305 ؛ المواقف ، ص345 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([6]) التفتازاني هو : مسعود بن عمر بن عبد الله التفتازاني من أئمة العربية والبيان والمنطق ، ولد بتفتازان من بلاد خراسان ، وتوفي بسمر قند سنة 793هـ ، ومن مؤلفاته " تهذيب المنطق " ، و " مقاصد الطالبين " ، و " المطول في البلاغة " . انظر ترجمته في الأعلام ، 7/219 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([7]) شرح المقاصد ، ص129 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([8]) سورة آل عمران : بعض آية : 164 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([9]) انظر شرح المقاصد ، ص130 ؛ شرح الأصول الخمسة ، ص563-565 ؛ الإرشاد للجويني ، ص303-305 ؛ مجموع الفتاوى ، ج19/93-96 ؛ مفتاح دار السعادة ، ج2/2 ؛ لوامع الأنوار البهيَّة ، 2/256 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([10]) اعتقادات فرق المسلمين والمشركين للرازي ، ص143 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([11]) محمد بن عبد الكريم أبو الفتح الشهرستاني ، ولد في شهرستان عام 479هـ من كتبه : الملل والنحل ، ونهاية الأقدام في علم الكلام ، توفي ببغداد عام 548هـ . انظر ترجمته في وفيات الأعيان ، 1/482 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([12]) الملل والنحل للشهرستاني ، 2/504 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([13]) نفس المصدر السابق ، ص7 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([14]) نفس المصدر السابق ، ص235 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([15]) أعلام النبوة للماوردي ، ص25 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([16]) الماوردي : أبو الحسن علي بن محمد بن حبيب البصري الماوردي ، ولد بالبصرة عام 364هـ ، صاحب مصنفات كثيرة منها : التفسير ، والأحكام السلطانية ، توفي عام 450هـ . انظر ترجمته في الأعلام للزركلي ، ج4/327 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">([17]) أعلام النبوة ، ص25 .</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">. </span></div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-49525411936817817992014-12-21T13:15:00.003-08:002015-04-21T13:46:29.323-07:00Ilmu hadits riwayah dirayah dan cabang cabang ilmu hadist<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b>A. Ilmu Hadis Riwayah</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menurut bahasa riwayah berasal dari kata rawa-yarwi-riwayatan yang berarti annaql =memindahkan dan penukilan. Sedangkan ilmu hadits riwayah menurut istilah sebagaimana pendapat Dr. Subhi Asshalih adalah :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">"ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin” (Subhi Asshalih, Ulumul Hadits…hal. 107)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menurut Syaikh Manna’ A-Qhaththan, obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda Rasulullah, perbuatan beliau, ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi periwayatannya secara detail dan mendalam. </span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Faidahnya: menjaga As-Sunnah dan menghindari kesalahan dalam periwayatannya</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Sementara itu, obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Jadi jelaslah, dari definisi diatas kita dapat menarik beberapa point , yaitu :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Objek Ilmu Hadits Riwayah adalah matan atau isi hadits yang disandarkan kepada Nabi, Sahabat dan Tabiin.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu Hadits Riwayah mempelajari periwayatan yang mengakumulasikan apa, siapa dan dari siapa suatu riwayat.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Fokus kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Matan Hadits. Namun tidak mungkin ada matan tanpa disertai Sanad Hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Sedangkan Ilmu Hadits ialah seperangkat kaidah yang mengatur tentang anatomi dan morfologi hadits. Pengolahan anatomi hadits disebut Ilmu Hadits Riwayah, dan pengolahan morfologi hadits disebut Ilmu Hadits Dirayah. Dua bidang ilmu itu bergerak terus, dan berkembang sesuai kebutuhan, untuk menformatisasikan isi hadits Nabi kepada lokasi atau kepada perkembangan masyarakat.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu Hadits Riwayah ialah studi hermeneutika atas teks hadits atau informasi tentang ungkapan isi hadits Nabi dari berbagai segi. Kitab Kuning mengulas masalah ini dengan sebutan Syarah Hadits, dan Hasyiyah atau Ta’liqat. Semua berkaitan dengan ilmu kalam, ilmu fiqh dan atau ilmu lainnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ulama yang terkenal dan dipandang sebagai pelopor ilmu hadis riwayah adalah Abu Bakar Muhammad bin Syihab az-Zuhri (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam (Suriah). Dalam sejarah perkembangan hadis, az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah Umar II (memerintah 99 H/717 M-102 H /720 M).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Meskipun demikian, ilmu hadis riwayah ini sudah ada sejak periode Rasulunah SAW sendiri, bersamaan dengan dimulainya periwayatan hadis itu sendiri. Sebagaimana diketahui, para sahabat menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi SAW. Mereka berupaya mendapatkannya dengan menghadiri majelis Rasulullah SAW serta mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan Nabi SAW.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Kehadiran hadits sebagai sumber pokok ajaran islam, memang banyak dipersoalkan, hal ini berkaitan dengan matan, perawi, sanad dan lainnya, yang kesemuanya menjadi boleh atau tidaknya suatu hadits untuk dijadikan hujjah. Terlepas dari itu, perbedaan sahabat dalam memahami hadits pun menjadi hal yang penting untuk ditelaah lebih lanjut, karena perbedaan pemahaman tersebut mengakibatkan periwayatan pun menjadi berbeda. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab suatu hadits diperselisihkan oleh para ulama tentang kehujjahannya. Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan “Hadits Riwayah Bil-lafdzi” dan “Hadits Riwayah Bil-ma’na.”</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>1. HADITS RIWAYAH BIL-LAFDZI</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Meriwayatkan hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau dengan kata lain meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi saw. Riwayat hadits dengan lafadz ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari Nabi baik melalui perkataan maupun perbuatan, dan pada saat itu sahabat langsung menulis atau menghafalnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Hal ini dapat kita lihat pada hadits-hadits yang memakai lafadz-lafadz sebagai berikut:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">(Saya mendengar Rasulullah saw) Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dan lain-lainnya)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">(Menceritakan kepadaku Rasulullah saw)Artinya: Telah bercerita kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang beramadhan dengan iman dan mengharap pahala, dihapus doasa-dosanya yang telah lalu.”</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">(Mengkhabarkan kepadaku Rasulullah saw)(Saya melihat Rasulullah saw berbuat) Artinya: Dari Abbas bin Rabi’ ra., ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra., mencium Hajar Aswad dan ia berkata: “Sesungguhnya benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, aku (pun) tak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Hadits yang menggunakan lafadz-lafadz di atas memberikan indikasi, bahwa para sahabat langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan hadits. Oleh karenanya para ulama menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi hujjah, dengan tidak ada khilaf.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>2. HADITS RIWAYAH BIL-MA’NA</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Meriwayatkan hadits dengan makna adalah meriwayatkan hadits dengan maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Atau dengan kata lain apa yang diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu disampaikan oleh para sahabat dengan lafadz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan para sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara apa yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menukil atau meriwayatkan hadits secara makna ini hanya diperbolehkan ketikan hadits-hadits belum terkodifikasi. Adapun hadits-hadits yang sudah terhimpun dan dibukukan dalam kitab-kitab tertentu (seperti sekarang), tidak diperbolehkan merubahnya dengan lafadz/matan yang lain meskipun maknanya tetap.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Adapun contoh hadits ma’nawi adalah sebagai berikut:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Artinya: Ada seorang wanita datang menghadap Nabi saw, yang bermaksud menyerahkan dirinya (untuk dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, nikahkanlah wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya selain dia hafal sebagian ayat-ayat Al-Qur’an. Maka Nabi saw berkata kepada laki-laki tersebut: Aku nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat Al-Qur’an.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Dalam satu riwayat disebutkan:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">“Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut atas dasar mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. Dan dalam riwayat lain disebutkan: “Aku jadikan wanita tersebut milik engkau dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. (Al-Hadits)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa meriwayatkan hadits dengan maknanya itu sebagai berikut:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Tidak diperbolehkan, pendapat segolongan ahli hadits, ahli fiqh dan ushuliyyin.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Diperbolehkan, dengan syarat yang diriwayatkan itu bukan hadits marfu’.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Diperbolehkan, baik hadits itu marfu’ atau bukan asal diyakini bahwa hadits itu tidak menyalahi lafadz yang didengar, dalam arti pengertian dan maksud hadits itu dapat mencakup dan tidak menyalahi.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Diperbolehkan, bagi para perawi yang tidak ingat lagi lafadz asli yang ia dengar, kalau masih ingat maka tidak diperbolehkan menggantinya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ada pendapat yang mengatakan bahwa hadits itu yang terpenting adalah isi, maksud kandungan dan pengertiannya, masalah lafadz tidak jadi persoalan. Jadi diperbolehkan mengganti lafadz dengan mumodifnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Jika hadits itu tidak mengenai masalah ibadah atau yang diibadati, umpamanya hadits mengenai ilmu dan sebagainya, maka diperbolehkan dengan catatan:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Hanya pada periode sahabat</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Bukan hadits yang sudah didewankan atau di bukukan</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Tidak pada lafadz yang diibadati, umpamanya tentang lafadz tasyahud dan qunut.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b>B. Ilmu Hadist Dirayah</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri-daryan yang berarti pengetahuan. Maka seringkali kita mendengar Ilmu Hadits Dirayah Disebut-sebut sebagai pengetahuan tentang ilmu Hadits atau pengantar ilmu hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menurut imam Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ”ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya”.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Disebut dengan juga ilmu Musthalahul Hadits – undang-undang (kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan al-Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Obyek Ilmu Hadits Riwayah : meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Menurut sebagian ulama, yang menjadi obyeknya ialah Rasulullah SAW sendiri dalam kedudukannya sebagai Rasul Allah. Faedahnya atau tujuan ilmu ini : untuk menetapkan maqbul (dapat diterima) atau mardudnya (tertolaknya) suatu hadits dan selanjutnya untuk diamalkannya yang maqbul dan ditinggalnya yang mardud.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ulama hadits berbeda dalam memberikan definisi ilmu hadsit dirayah, meskipun dari berbagai definisi itu ada kemiripan batasan-batasan definisi. Ilmu hadits dirayah adalah pembahasan masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan yang diriwayahkan, apakah bisa diterima atau ditolak.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ibn Akfani berpendapat, ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang dapat mengetahui hakikat riwayah, syarat-syarat, macam-macam dan hukum-hukumnya, ilmu yang dapat mengetahui keadaan para rawi, syarat-syarat rawi dan yang diriwayahkannya serta semua yang berkaitan dengan periwayahannya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ulama lain berpendapat, ilmu hadits dirayah adalah ilmu undang-undang yang dapat mengetahui keadaan sanad dan matan. Definisi ini lebih pendek dari definisi di atas. Sedangkan definisi lain sebagaimana di sebutkan ibnu hajar, definisi paling baik dari berbagai definisi ilmu hadits dirayah adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat memperkenalkan keadaan-keadaan rawi dan yang diriwayahkan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Berbagai definisi di atas banyak kemiripan, pada dasarnya semua definisi itu sama yakni pengetahuan tentang rawi dan yang diriwayahkan atau sanad dan matannya baik juga berkaitan dengan pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau hukum-hukumnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah adalah ilmu ushul al-hadits. Pada mulanya pembahasan yang menyangkut ilmu hadits dirayah sangat beragam. Kemudian muncullah beberapa ilmu yang bertalian dengan kajian analisis dan semuanya terangkum dalam satu nama, yakni ilmu hadits. Munculnya berbagai ilmu tersebut diakibatkan banyaknya topik tentang hadits dirayah tersebut dengan tujuan dan metodenya berbeda-beda. </span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Berikut di antara ilmu-ilmu yang bermunculan dari berbagai ragam topik ilmu dirayah;</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka tercela atau bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah buah ilmu tersebut dan merupakan bagian terbesarnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> Ilmu Tokoh-Tokoh Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Dengan ilmu ini dapat diketahui apakah para rawi layak menjadi perawi atau tidak. Orang yang pertama di bidang ini adalah al-bukhari (256 H). dalam bukunya thabaqat, ibn sa’ad (230 H) banyak menjelaskannya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Imam Nawawi berkata dalam kitab al-Taqrib, “ini adalah salah satu disiplin ilmu dirayah yang terpentinng.” Ilmu ini membahas hadits-hadits yang secara lahiriyah bertentangan, namun ada kemumkinan dapat diterima dengan syarat. Jelasnya, umpamanya ada dua hadits yang yang makna lahirnya bertentangan, kemudian dapat diambil jalan tengah, atau salah satunya ada yang di utamakan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Misalnya sabda rasulullah SAW, “tiada penyakit menular ” dan sabdanya dalam hadits lain berbunyi, “Larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu lari singa”. Kedua hadits tersebut sama-sama shahih. Lalu diterapkanlah jalan tengah bahwa sesungguhnya penyakit tersebut tidak menular dengan sendirinya. Akan tetapi allah SWT menjadikan pergaulan orang yang sakit dengan yang sehat sebagai sebab penularan penyakit.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Di antara ulama yang menulis tentang ilmu mukhtalaf al-hadits adalah imam syafi’I (204 H), Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya al-Saji (307 H) dan Ibnu al-Jauzi (598 H).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> Ilmu Ilal Al-Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu ini membahas tentang sebab-sebab tersembunyinya yang dapat merusak keabsahan suatu hadits. Misalnya memuttasilkan hadits yang mungkati’, memarfu’kan hadits yang maukuf dan sebagainya. Dengan demikian menjadi nyata betapa pentingnya ilmu ini posisinya dalam disiplin ilmu hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> Ilmu Gharib Al-Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">ilmu ini membahas tentang kesamaran makna lafad hadits. Karena telah berbaur dengan bahasa arab pasar. Ulama yang terdahulu menyusun kitab tentang ilmu ini adalah abu hasan al-nadru ibn syamil al-mazini, wafat pada tahun 203 H.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> ilmu Nasakh Wa Al-Mansukh Al-Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">ilmu nasakh wa al-mansukh al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang bertentangan yang hukumnya tidak dapat dikompromikan antara yang satu dengan yang lain.yang datang dahulu disebut mansukh (hadits yang dihapus) dan yang datang kemudian disebut nasikh (hadits yang menghapus).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pengetahuan ilmu tentang nasikh mansukh ini merupakan ilmu yang sangat penting untuk dan wajib dikuasai oleh seorang yang akan mengkaji hukum syariat. Sebab tidak mungkin bagi seseorang yang akan membahas tentang hukum syar’i sementara ia tidak mengenal dan menguasai ilmu tentang nasikh mansukh.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Al-hazimi berkata: disiplin ilmu ini (nasikh mansukh) termasul kesempurnaan ijtihad. Karena, rukun yang paling penting dalam beriitihad adalah pengetahuan tentang penukilan hadits, dan sedangkan faidah dari pengetahuan tentang penukilan adalah pengetahuan tentang nasikh dan mansukh.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Nasikh adalah yang menghapus atau membatalkan. Kadang-kadang nasikh ini di lakukan oleh nabi sendiri, seperti, sabdanya, “Aku pernah melarang ziarah kubur, lalu sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingattkanmu pada akhirat.”</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pokok pembahasan ilmu dirayah itu dua, yaitu :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">rijal al-sanad</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">jarah-ta’dil.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Dari pembahasan dua ulasan itu muncul penilaian, bahwa suatu matan hadits dinilai shahih, atau hasan atau dla’if. Kata penilaian seperti itu biasa disebut Mushthalah al-Hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 1. Rijal al-Sanad</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">sering disebut riwayat perawi al-hadits, yaitu untaian informasi tentang sosok perawi yang menceritakan matan hadits dari satu rawi kepada rawi yang lain, sampai pada penghimpun hadits. Informasi itu menceritakan setiap rawi, dari segi kapan dia lahir dan wafatnya, siapa guru-gurunya, kapan tahun belajarnya, siapa murid-murid yang berguru kepadanya, dari daerah mana dia, kedatangan dia ke seorang guru kapan, dalam keadaan sehat, atau campur aduk kata-katanya (ikhtilath), atau dalam periwatan hadits terdapat illat (cacad) bagi perawi, atau bagi matan hadits, dan begitulah seterusnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Dari satu segi, persyaratan perawi hadits adalah muslim, aqil-baligh, kesatria (’adalah) dan kuat ingatan (dlabith), baik dlabith ingatan atau dlabit catatan Sedangkan cara penyampaiannya bisa menggunakan pendengaran teks dari guru kepada murid, murid membaca teks di depan guru, ijazah, timbang terima teks dari guru ke murid, tulisan guru yang terkirimkan, pengumuman guru, wasiat, dan penemuan tulisan guru oleh murid (wijadah). Semua bisa dikembangan dengan teknologi sekarang, seperti konsep dlabith bisa ditambah dengan catatan, atau website, atau sms dan sebagainya..</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Tingkatan perawi hadits pertama adalah shahabat Rasulullah Saw. yaitu seseorang yang pernah bertemu Rasulullah Saw. dalam keadaan hidup, sadar dan beriman (Islam) sampai dia wafat dalam keadaan Islam.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Teknik penulisan matan hadits, sanadnya dimulai dari penyebutan sahabat Nabi, tabi’in, tabi’ al-tabi’in dan murid-muridnya, sampai guru perawi hadits yang ditulis oleh penghimpun hadits. Semua penyajian seperti itu biasanya ditulis oleh ulama mutaqaddimin dalam kitab karangannya masing-masing. Sedangkan penulisan ulama mutaakhirin dalam kitab-kitabnya hanya menyebutkan sahabat Nabi dan nama penghimpun matan hadits itu saja, seperti sebutan : Rawahu al-Bukhari dari Ibn Umar dan sebagainya. Penyajian seperti itu, baik penyajian ulama mutaqaddimin atau ulama mutaakhrin.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 2. Jarah-ta’dil</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">adalah unsur ilmu hadits yang penting dalam menentukan perawi hadits, diterima atau ditolak matan haditsnya. Dengan kata lain hadits Nabi dinilai shahih atau tidak, didasarkan pada penilaian itu. Dari segi lain, klasifikasi tingkat tinggi-rendahnya nilai hadits pun, ditentukan oleh unsur itu juga. Atas dasar itu, hampir semua kitab Ulum al-Hadits, baik karya ulama mutaqaddimin atau mutaakhirin, selalu membahas jarah ta’dil.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Kitab-kitab yang membahas jarah-ta’dil banyak sekali, dengan metode dan penyajian materi yang berbeda-beda. Tokoh yang pertama kali memperhatikan jarah ta’dil sebagai ilmu, adalah Ibn Sirin (w.110 H), Al-Sya’bi (w.103 H), Syu’bah, (w.160 H), dan al-imam Malik (w. 179 H.). Sedangkan tokoh yang pertama kali menulis kitab jarah-ta’dil adalah Yahya ibn Ma’in (168-223 H), Ali ibn al-Madini (161-234 H), dan Ahmad ibn Hanbal (164-241 H). Kemudian bermunculan kitab-kitab yang menulis jarah ta’dil.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Jarah ta’dil pada dasarnya diangkat dari ayat-ayat al-Qur’an, antara lain ayat 6 Surat al-Hujurat, dan beberapa hadits Nabi Saw. Kemudian pemahaman terhadap ayat dan hadits itu dikongkritkan oleh ahli hadits untuk dijadikan sebagai konsep jarah ta’dil. Kemudian konsep itu diterapkan pada setiap orang yang akan menceritakan hadits Nabi. Sebenarnya, pekerjaan itu sudah dilakukan oleh pengamal hadits sejak dari zaman Rasulullah, zaman sahabat Nabi, dan ulama berikutnya. Tetapi gagasan itu baru dinormatifkan sebagai ilmu hadits, pada zaman tabi’in, seperti tersebut di atas.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Jarah ta’dil adalah sebuah ilmu yang menurut sifat dan tabiatnya adalah berkembang. Tetapi sesudah karya Ibn Hajar al-Asqallani, kitab yang muncul berikutnya hanya mengutip apa adanya, sehingga tidak ada komentar baru. Tulisan ini ingin mengajak pembaca untuk mengolah jarah-ta’dil menjadi sebuah ilmu yang berkembang.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pengembangan jarah ta’dil berangkat dari dua kelompok pembahasan, yaitu :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Berangkat dari unsur rawi (pembawa hadits) dan unsur takhrij (metoda pengeluaran predikat jarah atau ta’dil pada seorang rawi yang ada dalam sanad).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Unsur dalil unsur penilaian. Yaitu unsur alasan ditetapkannya jarah atau ta’dil kepada seorang rawi, dan unsur norma-norma penilaian jarah atau ta’dil itu sendiri. Dua kelompok itulah merupakan pilar utama dalam bangunan Ilmu Hadits Dirayah.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Secara rinci, fokus pengembangan jarah ta’dil tersebar berdasarkan dua pemilahan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pemilahan matan hadits, seperti hadits akidah, hadits hukum, hadits muamalah, hadits sosial, hadits kepribadian, dan sebagainya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Pemilahan rawi dari segi jarah atau ta’dil berdasarkan jenjang kaidahnya, sehingga muncul pengkelompokkan ulama pemikir jarah ta’dil menjadi ulama mutasyaddidin, ulama mutawassithin, atau ulama mutasahilin. Semua itu berangkat dari penilaian mereka terhadap rawi, sehingga ada rawi yang disepakati jarahnya, ada yang disepakati adilnya, dan yang paling banyak adalah ulam yang diikhtilafkan penilaian jarah dan ta’dilnya. Atas dasar itu, jarah-ta’dil dapat diterapkan pada konteks yang berbeda-beda.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Selain itu, Ilmu Hadits Dirayah juga mengolah matan hadits, dari segi penawaran beberapa metode yang diperlukan oleh Ilmu Hadits Riwayah. Model-model pengolahan itu banyak sekali, tetapi dalam tulisan ini hanya disajikan dua model saja, yaitu matan hadits dan kebudayaan, atau mekanisme matan hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Matan hadits dan kebudayaan terdiri atas tiga masalah, yaitu (1) bentuk-bentuk hadits Nabi meliputi hadits qudsi, hadits nabawi bukan qudsi, jawami’ al-kalim, hadits dzikir dan do’a, hadits riwayat bi al-makna, dan aqwal al-shahabah. Semua dikutip untuk dikembangkan, setelah ditafsirkan oleh para ulama dalam bentuk kitab. Penafsiran ulama dalam kitab-kitab itu disebut format hadits Gambarannya adalah sebagai berikut :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> Matan Hadits Nabi dan kebudayaan (Format dan formatisasi oleh matan hadits)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Format hadits dinilai agama, sedangkan kehidupan masyarakat dinilai budaya, maka penerapan hadits kepada masyarakat disebut formatisasi. Yaitu pengolahan konsep penerapan hadits Nabi kepada masyarakat, sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh hadits itu. Unsur penerapan formatisasi ada lima, yaitu :</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Penyusun konsep syarah yang berinisiatip untuk mengembangkan format hadits. Nasikh Mansukh fi al-Hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Misi format baik verbal atau non-verbal yang memiliki nilai, norma, gagasan, atau maksud yang dibawakan oleh format hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Alat atau wahana yang digunakan oleh penyusun konsep, untuk menyampaikan pesan formatisasi kepada masyarakat. Halayak atau komentator yang menerima formatisasi dari penyusun konsep,</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> </span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Gambaran atau tanggapan yang terjadi pada penerima format setelah melihat formatisasi. Unsur ini tetap diperlukan untuk melihat perkembangan formatisasi.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Teori nasikh-mansukh diterapkan, ketika ada dua hadits yang isinya kelihatan bertentangan, dan susah dijadikan istinbath sebagai dalil hukum. Teori ini dikembangkan oleh Ilmu Ushul Fiqh ketika membahas hadits sebagai dalil hukum. Contohnya seperti sabda Rasulullah ”Saya melarang kamu sekalian tentang ziarah ke kuburan. Maka ziarahilah ke kuburan, karena itu mengingatkan kamu ke akhirat.” Riwayat Malik, Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi dan al-Nasai.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Hampir semua kitab Dirayah Hadits membahas tentang nasikh-mansukh. Tokoh yang pertama kali menulis Dirayah tentag ini adalah Qatadah ibn Di’amah (w.118 H), tetapi kitab itu tidak dicetak sampai sekarang. Disusul oleh kitab ”Nasikh al-hadits wa mansukhuh” karya Al-Atsram (w. 261 H), disusul lagi oleh kitab ”Nasikh al-Hadits wa Mansukhuh” karya Ibn Syahin (w. 386 H). Tetapi kitab yang banyak beredar adalah Al-I’tibar fi al-Nasikh wa al-Mansukh min al-Atsar” karya Abu Bakar al-Hamdzani (w. 584 H).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>3. Asbab Wurud al-Hadits.</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Teori ini membahas tentang latar belakang datangnya sebuah hadits yang diterima oleh seorang rawi (shahabat). Pembahasan ini sama seperti ungkapan Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Ulum al-Qur’an. Dalam kaitan ini, wurud al-hadits juga banyak membahas persesuaian (munasabat) antara satu matan hadits dengan matan hadits yang lain. Tokoh yang pertama kali membahas tentang Asbab Wurud al-Hadits adalah Abu Hafsh al-’Ukburi (w. 468 H). Tetapi kitab yang lebih lengkap adalah Al-Bayan wa al-Tarif fi Asbab Wurud al-Hadits al-Syarif karya Ibn Hamzah al-Dimasyqi (w. 1120 H).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Nasikh-Mansukh dan Asbab Wurud al-Hadits adalah dua teori Ilmu Hadits Dirayah yang berdekatan sasaranya, dan saling menunjang dalam penerapan makna. Nasikh-Mansukh dalam hadits tidak dapat diketahui tanpa melihat Wurud al-Hadits lebih dahulu. Hadits yang datang pertama disebut mansukh, dan hadits berikutnya disebut nasikh. Dua teori itu banyak dibahas oleh kitab-kitab Ulum al-Hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Jika nasikh-mansukh dan wurud al-hadits hanya diolah dengan pendekatan tekstualis, seperti filosofis, atau yuridis, tologis saja, maka ilmu hadits tidak dapat berkembang. Salah satu model pengembangan masalah ini adalah menggunakan pendekatan interdisipliner, atau ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Setidaknya ada dua sistem nilai yang diterapkan pada makna hadits yang berinteraksi, baik interaksi antara hadits dengan hadits, atau hadits dengan kasus yang melingkari. Dua sistem itu adalah sistem internal dan sistem eksternal (maa fi al-hadits dan maa haul al-hadits).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Sistem internal adalah semua sistem nilai yang dibawakan oleh sebuah hadits, ketika ia diterapkan pada satu makna, atau pada maksud hadits yang dituju. Nilai itu terlihat ketika hadits itu diberi interpretasi seperti nilai akidah, hukum fiqh, akhlak, nasihat, do’a dan sebagainya. Dalam istilah lain, sistem internal mencakup juga pola pikir, kerangka rujukan, struktur kognitif, atau juga sikap, yang dikandung oleh matan hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Sedangkan sistem eksternal terdiri atas unsur-unsur yang ada dalam lingkungan di luar isi matan hadits. Lingkungan itu, termasuk struktur yang mendorong munculnya matan hadits, atau kejadian yang melatarbelakangi tampilnya sebuah hadits, atau jawaban Rasulullah yang muncul karena pertanyaan sahabat. Lebih dari itu, pemecahan sebuah hadits yang ditulis oleh seorang perawi pun bisa diterima berdasarkan latar belakang munculnya pemecahan itu.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ulama pertama yang membukukan ilmu hadis dirayah adalah Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi (265-360 H) dalam kitabnya, al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa ‘iz (Ahli Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat). Sebagai pemula, kitab ini belum membahas masalah-masalah ilmu hadis secara lengkap. Kemudian muncul al-Hakim an-Naisaburi (w. 405 H/1014 M) dengan sebuah kitab yang lebih sistematis, Ma’rifah ‘Ulum al-Hadis (Makrifat Ilmu Hadis).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> C. Cabang-cabang Ilmu Hadist</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Cabang-cabang besar yang tumbuh dari ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah ialah:</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> 1. IImu Rijalil Hadist</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang membahas tentang para perawi hadits, baik dari sahabat, tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya. Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi penerima hadits dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, mazhab yang dipegang oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu dalam menerima hadis.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Sungguh penting sekali ilmu ini dipelajari dengan seksama, karena hadis itu terdiri dari sanad dan matan. Maka mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari pengetahuan. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat umum para perawi-perawi, Ada yang menerangkan perawi-perawi yang dipercayai saja, Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para pemuat hadis maudu’. Dan ada yang menerangkan sebab-sebab dianggap cacat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut kata -kata yang dipakai untuk itu serta martabat perkataan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan berlainan sebutan yang di dalam ilmu hadits disebut Mu’talif dan Mukhtalif. Dan ada yang menerangkan nama-nama perawi yang sama namanya, lain orangnya, Umpamanya Khalil ibnu Ahmad. Nama ini banyak orangnya. Ini dinamai Muttafiq dan Muftariq. Dan ada yang menerangkan nama- nama yang serupa tulisan dan sebutan, tetapi berlainan keturunan dalam sebutan, sedang dalam tulisan serupa. Seumpama Muhammad ibnu Aqil dan Muhammad ibnu Uqail. Ini dinamai Musytabah. Dan ada juga yang hanya menyebut tanggal wafat.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>2. Ilmul Jarhi Wat Takdil</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu Jarhi Wat Takdir, pada hakekatnya merupakan suatu bagian dari ilmu rijalil hadis. Akan tetapi, karena bagian ini dipandang sebagai yang terpenting maka ilmu ini dijadikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan ilmul jarhi wat takdil ialah: “Ilmu yang menerangkan tentang catatan-catatan yang dihadapkan pada para perawi dan tentang penakdilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu. ” Ilmu Jarhi wat Ta’dil dibutuhkan oleh para ulama hadits karena dengan ilmu ini akan dapat dipisahkan, mana informasi yang benar yang datang dari Nabi dan mana yang bukan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Mencacat para perawi (yakni menerangkan keadaannya yang tidak baik, agar orang tidak terpedaya dengan riwayat-riwayatnya), telah tumbuh sejak zaman sahabat. Menurut keterangan Ibnu Adi (365 H) dalam Muqaddimah kitab AI-Kamil, para ahli telah menyebutkan keadaan-keadaan para perawi sejak zaman sahabat.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Di antara para sahabat yang menyebutkan keadaan perawi-perawi hadits ialah Ibnu Abbas (68 H), Ubadah ibnu Shamit (34 H), dan Anas ibnu Malik (93 H). Di antara tabi’in ialah Asy Syabi(103 H), Ibnu Sirin (110H), Said Ibnu AI-Musaiyab (94 H). Dalam masa mereka itu, masih sedikit orang yang dipandang cacat. Mulai abad kedua Hijrah baru ditemukan banyak orang-orang yang lemah. Kelemahan itu adakalanya karena meng-irsal-kan hadits, adakalanya karena me- rafa-kan hadits yang sebenarnya mauquf dan adakalanya karena beberapa kesalahan yang tidak disengaja, seperti Abu Harun AI-Abdari (143 H).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Kitab bidang ilmu ini yang terkenal diantaranya “Al Jarhu wat Ta’dil” karya Abdur Rahman Bin Abi Hatim Ar Razy.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 3. IImu Illail Hadis</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadis. Yakni menyambung yang munqati, merafakan yang mauqu memasukkan satu hadits ke dalam hadits yang lain dan yang serupa itu semuanya ini, bila diketahui, dapat merusakkan kesahihan hadist.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu ini merupakan semulia-mulia ilmu yang berpautan dengan hadis, dan sehalus-halusnya. Tak dapat diketahui penyakit-penyakit hadits melainkan oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan-matan hadits.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan bahwa cara mengetahui ‘illah hadits adalah dengan mengumpulkan beberapa jalan hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan kedhabithan mereka, yang dilakukan oleh orang orang yang ahli dalam ilmu ini. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah hadits itu mu’tal (ada ‘illatnya) atau tidak. Jika menurut dugaan penelitinya ada ‘illat pada hadits tersebut maka dihukuminya sebagai hadits tidak shahih .</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Di antara para ulama yang menulis ilmu ini, ialah Ibnul Madini (23 H), Ibnu Abi Hatim (327 H), kitab beliau sangat baik dan dinamai Kitab Illial Hadist. Selain itu, ulama yang menulis kitab ini adalah AI-lmam Muslim (261 H), Ad-Daruqutni (357 H) dan Muhammad ibnu Abdillah AI-Hakim.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>4. Ilmu nasih wal mansuh</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah dimansuhkan dan yang menasihkannya.Apabila didapati suatu hadits yang maqbul, tidak ada yang memberikan perlawanan maka hadits tersebut dinamai Muhkam. Namun jika dilawan oleh hadits yang sederajatnya, tetapi dikumpulkan dengan mudah maka hadits itu dinamai Mukhatakiful Hadits. Jika tak mungkin dikumpul dan diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu, dinamai Nasih dan yang terdahulu dinamai Mansuh.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Banyak para ahli yang menyusun kitab-kitab nasih dan mam’uh ini, diantaranya Ahmad ibnu Ishaq Ad-Dillary (318 H), Muhammad ibnu Bahar AI-Asbahani (322 H), Alunad ibnu Muhaminad An-Nah-has (338 H) Dan sesudah itu terdapat beberapa ulama lagi yang menyusunnya, yaitu Muhammad ibnu Musa Al-Hazimi (584 H) menyusun kitabnya, yang dinamai Al-lktibar. Kitab AI-Iktibar itu telah diringkaskan oleh Ibnu Abdil Haq (744 H)</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> 5. Ilmu Asbabi Wuruddil Hadist</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi yang menurunkan sabdanya dan masa-masanya Nabi menurunkan itu. Menurut Prof Dr. Zuhri ilmu Asbabi Wurudil Hadits adalah ilmu yang menyingkap sebab-sebab timbulnya hadits. Terkadang, ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam memahami hadits, sebagaimana ilmu Ashabin Nuzul menolong kita dalam memahami Al-Quran. Disamping itu, ilmu ini mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran islam secara komprehensif. Asbabul Wurud dapat juga membantu kita mengetahui mana yang datang terlebih dahulu di antara dua hadits yang “Pertentangan”. Karenanya tidak mustahil kalau ada beberapa ulama yang tertarik untuk menulis tema semacam ini.Misalnya, Abu Hafs Al- Akbari (380-456H), Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Kamaluddin, yang lebih dikenal dengan Ibn hamzah Al-Husainy Al-Dimasyqy (1054-1120H) denagn karyanya Al-Bayan Wa Al Ta’rif Fi Asbab Wurud Al- hadits Al-Syarif.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ulama yang mula-mula menyusun kitab ini dan kitabnya ada dalam masyarakat iaIah Abu Hafas ibnu Umar Muhammad ibnu Raja Al-Ukbari, dari murid Ahmad (309 H), Dan kemudian dituliskan pula oleh Ibrahim ibnu Muhammad, yang terkenal dengan nama Ibnu Hamzah Al Husaini (1120 H), dalam kitabnya AI-Bayan Wat Tarif yang telah dicetak pada tahun 1329 H.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>6. Ilmu Talfiqil Hadist</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadits-hadits yang isinya berlawanan.Cara mengumpulkannya adakalanya dengan menakhsiskan yang ‘amm, atau menaqyidkan yang mutlak, atau dengan memandang banyaknya yang terjadi. Ilmu ini dinamai juga dengan ilmu Mukhtaliful Hadis. Di antara para ulama besar yang telah berusaha menyusun, ilmu ini ialah Al-Imamusy Syafii (204 H), Ibnu Qurtaibah (276 H), At-Tahawi (321 H) dan ibnu Jauzi (597 H). Kitabnya bernama At-Tahqiq, kitab ini sudah disyarahkan oleh Al-Ustaz Ahmad Muhammad Syakir dan baik sekali nilainya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 7. Ilmu Fannil Mubhammat</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut dalam matan, atau di dalam sanad. Di antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam kitab Al-Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Perawi-perawi yang tidak tersebut namanya dalam shahih bukhari diterangkan dengan selengkapnya oleh Ibnu Hajar Al-Asqallanni dalam Hidayatus Sari Muqaddamah Fathul Bari.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>8. Ilmu Ghoriebil Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Yang dimaksudkan dalam ilmu haddits ini adalah bertujuan menjelaskan suatu hadits yang dalam matannya terdapat lafadz yang pelik, dan yang sudah dipahami karena jarang dipakai, sehingga ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut. Kitab yang terkenal dalam ilmu ini diantaranya “Al-Faiqu fi Gharibi’l Hadits” karya Imam Zamakhsyary</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 9. Ilmu Tashif wat Tahrif</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Yaitu ilmu yang menerangkan tentang hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (dinamai mushohaf), dan bentuknya (dinamai muharraf).</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>10. Ilmu Tawarikhir Ruwah</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu tentang hal-ihwal para rawi, tanggal lahir, tanggal wafat, guru-gurunya, tanggap kapan mendengar dari gurunya, orang yang berguru kepadanya, kota kampung halamannya, perantauannya, keadaan masa tuanya dan semua yang berkaitan dengan per haditsan. Kitab Tawarikhir Ruwah yang terkenal “At-Tarikhu’l-Kabir” karya Imam Bukhary dan “Tarikh Baghdad” karya Imam Al Khatib Baghdady.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><b> 11. Ilmu Thabaqotur Ruwah</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang (rawi) yang berserikat dalam suatu alat pengikat yang sama.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Kitab bidang ilmu ini yang terkenal diantaranya “Thabaqatur Ruwah” karya Al Hafidz Abu ‘Amr Khalifah Bin Khayyath Asy Syaibany.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b> 12. Ilmu Tawarikhu’l Mutun</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang menitik beratkan kapan dan dimana atau di waktu apa hadits itu diucapkan atau peebuatan itu dilakukan Rasulullah saw. Kitab yang terkenal dalam ilmu ini diantaranya “Mahasinu’l Ishthilah” karya Imam Sirajuddin Abu Hafsh ‘Amar Bin Salar Al-Bulqiny.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"> <b>13. Ilmu Mukhtaliful Hadits</b></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Ilmu yang membahas hadits hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan, untuk dikompromikan, sebagaimana halnya membahas hadits hadits yang sukar dipahami atau diambil isinya, untuk menghilangkan kesukarannya dan menjelaskan hakikat-hakikatnya.</span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #141823; font-family: Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;">Kitab yang terkenal dalam bidang ini diantaranya “Musykilu’l Hadits wa Bayanuhu” karya Abu Bakr Muhammad Bin Al Hasan (Ibnu Furak) Al Anshary Al Asbihany.</span></span></div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-77504492018718850942014-12-12T09:25:00.001-08:002015-04-21T13:46:45.905-07:00Tafsir firman Allah Swt: "Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuanyang berzina, atau perempuan yang musyrik."<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ulama tafsir berbeda pendapat terkait firman Allah Ta'ala, ""Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin." (QS. An-Nur: 3) Tentang apakah laki-laki yang baik-baik diharamkan menikahi wanita pezina sebelum taubatnya atau wanita yang baik-baik diharamkan laki-laki pezina sebelum taubatnya. Dalam masalah ini terdapat dua pendapat;<br />
<br />
Pendapat Pertama: Ayat tersebut menunjukkan keharaman. Ini merupakan pendapat Ahmad bin Hambal rahimahullah, sebagaimana kami dapatkan dalam Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 7/108. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiah dan muridnya Ibnu Qoyim menguatkan pendapat ini dengan dalil-dalil yang banyak. Lihat Majmu Fatawa, 15/315, 32/113, Ighatsatul-Lahafan, 1/65. Telah disebutkan di situs kami ini dipilihnya pendapat ini dalam jawaban soal no. 85335, 96460, 104492. Begitu pula halnya ucapan Imam Syafi'I rahimahulah. Hanya saja Imam Syafi'i berkata bahwa hukum tersebut mansukh (terhapus), lalu beliau membolehkan pernikahan dengan laki-laki pezina dan wanita pezina.<br />
<br />
Beliau rahimahullah berkata, "Ahli tafsir berbeda pendapat dalam masalah dengan perbedaan yang mencolok. Yang lebih dekat menurut kami adalah apa yang dinyatakan oleh Ibnu Musayyab bahwa hukum ini telah terhapus. Dihapus oleh ayat, "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu," maka wanita tersebut termasuk orang-orang yang sendirian di kalangan kaum muslimin. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Musayyab insya Allah. Dalilnya terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah.<br />
<br />
Al-Umm, 5/158<br />
<br />
Pendapat Kedua; Pada dasarnya ayat tersebut tidak menunjukkan keharaman. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Ini merupakan khabar (informasi) dari Allah Ta'ala bahwa seorang laki-laki pezina tidak berjimak kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik. Maksudnya adalah tidak ada yang menyambut keinginannya untuk berzina kecuali wanita pezina yang suka maksiat atau wanita musyrik yang tidak memandang keharaman zina.<br />
<br />
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, "Yang dimaksud bukanlah nikah, tapi jimak. Maka maknanya adalah, tidaklah laki-laki pezina berzina kecuali dengan wanita pezina." Sanadnya shahih, juga diriwayatkan darinya dari jalur yang lain. Begitu juga telah meriwayatkan hal serupa Mujahid, Ikrimah, Said bin Zubair, Urwah bin Zubai, Adh-Dhahhak, Makhul, Muqatil bin Jiyan serta yang lainnya.<br />
<br />
Tafsir Al-Quranul Adzim, 6/9<br />
<br />
Ketika mendiskusikan kedua pendapat ini, Al-Amin Asy-Syinqity dalam Kitabny Adhwa'ul Bayan, 5/417-428, menjelaskan dan munguraikannnya panjang lebar. Kami akan ketengahkan perkataannya di sini dengan sedikit diringkas, "Termasuk macam-macam penjelasan yang terkandung dalam Kitab yang diberkahi ini, pendapat sebagian ulama dalam satu ayat, dan pada ayat yang sama terdapat petunjuk yang menunjukkan tidak benarnya pendapat tersebut. Di antaranya adalah ayat yang mulia ini. Penjelasannya adalah, pada ulama berbeda pendapat dengan apa yang dimaksud dengan pernikahan dalam ayat ini. Sekelompok ulama berpendapat bahwa yang dimaksud 'nikah' dalam ayat ini adalah bersetubuh dalam arti berzina. Sementara sekelompok ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan nikah dalam ayat ini adalah 'akad pernikahan'. Maka mereka berpendapat tidak boleh bagi orang baik-baik menikahi wanita pezina, begitu juga sebaliknya. Pendapat ini, bahwa yang dimaksud nikah dalam ayat ini adalah 'menikah' bukan bersetubuh, pada ayat yang sama terdapat petunjuk yang menunjukkan ketidabenarannya. Yaitu petunjuk disebutkannya laki-laki musyrik dan wanita musyrik dalam ayat ini. Karena orang laki-laki muslim tidak boleh menikah dengan wanita musyrik. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, <br />
<br />
وَلاَ تَنْكِحُواْ الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ (سورة البقرة: 221)<br />
<br />
"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman." (QS. Al-Baqarah: 221)<br />
<br />
Juga firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
لاَ هُنَّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلاَ هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ (سورة الممتحنة: 10)<br />
<br />
"Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka." (QS. Al-Mumtahanah: 10)<br />
<br />
Juga firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
وَلاَ تُمْسِكُواْ بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ<br />
<br />
"Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir." (QS. Al-Mumtahanah: 10)<br />
<br />
Demikian pula, wanita muslimah pezina, tidak dihalalkan menikah dengan laki-laki musyrik, berdasarkan firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
وَلاَ تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُواْ<br />
<br />
"Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman." (QS. Al-Baqarah: 221)<br />
<br />
Menikah dengan wanita musyrik dan laki-laki musyrik tidak halal sama sekali. Maka hal tersebut menjadi petunjuk bahwa yang dimaksud 'nikah' (dalam ayat tersebut) adalah bersetubuh yang berarti berzina, bukan akad nikah. Karena jika diartikan akad nikah menjadi tidak sesuai dengan disebutkannya laki-laki musyrik dan wanita musyrik.<br />
<br />
Sisi kedua adalah pendapat mereka bahwa yang dimaksud dengan 'nikah' dalam ayat tersebut adalah 'perkawinan'. Hanya saja, ayat ini, ' Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina' telah dimansukh (dihapus) dengan firman Allah Ta'ala, "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu." (QS. An-Nur: 32). Yang berpendapat bahwa ayat tersebut telah dihapus adalah Sa'id bin Musayyab dan Asy-Syafi'i.<br />
<br />
Al-Qurthubi dalam tafsirnya berkata tentang ayat ini, "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan para shahabatnya bahwa yang dimaksud 'nikah' dalam ayat ini adalah bersetubuh. Dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma termasuk shahabat yang paling mengetahui tafsir Al-Quranul Azim serta tidak diragukan lagi ilmunya tentang bahasa Arab. Maka pendapatnya yang mengatakan bahwa yang dimaksud 'nikah' dalam ayat ini adalah bersetubuh, bukan akad, menunjukkan bahwa hal tersebut berlaku dalam gaya bahasa yang fasih. Maka dugaan bahwa penafsiran ini (mengartikan 'nikah' dalam ayat tersebut sebagai 'setubuh') tidak sah dari sudut pandang bahasa Arab, terbantahkan oleh pendapat Ibnu Abbas.<br />
<br />
Sekelompok ulama lain ada yang berpendapat, tidak boleh menikahkan seorang laki-laki pezina dengan wanita baik-baik, tapi tidak sebaliknya (boleh menikahkan laki-laki baik-baik dengan wanita pezina). Ini adalah pendapat dalam mazhab Ahmad. Diriwayatkan pula pendapat tersebut dari Al-Hasan dan Qatadah. Mereka yang berpendapat seperti ini berdalil dengan beberapa ayat dan hadits.<br />
<br />
Di antara ayat yang mereka jadikan dalil adalah ayat yang sedang kita bahas ini, yaitu firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
الزَّانِى لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لاَ يَنكِحُهَا إِلاَّ زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرّمَ ذالِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ<br />
<br />
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin."<br />
<br />
Mereka berkata, "Yang dimaksud 'nikah' dalam ayat ini adalah perkawinan. Allah telah menjelaskan tentang pengharamannya dalam firman-Nya, " dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin." Mereka berkata, 'Isyarat dengan kata 'yang demikian itu' kembali kepada perkawinan laki-laki pezina dengan selain wanita pezina dan wanita musyrik. Berarti secara tekstual Al-Quran telah menyatakan diharamkannya menikahkan laki-laki pezina dengan wanita baik-baik, begitu juga sebalinya.<br />
<br />
Di antara ayat yang mereka jadikan dalil adalah firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ وَلاَ مُتَّخِذِى أَخْدَانٍ (سورة المائدة: 5)<br />
<br />
(Dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. (QS. Al-Maidah: 5)<br />
<br />
Mereka berkata, firman Allah Ta'ala, " dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina" maksudnya adalah menjaga dirinya dengan tidak melakukan zina. Maka, pemahaman kebalikan dari ayat ini adalah tidak dibolehkan menikahkan seorang laki-laki pezina dengan wanita mukmin yang menjaga kehormatannya, tidak juga dengan wanita yang baik-baik dari kalangan Ahli Kitab.<br />
<br />
Firman Allah Ta'ala,<br />
<br />
فَانكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ وَءاتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ مُحْصَنَات غَيْرَ مُسَافِحَاتٍ وَلاَ مُتَّخِذَاتِ أَخْدَانٍ (سورة النساء: 25)<br />
<br />
"Karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; (QS. An-Nisa: 25)<br />
<br />
Yang dimaksud dengan 'wanita yang memelihara diri bukan pezina' adalah wanita yang menjaga kehormatannya, bukan wanita pezina. Maka pemahaman kebalikan dari ayat ini adalah bahwa seandainya mereka wanita pezina yang tidak memelihara dirinya, niscaya tidak boleh menikah dengannya.<br />
<br />
Termasuk dalil dari pendapat ini adalah bahwa semua hadits yang diriwayatkan tentang turunnya ayat,<br />
<br />
الزَّانِى لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً<br />
<br />
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik."<br />
<br />
Semuanya berbicara tentang akad nikah, tidak satupun yang berbicara tentang bersetubuh. Sedangkan yang telah ditetapkan dalam Ushul fiqh, bahwa gambaran yang terdapat dalam sebab turunnya ayat harus menjadi bagian dari hukum dalam ayat tersebut. Begitu pula terdapat dalam sunnah yang mendukung benarnya pendapat mereka dalam ayat tersebut,yaitu bahwa yang dimaksud 'nikah' dalam ayat tersebut adalah 'perkawinan' dan bahwa seorang laki-laki pezina tidak boleh menikah kecuali dengan wanita pezina semacamnya.<br />
<br />
Abu Hurairah radhiallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau berkata,<br />
<br />
الزاني المجلود لا ينكح إلا مثله<br />
<br />
"Seorang pezina laki-laki yang telah di(hukum) cambuk, tidak boleh menikah kecuali dengan (wanita pezina) semisalnya."<br />
<br />
Ibnu Hajar berkata dalam Kitab Bulughul Maram dalam hadits Abu Hurairah ini; Riwayat Ahmad dan Abu Daud, para perawinya tsiqoh.<br />
<br />
Adapun hadits yang diriwayatkan tentang sebab turunnya ayat ini. Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa seorang laki-laki muslim minta izin kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang seorang wanita yang dikenal dengan nama Ummu Mahzul, dia dikenal sebagai pezina. Wanita tersebut minta dia menikahinya dengan syarat dia (sang wanita) yang memberi nafkah kepadanya. Maka ketika dia minta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, atau menyebutkan permasalahannya, Nabi membaca ayat, "Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik."<br />
<br />
Di antaranya juga hadits Amr bin Syu'aib dari bapaknya, dari kakeknya, bahwa Martsab bin Abu Martsad Al-Ghanawi membawa tawanan di Mekah. Dahulu di Mekah terdapat pelacur yang dipanggil 'Inaq' yang dahulunya merupakan kekasihnya. Dia berkata, "Maka aku datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah aku boleh menikah dengan Inaq?' Beliau diam tidak menjawabku, lalu turun ayat,<br />
<br />
وَالزَّانِيَةُ لاَ يَنكِحُهَا إِلاَّ زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ<br />
<br />
"Wanita pezina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik.<br />
<br />
Maka kemudian beliau memanggilku, lalu membacanya di hadapanku. Lalu beliau berkata, "Jangan nikahi dia." Riwayat Abu Daud, Nasa'I dan Tirmizi. Dia berkata, 'Hadits ini hasan gharib, tidak kami ketahui kecuali jalur periwayat ini."<br />
<br />
Mereka berkata, "Hadits-hadits ini dan semacamnya menunjukkan bahwa yang dimaksud 'nikah' pada ayat الزَّانِى لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً adalah perkawinan, bukan bersetubuh. Dan sebab turunnya ayat seudah semestinya termasuk bagian dari hukum dalam ayat tersebut, sebagaimana telah ditetapkan dalam ilmu Ushul Fiqh.<br />
<br />
Ibnu Qoyim berkata dalam Kitab Zadul Ma'ad, redaksinya sebagai berikut, "Adapun menikahi wanita pezina, telah Allah tegaskan keharamannya dalam surat An-Nur. Dia menjelaskan bahwa yang menikahinya, kalau tidak dia seorang laki-laki pezina atau laki-laki musyrik. Maka, dia boleh jadi berpegang teguh dengan hukum Allah Ta'ala dan meyakini kewajibannya atau tidak. Apabila dia tidak melaksanakannya dan tidak meyakininya, maka dia musyrik. Apabila dia melaksanakannya dan meyakini kewajibannya, namun dia menyalahinya, maka dia pezina. Kemudian Allah menjelaskan keharamannya, " dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin."<br />
<br />
Pendapat bahwa ayat tersebut dihapus oleh ayat, 'Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu." (QS. An-Nur: 32), tak diragukan lagi sebagai pendapat yang paling lemah. Lebih lemah dari itu, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud 'nikah' adalah zina. Karena, dengan demikian, makna ayatnya adalah 'Pezina laki-laki tidak berzina kecuali dengan wanita pezina dan musyrik. Pezina wanita tidak bezina kecuali laki-laki pezina dan musyrik. Kalamullah harus dipelihara dari pendapat seperti itu. Begitu pula memahami ayat tersebut sebagai wanita pelacur dari kalangan musyrik, adalah pendapat yang sangat jauh maknanya dari segi bahasa dan susunan kalimatnya. Bagaimana tidak, karena Allah Ta'ala membolehkan menikahi orang-orang merdeka dan budak semata-mata dengan syarat terjaga kehormatan.<br />
<br />
Dia berfirman, "Karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya," (QS. An-Nisa: 25)<br />
<br />
Allah membolehkan menikahinya karena kondisi tersebut, bukan karena yang lainnya. Petunjuk ini bukan berdasarkan pemahaman, tapi asal dari bersetubuh adalah haram, maka membolehkannya hanya terbatas pada apa yang telah dijelaskan dalam syariat. Selain ini hukum tetap kembali kepada asalnya, yaitu haram." Demikin kesimpulan dari pernyataan Ibnu Qoyim.<br />
<br />
Dalil-dalil yang telah kami sebutkan adalah argumen orang-orang yang berpendapat dilarangnya menikahkan laki-laki pezina dengan wanita yang baik-baik, begitu juga sebaliknya. Jika anda telah mengetahui pendapat-pendapat para ulama dan dalil-dalil mereka tentang pernikahan perempuan dan laki-laki pezina, maka berikutnya kita akan mendiskusikan dalil-dalil mereka.<br />
<br />
Adapun ucapan Ibnu Qoyim, bahwa pemahaman 'nikah' sebagai 'bersetubuh' hendaknya Kitabullah dipelihara dari pemahaman semacam itu, terbantahkan oleh pendapat Ibnu Abbas, padahal dia adalah orang yang memahami bahasa Arab dan makna Al-Quran, yang berdasarkan riwayat shahih darinya bahwa 'nikah' yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah bersetubuh. Seandainya makna seperti ini Kitabullah harus dipelihara darinya, niscaya Ibnu Abbas telah lebih dahulu menjaganya. Namun dia tidak mengatakan demikian dan tidak akan tersembunyi baginya jika memang Al-Quran hendaknya dipelihara dari pemahaman secaman itu.<br />
<br />
Ibnu Al-Arabi berkata terkait penafsiran Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud nikah tersebut adalah zina, 'Ini adalah makna yang benar'. Demikian Al-Qurthubi mengutip darinya.<br />
<br />
Adapun perkataan Said bin Musayyab dan Asy-Syafii, bahwa ayat<br />
<br />
الزَّانِى لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً<br />
<br />
telah dimansukh (dihapus) oleh ayat<br />
<br />
( وَأَنْكِحُواْ الايَامَى مِنْكُمْ ).<br />
<br />
Kemungkinan tersebut cukup jauh. Karena ketetapan yang terdapat dalam kaidah mazhab Syafi'i, Malik dan Ahmad adalah bahwa dalil yang bersifat khusus tidak dapat dihapus oleh dalil yang bersifat umum, dan bahwa dalil yang khusus secara mutlak masuk dalam perkara yang umum. Apakah diturunkannya lebih dahulu atau belakangan. Sebagaimana diketahui bahwa ayat<br />
<br />
( وَأَنْكِحُواْ الأيَامَى مِنْكُمْ )<br />
<br />
lebih bersifat umum secara mutlak ketimbang ayat<br />
<br />
( الزَّانِى لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً )<br />
<br />
maka pendapat yang mengatakan bahwa ayat tersebut dihapus, terlarang dengan sendirinya berdasarkan prinsip yang telah ditetapkan dalam mazhab imam yang tiga tersebut. Akan tetapi hal tersebut dibolehakn berdasarkan kaidah yang terdapat dalam mazhab Hanafi rahimahullah. Sebagaimana telah kami jelaskan dalam surat Al-An'am. <br />
<br />
Sudah dijawab tentang pendapat Said bin Musayyab dan Syafii tentang penghapusan ayat tersebut bahwa keduanya memahaminya dari tanda yang terdapat dalam ayat, yaitu bahwa orang merdeka yang belum menikah tidak dibatasi dengan kesalehan. Pembatasan kesalehan tersebut hanya menjadi batas bagi hamba laki-laki maupun perempuan. Karena itu Allah berkata setelah ayat tersebut<br />
<br />
( وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمائِكُمْ )<br />
<br />
Dia berkata, batasannya adalah 'Allah memaafkan dan mengampuninya.'<br />
<br />
Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling sulit pemahamannya. Karena jika memahami nikah sebagai perkawinan, tidak sesuai dengan kata 'wanita musyrik' dan 'laki-laki musyrik'. Sedangkan jika 'nikah' dipahami sebagai 'bersetubuh' tidak sesuai dengan hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut. Maka dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan 'nikah'dalam ayat tersebut adalah perkawinan.<br />
<br />
Saya tidak mengetahui solusi yang jelas tentang pemahaman ayat ini kecuali sedikit mengabaikan beberapa hal. Yaitu bahwa pendapat yang paling shahih menurut kalangan ahli ushul, sebagaimana diterangkan oleh Abul Abbas Ibnu Taimiah dalam tesisnya dalam ilmu Al-Quran dan dia katakan sebagai pendapat ulama mazhab yang empat, bahwa dibolehkan memaknai kalimat yang memiliki makna berbeda dengan dua makna atau beberapa makna. Maka jika dikatakan,<br />
<br />
'عدا اللصوص البارحة على عين زيد'<br />
<br />
(Para pencuri itu malam tadi telah melakukan kejatan terhadap 'mata' zaid) maka dapat kita katakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa mereka telah melukai mata penglihatannya, merusak mata airnya yang mengalir dan mencuri 'mata' yang terdapat dalam emas dan peraknya.<br />
<br />
Jika hal tersebut telah anda terapkan, maka ketahuilah bahwa kata 'nikah' memiliki kandungan makna yang sama antara bersetubuh dan perkawinan. Berbeda dengan yang mengaku bahwa hakekat maknanya adalah salah satunya saja, sedang makna lainnya bersifat majaz (kiasan), sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya.<br />
<br />
Jika dibolehkan satu kata mengandung dua makna yang berbeda, maka kata 'nikah' dalam ayat ini dapat bermakna perkawinan dan bersetubuh sekaligus. Sedangkan disebutkannya wanita musyrik dan laki-laki musyrik dalam penafsiran kata 'nikah' dengan bersetubuh saja, bukan akad perkawinan. Ini yang disebut sebagai tindakan sedikit mengabaikan prinsip tadi, sebagaimana telah kami nyatakan. Ilmu hanya di sisi Allah Ta'ala. Mayoritas ulama berpendapat dibolehkannya menikah dengan wanita pezina, sedangkan yang melarangnya lebih sedikit. Dalil-dalil semua pihak telah saya jelaskan.<br />
<br />
Ketahuilah bahwa mereka yang berpendapat dibolehkannya orang laki-laki baik-baik menikah dengan wanita pezina, tidak berarti sang suami pezina tersebut yang dikenal orang baik, sebagai dayyuts, karena dia menikahinya semata-mata untuk melindunginya dan menjaganya serta mencegahnya dari perbuatan nista, yaitu dengan memantaunya selalu, dan jika dia keluar, pintu rumah ditutup, diringi kecemburuan yang sangat serta menghindar dari dari hal yang dapat menimbulkan prasangka. Jika terjadi sesuatu diluar pengetahuannya sementara dia telah sungguh-sungguh memeliharanya, maka tidak ada dosa padanya, dan dia tidak disebut dayyuts, sebagaimana diketahui.<br />
<br />
Lebih baiknya menurut kami dalam masalah ini adalah bahwa seorang muslim seyogyanya tidak menikah kecuali dengan wanita yang baik-baik dan menjaga kehormatannya, berdasarkan ayat-ayat dan hadits yang telah kami sebutkan. Hal ini dikuatkan dengan hadits<br />
<br />
فاظفر بذات الدين تربت بداك<br />
<br />
"Pilihlah wanita yang memiliki agama yang baik, niscaya kamu beruntung." Wallahua'lam. Demikian penjelasan dari Syekh Amin Asy-Syinqithy, rahimahullah.</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-23591750726789040572013-01-24T12:11:00.001-08:002015-04-21T13:47:03.654-07:00Dalil Wajibnya Menghadiri Udangan Pernikahan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Hak muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, & mendoakan orang yang bersin”. (HR. Al-Bukhari no. 1240 & Muslim no. 2162)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْوَلِيمَةِ فَلْيَأْتِهَا</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Jika salah seorang dari kalian diundang ke acara walimahan (resepsi pernikahan), maka hendaknya dia datang.” (HR. Al-Bukhari no. 4775 & Muslim no. 1429)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari Jabir radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَإِنْ شَاءَ طَعِمَ وَإِنْ شَاءَ تَرَكَ</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Jika kalian diundang ke acara jamuan makan, maka hendaknya dia mendatanginya. (Setelah dia datang) jika dia mau maka silakan makan, & jika dia mau maka dia boleh meninggalkannya (tidak makan).” (HR. Muslim no. 1430)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">بِئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى إِلَيْهِ الْأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْمَسَاكِينُ فَمَنْ لَمْ يَأْتِ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Seburuk-buruk jamuan adalah jamuan dlm pesta pernikahan, dimana yang diundang ke pesta tersebut hanyalah orang-orang kaya saja dgn mengabaikan orang-orang miskin. Dan siapa yang tak mendatangi undangan (pernikahan) tersebut, maka sungguh dia telah durhaka kepada Allah & Rasul-Nya.” (HR. Muslim no. 1432)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Hukum Mengadiri Udangan Pernikahan</b></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Menjawab undangan terlebih undangan resepsi pernikahan merupakan hak seorang muslim atas saudaranya yang lain, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam menganjurkan utk menerima setiap undangan karena hal itu bisa memperkuat hubungan kemasyarakatan & kekeluargaan di antara kaum muslimin. Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum asal menjawab undangan adalah sunnah kecuali undangan walimahan (resepsi pernikahan) karena mereka berpendapat wajibnya utk menghadiri walimahan. Mereka berdalil dgn hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma di atas & dipertegas dgn ucapan Abu Hurairah radhiallahu anhu di atas, “Dan siapa yang tak mendatangi undangan (pernikahan) tersebut, maka sungguh dia telah durhaka kepada Allah & Rasul-Nya.”</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hanya saja hukum wajib ini dibatasi dgn beberapa persyaratan, yaitu:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yang mengundang bukanlah orang yang dihajr (diboikot karena masalah agama) atau ditahdzir. Tentunya jika hajr & tahdzirnya mempunyai alasan yang kuat, & ini membutuhkan pembahasan tersendiri.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidak ada amalan kemungkaran dlm walimahan tersebut, seperti terjadi ikhtilat atau adanya lantunan musik, kecuali jika dia sanggup utk menghilangkan kemungkaran tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hanya saja dia tetap bisa mengucapkan selamat kepada kedua mempelai setelah semua kemungkaran tersebut berakhir.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yang mengundang adalah seorang muslim. Ini berdasarkan hadits Abu Hurairah yang pertama di atas.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Makanan yang dihidangkan bukanlah makanan yang haram zatnya, semisal khamar, bangkai, babi, & semacamnya. Adapun jika makanan itu haram karena sebabnya (maksudnya makanannya halal tapi didapatkan dari cara yang haram) misalnya uang yang dibelikan makanan adalah hasil riba atau pencurian maka tak mengapa memakannya karena dosa ditanggung oleh yang melakukannya secara langsung, akan tetapi yang lebih utama jika dia tak memakannya. Ini adalah pendapat yang paling kuat di kalangan ulama.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidak bertabrakan dgn kewajiban lainnya. Jika memenuhi undangan walimahan menyebabkan seseorang meninggalkan kewajiban maka tak boleh menghadiri walimahan tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidak menimbulkan kesusahan atas diri sendiri. Misalnya jika walimahannya jauh atau dia tak mempunyai biaya atau kendaraan utk menghadirinya maka tak wajib.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Undangannya bukan undangan umum akan tetapi undangan khusus yang ditentukan siapa yang diundang. Jika undangannya umum -misalnya diumumkan ketika kajian umum atau di khalayak ramai- maka undangan tersebut tak bersifat fardhu ain, akan tetapi jika sudah ada yang mendatanginya maka sudah gugur kewajiban dari yang lainnya, wallahu a’lam.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(Al-Qaul Al-Mufid: 3/111-113 karya Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dgn perubahan & penambahan)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Faidah Menghadiri Undangan</b></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Semisal dgn syarat yang ketujuh di atas dlm masalah kartu undangan walimah. Jika dlm undangan dituliskan nama tertentu maka wajib atas orang tersebut utk menghadirinya jika syarat-syarat lainnya terpenuhi. Tapi jika nama yang tertulis adalah nama umum maka hukumnya seperti yang kami sebutkan di atas, wallahu a’lam.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Jika yang diundang dlm keadaan berpuasa? haruskah Membatalkan Puasanya?</b></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Puasa bukanlah penghalang utk menghadiri acara walimahan & undangan makan lainnya. Hanya saja jika puasanya adalah puasa wajib maka dia tetap disyariatkan utk menghadiri undangan tersebut akan tetapi tentunya dia tak boleh makan. Tapi jika puasanya adalah puasa sunnah maka dia boleh tetap berpuasa & boleh juga dia membatalkan puasanya. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian diundang maka wajib baginya utk menghadiri undangan. Apabila dia dlm keadaan berpuasa maka hendaknya dia mendokannya (yang mengundang) & apabila dia dlm keadaan berbuka maka hendaknya dia mencicipi hidangannya.” (HR. Muslim no. 1431)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dlm hadits Ummu Hani` radhiallahu anha:</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّعُ أَمِيرُُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Orang yang berpuasa sunnah lebih berhak atas dirinya, jika ingin maka boleh membatalkan atau menyempurnakan puasanya.” (HR. Ahmad no. 25658 & At-Tirmizi no. 664)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Akan jika dia merasa yang mengundang akan tersinggung atau akan menimbulkan suasana yang kurang nyaman di antara para undangan maka lebih utama jika dia membatalkan puasa sunnahnya. Ini berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu beliau mengatakan: “Saya membuat makanan utk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika makanan tersebut dihidangkan, seseorang berkata, “Saya sedang berpuasa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saudaramu telah mengundangmu & telah bersusah payah karenamu, berbukalah & berpuasalah di lain hari sebagai penggantinya jika engkau mau.” (HR. Al-Baihaqi: 4/279 & dinyatakan hasan oleh Al-Albani dlm Al-Irwa` no. 1952)</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">sumber: www.al-atsariyyah.com</span></div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-69866422346371160472013-01-13T22:41:00.000-08:002015-04-21T13:47:18.514-07:00أفضل مختصر لتفسير ابن كثير<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<br />
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-ByBo6k2Y99w/UPOpv6xpAEI/AAAAAAAAA8I/NMf2NPDfSko/s1600/1145-1273-thickbox.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-ByBo6k2Y99w/UPOpv6xpAEI/AAAAAAAAA8I/NMf2NPDfSko/s200/1145-1273-thickbox.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">ذكر
شيخنا الدكتور محمد الفايز -أثابه الله وزاده الله من فضله - أهم المختصرات على هذا
الكتاب العظيم ، و أنقلها لكم للفائدة مع تعليقات الشيخ وتقييمه لهذه المختصرات: </span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">المختصرات
: </span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(1)
فتح القدير في تهذيب تفسير ابن كثير ، للقاضي محمد أحمد كنعان ، طبع في لبنان 1416
ﻫ في ست مجلدات وهو تهذيب قيم .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(2)
تيسير الرحمن الرحيم في اختصار تفسير القرآن العظيم لان كثير ، محمد رياض الأحمدي السلفي
الأثري ، طبع 1422 ﻫ مجلدين.</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(3)
مختصر تفسير ابن كثير ، محمد كريم راجح في مجلدين 1425 ﻫ دار المؤيد . </span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(4)
مختصر الصابوني ثلاث مجلدات دار الجيل 2003 م ؛ لا ينصح باقتنائه وفيه خلل جوهري وهو
التعدي على النص .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(5)
تيسير تفسير ابن كثير في سؤال وجواب ، د. عبد المنعم إبراهيم طبعة نزار الباز مكة المكرمة
، 1420 ﻫ مقسم على الأجزاء ثلاثين جزء عادي لا ننصح به .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(6)
اليسير في اختصار تفسير كلام ابن كثير ، د. صلاح محمد عرفات ، محمد الشنقيطي وخالد
فوزي عبد الحميد ، إشراف : صالح بن حميد دار الهدية جدة وهو مجلد واحد مرصوص وهو اختصار
ممتاز .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(7)
لباب التفسير من ابن كثير ، د. عبد الله محمد آل شيخ 1414 ﻫ الرشد الرياض مجلدين جميل
وممتاز .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(8)
المصباح المنير في تهذيب تفسير ابن كثير للمباركفوري ، وهو مجلد جيد.</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(9)
تيسير العلي القدير في اختصار ابن كثير ، محمد نسيب الرفاعي 1410 ﻫ أربع مجلدات ، وهو
يعد عند أهل العلم أعلى وأحسن المختصرات على الإطلاق لما يمتاز به المختصر من النزاهة
العليمة وسعة العلم وكونه سلفي .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(10)
صحيح مختصر ابن كثير ، أحمد البكري ومحمد العبد اللطيف الخلف دار السلام بالقاهرة ثلاث
مجلدات عادي .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(11)
ترتيب وتهذيب تفسير ابن كثير لصلاح الخالدي ست مجلدات مؤسسة الرسالة 1429 ﻫ ممتاز
.</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(12)
عمدة التفسير ، لأحمد شاكر وصل فيه إلى الآية ثمانية من الأنفال وهو ممتاز . </span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">شكر
الله للشيخ محمد وجزاه الله عنّا وعن القرآن وأهله خير الجزاء وأعظمه وأوفره . </span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">وأسأل
الله أن يوفقنا جميعاً للعلم النافع والعمل الصالح .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">وبالله
التوفيق والله هو أعلى و أعلم .</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div>
</div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-1139818370701860912012-11-15T23:01:00.000-08:002012-11-22T23:02:16.758-08:00Sejarah Kalender Hijriyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-ZeVtB-aHh6M/UK8e-JC3bEI/AAAAAAAAA30/WKahwGP48eU/s1600/bulan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="190" src="http://4.bp.blogspot.com/-ZeVtB-aHh6M/UK8e-JC3bEI/AAAAAAAAA30/WKahwGP48eU/s400/bulan.jpg" width="400" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b><span style="background-color: white;">Kalender Hijriyah</span></b><span style="background-color: white;"> atau <b>Kalender Islam</b> (</span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab"><span style="background: white; color: #0b0080;">bahasa Arab</span></a><span style="background: white;">: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="background-color: white;">التقويم الهجري</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span style="background-color: white;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; <i>at-taqwim al-hijri</i>),
adalah </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender" title="Kalender"><span style="background: white; color: #0b0080;">kalender</span></a><span style="background: white;"> yang digunakan oleh umat </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"><span style="background: white; color: #0b0080;">Islam</span></a><span style="background: white;">, termasuk
dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau
hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena
pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hijrah" title="Hijrah"><span style="background: white; color: #0b0080;">Hijrah</span></a><span style="background: white;">-nya
Nabi </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" title="Muhammad"><span style="background: white; color: #0b0080;">Muhammad</span></a><span style="background: white;"> dari </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makkah" title="Makkah"><span style="background: white; color: #0b0080;">Makkah</span></a><span style="background: white;"> ke </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madinah" title="Madinah"><span style="background: white; color: #0b0080;">Madinah</span></a><span style="background: white;">, yakni pada tahun </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/622" title="622"><span style="background: white; color: #0b0080;">622</span></a><span style="background: white;"> M. Di
beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga
digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan
peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender
Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penentuan dimulainya sebuah
hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada
sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu
setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai
ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan
rata-rata silkus sinodik bulan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_lunar" title="Kalender lunar"><span style="color: #0b0080;">kalender lunar</span></a> (qomariyah), memiliki 12 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan_(waktu)" title="Bulan (waktu)"><span style="color: #0b0080;">bulan</span></a> dalam setahun. Dengan menggunakan
siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059
hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah
lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktanya, siklus sinodik bulan
bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada
posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian
dengan terjadinya bulan baru (new moon) di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Titik_apooge&action=edit&redlink=1" title="Titik apooge (halaman belum tersedia)"><span style="color: #a55858;">titik
apooge</span></a>, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat
yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=(perihelion)&action=edit&redlink=1" title="(perihelion) (halaman belum tersedia)"><span style="color: #a55858;">(perihelion)</span></a>.
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat
terjadinya bulan baru di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perige&action=edit&redlink=1" title="Perige (halaman belum tersedia)"><span style="color: #a55858;">perige</span></a> (jarak
terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari
Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan
berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit
tersebut (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan" title="Bulan"><span style="color: #0b0080;">Bulan</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi" title="Bumi"><span style="color: #0b0080;">Bumi</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matahari" title="Matahari"><span style="color: #0b0080;">Matahari</span></a>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penentuan awal bulan (<i>new moon</i>)
ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (<i>hilal</i>)
setelah bulan baru (konjungsi atau <i>ijtimak</i>). Pada fase ini, Bulan
terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di
ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan
mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya
tergantung pada penampakan hilal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penetapan kalender Hijriyah dilakukan
pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya
Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12
bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai
dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi
Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
(QS : At Taubah(9):36). Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah
Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya
saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja
kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah.Abu Musa
Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat
kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang
tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan.
Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka
adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf
r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin
Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang
mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan
berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah
usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah
SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali
r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa
hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini
diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di
wilayah Arab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penentuan kapan dimulainya tahun<span class="apple-converted-space"> </span><b>1 Hijriah</b><span class="apple-converted-space"> dilakukan
6 tahun setelah wafatnya Nabi<span class="apple-converted-space"> </span></span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" style="text-decoration: initial;" title="Muhammad"><span style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0b0080;">Muhammad</span></a>. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender
Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun
ke-9 periode Madinah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab
dikenal sistem kalender berbasis campuran antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan_(satelit)" title="Bulan (satelit)"><span style="color: #0b0080;">Bulan</span></a> (komariyah) maupun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matahari" title="Matahari"><span style="color: #0b0080;">Matahari</span></a> (syamsiyah). Peredaran bulan
digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah
hari (<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Interkalasi&action=edit&redlink=1" title="Interkalasi (halaman belum tersedia)"><span style="color: #a55858;">interkalasi</span></a>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada waktu itu, belum dikenal penomoran
tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting pada tahun
tersebut. Misalnya, tahun dimana <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" title="Muhammad"><span style="color: #0b0080;">Muhammad</span></a> lahir, dikenal dengan sebutan
"Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di
Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah
satu provinsi Kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksum" title="Aksum"><span style="color: #0b0080;">Aksum</span></a>, kini termasuk wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ethiopia" title="Ethiopia"><span style="color: #0b0080;">Ethiopia</span></a>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan
pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah<span class="apple-converted-space"> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hijrah" style="text-decoration: initial;" title="Hijrah"><span style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0b0080;">Hijrah</span></a>, turun ayat 36-37 Surat<span class="apple-converted-space"> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/At-Taubah" style="text-decoration: initial;" title="At-Taubah"><span style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0b0080;">At-Taubah</span></a>, yang melarang menambahkan hari (interkalasi)
pada sistem penanggalan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah wafatnya Nabi Muhammad,
diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah
tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang
mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi
Muhammad.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H),
khalifah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khatab" title="Umar bin Khatab"><span style="color: #0b0080;">Umar bin Khatab</span></a> menetapkan
awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari
Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan
seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1
Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/16_Juli" title="16 Juli"><span style="color: #0b0080;">16 Juli</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/622" title="622"><span style="color: #0b0080;">622</span></a>,
dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang
menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papirus" title="Papirus"><span style="color: #0b0080;">papirus</span></a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir"><span style="color: #0b0080;">Mesir</span></a> pada
tahun 22 H, PERF 558. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah">sumber</a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin: 4.8pt 0in 6pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
</div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-50795945282267147852012-11-13T05:47:00.003-08:002012-11-15T09:03:58.292-08:00Music Therapy for Autistic Patients<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-H8cT5znd2OU/UKR6e6a9sFI/AAAAAAAAAIU/tafmqJequTw/s1600/15897Musictherapy+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-H8cT5znd2OU/UKR6e6a9sFI/AAAAAAAAAIU/tafmqJequTw/s1600/15897Musictherapy+(1).jpg" /></a></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white;">Many people listen to music for entertainment, and many people play musical instruments in many parts of the world. Interestingly, music is embraced by all cultures, some dating to the ancient times. Music has the power to touch people of all cultures, races, religions, and nationalities, communicating with the masses on a deeper level. For some time now, music therapy has been successfully used to improve the functionality of people who are suffering from a broad range of emotional or cognitive problems. Music therapists have found this method to be especially effective with autistic patients of all ages. </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">At this point, it's important to differentiate the difference between music therapy and music instruction. Music instruction refers to the study of music or music lessons where a person learns to play a musical instrument. Well, it can be argued that playing a musical instrument can be therapeutic but it's not the scope of music therapy. In music therapy, the therapist uses music to achieve certain individualized goals with the patient. </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">What Can Music Therapy Do For Autistic Patients? </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">On the most basic level, music therapy can help to improve the skills of autistic patients such as self-reliance, motor or perceptual skills, cognition, behavior, sensory issues, social skills, and communication skills. By enhancing these skills, autistic patients can integrate more easily into society. At the same time, they will also grow in confidence and learn to be more self-sufficient. To build trust and develop personal connections, it's the challenge of the music therapist to strike a chord with the autistic patient through music experiences. Due to nature of music which is both engaging and affecting, it's perfectly suited to be used as a tool to stimulate a particular response. For some reason, music has a profound effect of autistic patients so it's quite normal for them to respond positively to music therapy. Patients who are suffering from sensory aversions may find music therapy to be effective in helping them to handle auditory processing differences and sound sensibilities. </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">How Do Music Therapists Work with Autistic Patients? </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">Working with small groups or individuals, music therapists use a range of music and techniques to provide the right treatment to autistic patients. To develop an effective treatment strategy, the music therapist needs to analyze the autistic patient's needs and strengths. The goals and objectives of the treatments have to be laid out so that the progress of the patients can be monitored. </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">A music therapist can use spontaneous musical improvisation to encourage the autistic patients to express themselves, thereby, improving their communication and social skills. For instance, the music therapist may play the guitar or even sing as the patient produces sounds. This is an effective way to give support to the patients so that they are confident enough to create their own musical language. The patient will learn the joys of two-way communication and also tap into a wider spectrum of emotions. A professional music therapist will know how to formulate developmental plans to maximize the potential of the patient.</span></span></div>hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-85497459777690654132012-11-12T02:14:00.003-08:002012-11-15T09:03:58.335-08:00The Best Natural Bodybuilding Supplements<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-j68vUFspfb8/UKPXKOmRkkI/AAAAAAAAAG0/HBGW3f6UFlE/s1600/Fotolia_21347150_Subscription_L.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="168" src="http://3.bp.blogspot.com/-j68vUFspfb8/UKPXKOmRkkI/AAAAAAAAAG0/HBGW3f6UFlE/s320/Fotolia_21347150_Subscription_L.jpg" width="320" /></span></a></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;">Then you change things up and give your body a little while break, at least in true bicycle. This means that you wont be putting your system in danger and your muscle growth could be more natural. The time schedules and routine for cycling maybe more flexible as compared to Stacking, but it still should be achieved with a planned time frame. Although cycling comes with modification during the cycling period.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">There are actually other methods, so be sure to take some time and learn about them in detail. However, no matter which way to decide to take your supplements, it is essential that you eat and exercise properly otherwise you do not get the desired effects. If you tire your body out too much then you won't get the results you want.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">That basically describes the correct ways for using bodybuilding supplements jointly with any routines you choose to follow.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><span style="background: white;">.</span><br /><span style="background: white;">Those who are diehard body creating buffs, and who have taken in place exercising seriously, experience body stiffness and sourness inside muscles. The pain and stiffness quite often remain for days, and or quite possibly beyond weeks. Many feel let down b this aches and pains and are dissuaded to continue to exercise.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">The recent use of supplements has changed the activity level of the body and the muscular endurance too. The supplements available these days work at hastening the healing of the muscle and improving the the circulation of blood to the region thus hastening your relief caused due to he wear and tear. It is studied that excessive activity and increased stress and strain causes very minute and fine inflammation and tear inside muscles, which is one of exactly why of the pain. With a good supply, which the health supplements augment, a number of common complaints can be ameliorated.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">These days many health buffs have chosen to vacation resort to pre-work out supplements. What are pre-work out supplements and just how do they help the body? Pre-work out supplements are just what the name suggests, to betaken before the exercise. These boost the energy within, to sustain and charge up for heavy workout. It helps longer workout without any use and tiredness of muscles.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">The pre- workout supplements are helpful for those who wish to achieve their target effortlessly. Thus with reduced pain, and increased stamina, they can workout for more time time. The outcome is in their favor, increases weight loss, and improved toning with the muscles.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">If you are looking on the perfect energy boosting workout supplements below are a few ingredients that you must check for in your product.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">Amino acids- we all are aware how especial amino acids are generally. These play an important role with energizing and developing the muscles. These also lower anemia, and increase level of the male growth hormone.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">Glutamine- Glutamine level in the body fall when your work our more. Glutamine is an efficient energizer, encourages the immunity of the body, and also helps reduce the muscle fatigue.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">Creatine- Creatine is another prominent energy booster. Helping people work put longer, these also help muscle recovery and growth.<span class="apple-converted-space"> </span></span><br /><br /><span style="background: white;">Pre-workout supplements help adding greater capacity and greater endurance to your workout ability. Moreover it also helps in adding the much needed flexibility to the body.</span></span><o:p></o:p></div></div>hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-56527113679087151482012-11-11T18:38:00.003-08:002012-11-15T11:11:34.947-08:00What You Can Do to Find Your Passion<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-y1CHFT8R2ow/UKR7LfIykJI/AAAAAAAAAIc/RzpIcWulyRE/s1600/How-To-Find-Your-Passion.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-y1CHFT8R2ow/UKR7LfIykJI/AAAAAAAAAIc/RzpIcWulyRE/s1600/How-To-Find-Your-Passion.png" /></a></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white;">In order to find your passion, you have to undergo certain things. They may not necessarily be the first things that you think of doing, but do them anyway, as the results will always be spectacular. After all, once you discover what it is you were really meant to do in life, and once you actually fulfill your destiny, you will feel absolutely amazing, and wouldn't you want that? Here then are some tips to start you off.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">1. Find your passion by looking at great art.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">Art is the imitation of life, but sometimes life imitates art as well. A source of inspiration that a lot of people are inspired by is art. There are artists who didn't know that they were artists until they saw a Picasso painting. Beauty has a way of stirring the soul. Sometimes the presence of great art causes us to realize that we want to create and be in the presence of divine art. Visit museums and other art galleries so that you may fulfill your destiny to become a great artist.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">2. Find your passion by volunteering for a cause.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">One of the hindrances to passion is a lack of awareness. How can you be passionate about something, if you don't know what there is to be passionate about? One way to discover your true calling is to dabble in what other people are passionate about. Why are environmentalists passionate about their cause? Why are social activists willing to be arrested for the sake of freedom of speech? Maybe what you need to do to fulfill your destiny is to join a cause that you feel strongly about.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">3. Find your passion by spending time with children.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">Spending time with children can help you discover your passion. Children are pure and unbiased. They have the untainted wisdom of innocence. They are not concerned with the usual limitations we impose upon ourselves. Sometimes while singing to a child, she will ask you, "Why aren't you a singer?" And you too might wonder why. Maybe what you need to fulfill your destiny is encouragement from someone who believes in a world where dreams can come true.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">4. Find your passion by being interested in what your friends are passionate about.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">Birds of the same feather flock together. We are friends with particular people because we have something in common with them. When what you have in common with your friends is not immediately evident, try to dig deeper. Maybe your friend is involved in a cause, a career, or a business that you didn't know you'd be interested in. Give it a try. It might turn out to be something you're really good at. Fulfill your destiny by being open to trying new things.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">5. Find your passion by ignoring social standards. </span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">We all want to passionate about something we can tell our friends about. People who are passionate about science, law, business, or medicine are admired by society. But what if you're not passionate about any of that? What if what you're really interested in are "board games?" It takes a lot of honesty for an individual to admit that he's not interested in what is society thinks he should be passionate about. However, if you want to fulfill your destiny, you have to pursue what makes you happy and not what everyone thinks you should pursue.</span><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="background-color: white; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="background-color: white;">Discovering your passion will definitely open a lot of doors for you, doors that you never even knew existed before then. If you thought that you already had everything figured out in your life, once you actually find your true passion, you'll realize that there is so much more that you do not know and have not experienced. So go on and try to fulfill your destiny already! You most certainly deserve to!</span></span></div>
hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-989938219463765104.post-55124755148348372732012-11-11T05:33:00.003-08:002012-11-15T09:03:58.301-08:00Losing Weight Will Most Likely Not Eliminate Your Cellulite Problem<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-VbuO62_-hrI/UKPV5wBSL3I/AAAAAAAAAGs/-G7HACgzRzM/s1600/cellulite-8.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="217" src="http://3.bp.blogspot.com/-VbuO62_-hrI/UKPV5wBSL3I/AAAAAAAAAGs/-G7HACgzRzM/s320/cellulite-8.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white;">So you wish to get rid of a few extra pounds. There is a wealth of available information and you need to pick one plan that looks reasonable to you. Adopting a healthy diet and exercising regularly can be a slow way to lose weight so people often try risky ways instead. Most commonly, women are falling back to these dangerous methods as they feel pressured into being thin by society. It is more frequent for women to employ these extreme methods because of society's constant pressure to be thin. It's good to be a healthy weight, nevertheless following these methods of weight loss will result in your overall health diminishing and you will get ill. Read on to learn more about how risky these methods are.</span><br /><br /><span style="background-color: white;">Starvation is a usual drastic diet plan that people use even though it can cause them to feel very exhausted. You may just not eat breakfast or lunch, or maybe both meals. In your mind, you tell yourself that you're not famished even though your stomach is grumbling like crazy, screaming I want to be fed!. However, after a short while your body learns to adapt. The less you eat, the more your body becomes afraid that it won't have sufficient food so it adjusts your metabolism, slowing it down to the extent that you are scarcely burning any fat during the day. When you go back to your typical eating habits again, your metabolism will remain slower resulting in your easily storing calories, causing you to speedily gain more fat. Although you lose weight when you starve yourself, you do not lose as much as you can by following a good diet and exercise plan. Don't you think it's better to be able to eat and lose weight while staying healthy?</span><br /><br /><span style="background-color: white;">Starving yourself can usually lead to anorexia. You have a dread of food and turning overweight, resulting in becoming perilously thin and not eating much, if anything at all. Anorexia can cause a weaker immune system, hair loss and even demise. Adolescents usually experiment with starvation diets but, alas, when you become fixed on starving yourself, you can develop anorexia and do irreversible damage to your health.</span><br /><br /><span style="background-color: white;">Binge-eating syndrome is another risky weight loss method. Bulimic individuals routinely vomit after bingeing on huge amounts of food so that the calories will not add weight to their bodies. They are not scared of food as anorexics do, but they feel guilt-ridden after overindulging on large amounts of food and so they throw it back up. In comparison to anorexia and starvation where it is obvious that the person is losing weight, bulimia is difficult to detect because the weight doesn't fluctuate widely. Vomiting the food you've consumed is dangerous for your body. Your heart and other vital body parts can be gravely harmed. You can end up having stomach ulcers because of it. Your teeth and esophagus may also be ruined by the stomach acid. The acid can likewise cause damage to your throat. You can badly damage your body by throwing up your food.</span><br /><br /><span style="background-color: white;">For best results, choose healthy foods and eat reasonably. Ingest smaller food portions and avoid eating unhealthy foods. You can get rid of the extra pounds safely and efficiently without falling back on drastic and unsafe measures.</span></span><o:p></o:p></div></div>hudha.03http://www.blogger.com/profile/00480334412490986252noreply@blogger.com0